Hanya saja untuk beberapa daerah, hubungan antara rokok dengan pegiat kesehatan sepertinya bisa dibilang lebih runyam dari biasa. Seperti misal di pedalaman Papua yang terpencil, rokok bisa menjadi lawan tapi sekaligus juga kawan.
"Rokok itu di sini kita bilang namanya bahan kontak. Bahan kontak karena dia bisa memperlancar petugas untuk berkomunikasi dengan warga-warga kampung," kata Vani Patricia Stefani Jomilena dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: 3 Penyebab Utama Makin Banyak Perokok di Indonesia: Iklan, Mudah dan Murah
Observasi detikHealth yang mengikuti penempatan tim tenaga kesehatan Nusantara Sehat di Puskesmas Distrik Ambatkuy, Kabupaten Boven Digoel mengkonfirmasi hal ini. Rokok menjadi alat mudah untuk melakukan barter dan bercengkrama dengan masyarakat asli pedalaman yang sehari-hari berburu dan berkebun di hutan.
Puskesmas Ambatkuy, Papua (Foto: Firdaus/detikHealth) |
Satu atau dua bungkus rokok bahkan bisa dibarter dengan sekarung ubi-ubian, sagu, atau seekor ayam dan ikan.
Lewat perkenalan yang mudah maka tim bisa juga memperoleh kepercayaan masyarakat setempat dan memberikan penyuluhan yang dibutuhkan. Seperti dikatakan oleh Kepala Puskesmas Distrik Ambatkuy Roy Purba bahwa perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) lah yang jadi perhatian utama untuk warga karena penerapannya yang masih minim.
"Memberikan pengertian ke masyarakatnya susah. Kita promosi buka UKS, cuci tangan segala macem, masak air itu semua aja susah untuk diikuti. Lingkungannya dulu dirubah," tutup Roy.
Selain rokok, bahan kontak lainnya yang sering dipakai adalah pinang untuk dikunyah.
Baca juga: Studi Ini Jelaskan Mengapa Rokok Bisa Melemahkan Sistem Imun
(fds/vit)












































Puskesmas Ambatkuy, Papua (Foto: Firdaus/detikHealth)