Dijelaskan pakar tidur dan metabolisme di University of Texas Health Science Center, Houston, Kristen Eckel-Mahan, PhD, enzim yang terlibat dalam oksidasi asam lemak bersifat amat sirkadian. Sehingga, enzim-enzim tersebut tahu kapan mereka seharusnya memetabolisme glukosa.
"Ketika Anda makan, katakanlah pukul 12 malam, padahal di waktu itu harusnya Anda sudah tidur, organ metabolisme seperti hati akan 'bingung'. Hati tidak siap menghadapi masuknya nutrisi saat itu sehingga proses nutrisi kurang efisien. Akibatnya, ada masalah pada kadar insulin dan gula darah yang mendorong tubuh menyimpan lebih banyak lemak," terang Kristen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari Prevention, penelitian menunjukkan bahwa orang yang sering makan malam seperti pekerja shift malam atau orang dengan Night Eating Syndrome cenderung memiliki lingkar pinggang dan Body Mass Index yang lebih tinggi. Studi dalam International Journal of Obesity juga menemukan wanita yang terbiasa makan sehat, memiliki metabolisme karbohidrat yang lebih lambat, toleransi glukosa lebih rendah, dan pembakaran kalori lebih sedikit ketika mereka selama beberapa hari makan di larut malam.
Jika memang Anda akan tidak sempat makan malam di jam seperti biasanya, ahli nutrisi Caroline Cederquist, MD menyarankan siapkan panganan rendah kalori misalnya buah atau sayur untuk dikudap di malam hari. Namun, perlu diingat saat sore harinya Anda perlu juga 'mengisi' perut.
"Menunya tidak perlu yang terlalu memberatkan pencernaan Anda. Isi piring dengan seperempat porsi karbohidrat dan protein, setengah porsi sayur, dan sisanya konsumsi buah," kata Cederquist.
Agar metabolisme berjalan dengan baik, untuk tidur setelah makan, Cederquist menyarankan beri jeda waktu sekitar dua jam. Dengan begitu, kemungkinan tubuh menyimpan lemak bisa diminimalisir.
Baca juga: Ganti Sarapan dan Makan Malam dengan Susu, Bobot Veronica Turun 15 Kg (rdn/vit)











































