Menurut ahli serangga di Laboratorium Entomologi Serangga, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Pramesa Narakusumo semut jepang dan terutama kerabatnya, ulat hong kong (Tenebrio molitor), memiliki kandungan protein yang tak kalah dari sumber hewani lainnya.
Lembaga internasional Food and Agriculture Organization (FAO) meneliti bila dibandingkan protein pada ulat hongkong ada di nilai 49,1 dengan lemaknya 35,2 sementara daging sapi proteinnya 55 dan lemaknya 41. Oleh sebab itu di dunia barat praktik mengonsumsi serangga kini menjadi tren sebagai pangan alternatif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bila seseorang penasaran dan ingin mencoba praktik ini, Pramesa memberi saran agar berhati-hati terhadap reaksi alergi. Alasannya karena protein dari serangga mungkin masih asing bagi tubuh sehingga kemungkinannya lebih besar untuk disalahartikan sebagai 'elemen berbahaya' oleh sistem imun.
"Setiap manusia punya daya tahan tubuh yang berbeda jadi enggak tau apakah akan muncul alergi. Kalau masyarakat tradisional kita sendiri sih kan udah biasa makan jangkrik, larva kumbang, atau larva tawon jadi ada riwayatnya," ungkap Pramesa.
"Ya butuh kehati-hatian untuk alergi jadi kalau mau coba harus sedikit-dikit dulu," pungkasnya. (fds/up)











































