Dijelaskan oleh dr Elvioza, SpM(K), dari Jakarta Eye Center (JEC) bahwa retina mata pada dasarnya adalah otak yang menonjol keluar. Di dalam mata terdapat pembuluh darah arteri, pembuluh darah vena, dan saraf yang tersambung langsung dengan otak.
Ketika seseorang mempunyai faktor risiko untuk stroke seperti hipertensi, kolesterol tinggi, gula darah tak terkontrol, dan merokok maka risiko pecahnya pembuluh darah di mata juga akan tinggi. Menurut dr Elvioza orang yang pernah stroke otak bisa berisiko untuk stroke mata dan begitu juga sebaliknya.
"Pembuluh darah di mata ini bisa saja mengalami sumbatan atau pecah. Nah ini yang kita katakan sebagai stroke mata. Di otak dan di retina bisa terjadi seperti itu," kata dr Elvioza saat berdiskusi dengan media di Spumante, Menteng, Selasa (10/5/2016).
Baca juga: Membuka Jalan Udara Darurat dengan Menusukkan Pulpen, Efektifkah?
"Kalau stroke terjadi di mata gejalanya itu tiba-tiba penglihatan hilang tanpa disertai rasa sakit. Kalau sudah terjadi ya memang sulit, paling kita cuma bisa membatasi kerusakan dan mencegah komplikasi," lanjutnya.
Bila tak ditangani dengan cepat maka kerusakan yang terjadi pada retina mata ini bisa berujung pada kebutaan permanen. Penanganan yang biasa dilakukan biasanya adalah dengan menggunakan operasi laser untuk menutup pecahnya pembuluh darah mencegah kondisi tambah parah.
Menurut dr Elvioza bedanya dengan kasus stroke otak yang sulit pulih, pada kasus stroke mata masih mungkin untuk penderitanya mengembalikan fungsi penglihatan 100 persen. Oleh karena itu bila seseorang sudah punya faktor risiko atau pernah alami stroke, usahakan periksa juga kondisi mata.
"Hati-hati stroke ini mortalitasnya tinggi. Orang kena stroke, meski di mata itu tetap harus harus hati-hati. Kenapa? Karena penyakit ini bisa ke bagian lain bisa ke otak ke jantung," tutup dr Elvioza.
Baca juga: Rutin Minum Obat Statin untuk Cegah Stroke, Amankah?
(fds/vit)