"Lecet bisa terjadi pada siapapun, bahkan jogger biasa, backpacker, atau mereka yang baru saja membeli sepatu baru. Tapi pengobatannya belum benar-benar ada sampai sekarang," kata ketua tim peneliti, Dr Grant S Lipman.
Padahal, lanjut Lipman, lecet bisa jadi alasan paling umum yang ditemukan ketika terjadi penurunan performa dalam ajang olahraga seperti marathon. "Bahkan saya pernah menangani seorang pelari yang sampai masuk ICU karena sepsis parah dan nyaris kehilangan kakinya hanya karena luka lecet," urainya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada salah satu kaki tiap pelari dipasangi lakban kertas, untuk membandingkan secara langsung dampak lari jarak jauh antara kaki yang ditutup lakban dan yang tidak.
Sedangkan pada pelari yang jarang terkena lecet, lakban tersebut dipasangkan ke bagian kaki yang rentan terkena lecet, atau bagian lain secara acak.
Baca juga: Awas! Salah Pilih Sepatu, Kaki Bisa Berubah Bentuk Lho
Hasilnya, hanya 30 pelari yang tetap mengalami lecet meski kakinya sudah ditutup lakban, sedangkan 81 pelari lainnya kebanyakan mengalami lecet di bagian kaki yang tidak tertutup lakban.
"Pencegahan lecet berarti sangat murah dan mudah. Kita bisa menemukannya dimana-mana, dan takkan habis sampai setahun lebih," simpul Lipman seperti dilaporkan Fox News.
Lipman menambahkan, lebih baik gunakan lakban kertas karena permukaannya yang lebih lembut sehingga memudahkan kulit untuk 'meluncur' di atas satu sama lain, tetapi juga mengurangi tekanan yang terjadi di bawah lakban.
"Daya rekatnya juga tidak begitu kuat sehingga bila kita tarik, maka dasar dari lecet tadi juga tidak ikut terangkat yang bisa mengakibatkan luka atau nyeri di sekitarnya," jelasnya.
Baca juga: Kalau Sepatu Sudah Oke, Apa Pentingnya Pakai Kaus Kaki?
Di sisi lain, lecet juga dapat dihindari dengan berlatih secara teratur, memilih ukuran sepatu dengan tepat, serta menjaga agar kaki tetap kering. (lll/vit)











































