Namun, bukan tak mungkin ada saja pasien yang ragu akan keamanan prosedur ini. Menanggapi hal ini, dr Errawan R. Wiradisuria, SpB(K)BD dari Siloam Hospitals Kebon Jeruk (SHKJ) mengatakan pada prinsipnya, risiko operasi bariatrik lebih rendah daripada risiko ketika si pasien hidup dengan obesitas berlebih.
"Obesitas berlebih meningkatkan risiko terjadinya kelainan jantung, diabetes, kolesterol, juga kelainan sendi karena lutut menopang berat badan yang amat besar," tutur dr Errawan saat ditemui baru-baru ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Perut Perih, Kembung, dan Terasa Terbakar? Hati-hati, Itu Tanda Sakit Mag
"Belum lagi risiko Obstructive Sleep Apnea (OSA). Jadi ngorok gitu orangnya, terus berhenti sebentar kayak kecekik, lalu napas lagi. Memang nggak semua orang gemuk mengalami OSA tapi 80 persen mengalaminya. Gak semuanya, 80 persen. Karena gemuk, napas pun jadi sesak karena pergerakan paru pun terhalang," imbuh dr Errawan.
Mengingat LSG berarti memotong 70-75 persen bagian lambung, tak jarang orang berpikir setelah melakukan prosedur itu, pasien rentan mengalami malnutrisi. dr Errawan menuturkan, risiko malnutrisi bisa dicegah dengan menyiasati makan dalam porsi sedikit tetapi sering. Konsumsi vitamin atau suplemen juga bisa dilakukan.
"Pasca operasi juga ada risiko dumping syndrome di mana makanan terlalu cepat mengalir dari lambung ke usus. Untuk itu konsistensi makanan mulai dari cair baru ke padat secara bertahap. Kemudian disiasati dengan mengunyah yang lama, konsumsi makanan rendah lemak dan kalori, kemudian porsinya kecil tapi sering," pungkas dr Errawan.
Baca juga: Nyeri Lambung Akibat Maag Bisa Diusir dengan Minum Jeruk Lemon
(rdn/vit)











































