Tak Kalah dari Semut Jepang, Ulat Hong Kong Bisa Bersihkan Limbah Plastik

Tak Kalah dari Semut Jepang, Ulat Hong Kong Bisa Bersihkan Limbah Plastik

Firdaus Anwar - detikHealth
Kamis, 07 Apr 2016 08:02 WIB
Tak Kalah dari Semut Jepang, Ulat Hong Kong Bisa Bersihkan Limbah Plastik
Foto: thinkstock
Jakarta - Larva dari kumbang Tenebrio molitor atau yang populer disebut ulat hong kong di Indonesia sering dijadikan pakan burung peliharaan. Namun peneliti melihat ada potensi dari sang ulat yang tak kalah hebat dari kerabatnya yaitu semut jepang (Ulomoides sp).

Di Indonesia semut jepang populer karena dianggap bisa menyembuhkan berbagai penyakit, namun peneliti mengatakan hal ini sebetulnya belum betul-betul terbukti. Sementara itu untuk ulat hong kong, studi melihat ada potensi yang manfaatnya mungkin bisa dirasakan oleh manusia langsung yaitu sebagai pendaur ulang alami limbah plastik.

Baca juga: Serupa Tapi Tetap Beda: Semut Jepang, Ulat Hong Kong, dan Kutu Beras

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti yang diketahui polusi sampah plastik menjadi masalah karena sulit didaur ulang membutuhkan waktu bertahun-tahun. Sementara itu menurut studi setiap tahunnya ada sekitar 8 juta ton sampah plastik yang bertebaran dan berakhir di laut.

Ulat hong kong terkait hal ini ditemukan oleh para peneliti di jurnal Environmental Science 2015 dapat hidup dengan menjadikan plastik sebagai makanannya. Peneliti menyebut hal ini terjadi kemungkinan karena ulat hong kong memiliki organisme mikro yang bisa mencerna bahan plastik (polyethylene) di sistem pencernaannya.

"Yang paling penting dari studi ini adalah memahami bagaimana perut ulat bisa sangat efesien mendaur ulang plastik. Bakteri di sini memiliki peran penting," kata salah satu peneliti, Wei-Min Wu, dari Stanford University seperti dikutip dari CNN pada Kamis (7/4/2016).

Serangga lain seperti kecoa sebenarnya juga dikatakan peneliti bisa mengonsumsi plastik. Hanya saja kotoran yang dihasilkan tetap tak ramah lingkungan dan tak bisa dipakai untuk menanam tanaman.

Baca juga: Kontroversi Khasiat Semut Jepang, Peneliti: Studi Masih Tahap Awal


(fds/up)

Berita Terkait