Kasus DBD di Indonesia Lebih Nyata, Tapi Jangan Sampai Zika Diremehkan

Kasus DBD di Indonesia Lebih Nyata, Tapi Jangan Sampai Zika Diremehkan

Radian Nyi Sukmasari - detikHealth
Kamis, 16 Jun 2016 16:43 WIB
Kasus DBD di Indonesia Lebih Nyata, Tapi Jangan Sampai Zika Diremehkan
Foto: Thinkstock
Jakarta - Zika dan Demam Berdarah Dengue (DBD) sama-sama disebabkan virus dari famili Flaviviridae yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Sebenarnya, gejala zika lebih ringan dibandingkan DBDB.

"Zika terlalu ditakut-takuti. Padahal jauh lebih ringan dari DBD dan persentese kejadiannya pun lebih kecil," tegas Ketua Indonesian Technical Advosry Group on Immunization (ITAGI) Prof Dr dr Sri Rezeki Hadinegoro, SpA(K).

Memang, gejala zika mirip dengan DBD. Misalnya muncul demam, timbul ruam, nyeri otot, dan conjunctivitis atau peradangan pada conjunctiva atau selaput yang ada di kelopak mata. Hanya saja, pada zika, conjunctivitis sudah muncul sejak awal. Dalam diagnosisnya pun dikatakan Prof Sri ada urutannya terlebih dulu. Ketika muncul gejala seperti itu, maka kecurigaan pertama adalah DBD.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau negatif DBD, baru pada chikungunya. Kalau negatif juga, baru dicurigai zika, jadi ada urutannya. Lagipula, insiden DBD kan lebih tinggi daripada zika," lanjut Prof Sri di sela-sela Peringatan ASEAN Dengue Day ke-6 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jl Jend Sudirman, Jakarta, Rabu (15/6/2016).

Meski begitu, bukan berarti masyarakat bisa menganggap remeh zika. Prof Sri menegaskan memang zika patut ditakuti ketika menginfeksi ibu hamil sebab dapat menyebabkan kelainan pada pertumbuhan otak seperti mikrosefali. Akibatnya, tumbuh kembang anak tak bisa berjalan dengan baik.

Baca juga: Pakar Jelaskan Mengapa Gigitan Nyamuk Terasa Gatal di Kulit

"Untuk itu, kalau ibu hamil demam keluar ruam, badan pegal, nyeri, lalu baru balik dari negara terjangkit zika yakni Amerika Latin, segera cek ke dokter," pesan Prof Sri.

Untuk mencegah zika, cara yang bisa dilakukan pada dasarnya yakni menghindari gigitan nyamuk. Misalnya dengan menggunakan kelambu, memakai baju yang tertutup, dan menggunakan repellant. Terkait infeksi zika pada ibu hamil berkaitan dengan kelainan bawaan, Prof Sri menyebutkan data di Brasil memang menunjukkan ketika bulan Mei 2015 terjadi wabah zika, ada peningkatan jumlah bayi dengan mikrosefali sampai kurang lebih seratus.

"Tapi sekarang sedang menunggu penelitian lebih lanjut untuk memastikan hal itu. Di tahun 2014 ditemukan 147 kasus mikrosefali. Namun, patut diingat mikrosefali ini penyebabnya banyak mulai dari toksoplasma, genetik, herpes, keracunan saat hamil," tambah Prof Sri.

Namun memang, dalam sebuah jurnal yang diterbitkan pada tanggal 10 Februari 2016 dikemukakan dalam plasenta bayi dengan mikrosefali yang meninggal saat lahir ditemukan virus zika.

"Belum ada pengobatan untuk zika. Yang bisa diberikan pada pasien adalah pengobatan untuk meringankan gejala," kata Prof Sri.

Baca juga: Cek di Sini, Gejala-gejala Infeksi Virus Zika


(rdn/vit)

Berita Terkait