5 Fakta Seputar Pembekuan Sel Telur yang Patut Diketahui

5 Fakta Seputar Pembekuan Sel Telur yang Patut Diketahui

Firdaus Anwar - detikHealth
Selasa, 21 Jun 2016 08:40 WIB
5 Fakta Seputar Pembekuan Sel Telur yang Patut Diketahui
Foto: thinkstock
Jakarta - Prosedur pembekuan sel telur semakin populer dilakukan terutama di negara-negara maju. Pelakunya kebanyakan adalah wanita yang tak ingin segera punya anak, namun juga tak mau khawatir harus menghadapi menopause.

Meski populer, pandangan itu sebetulnya bukan sesuatu yang direkomendasikan. Prosedur pembekuan sel telur lebih diutamakan untuk meningkatkan kesuburan pasangan dengan kondisi yang membuat kehamilan sulit terjadi.

Nah untuk lebih mengenal prosedur pembekuan sel telur, berikut lima faktanya yang patut diketahui seperti dikutip dari berbagai sumber:

1. Diutamakan untuk pasien kanker

Foto: thinkstock
Setiap pasien kanker wanita yang menjalani kemoterapi berisiko menghadapi rusaknya kesuburan karena efek samping obat yang keras. Oleh karena itu untuk beberapa kasus pembekuan sel telur ditawarkan oleh dokter sebagai jalan untuk 'menyelamatkan' sel sehat yang tersisa sebelum menjalani pengobatan.

Sementara itu pembekuan sel telur dengan alasan untuk menunda kehamilan dikatakan oleh American Society for Reproductive Medicine (ASRM) pada tahun 2012 tak direkomendasikan. Alasannya karena belum ada data studi yang bisa menyokong dari segi efektivitas, keamanan, efikasi, etika, dan risiko moral.

2. Tak semua dipakai

Foto: thinkstock
Hanya sedikit wanita yang memang kembali memakai sel telurnya yang telah dibekukan. Studi terbaru yang dilakukan peneliti di klinik kesuburan Santa Monica, California, membuktikan dari tahun 2007 sampai 2012 hanya sekitar lima persen saja wanita yang kembali memakai sel telur bekunya.

Survei alasan mengapa hanya sedikit yang benar-benar memakai sel telurnya menunjukkan kebanyakan karena sang wanita sudah bisa hamil lewat jalan lain, belum siap memiliki anak, atau belum memiliki pasangan.

3. Bukan jaminan kehamilan

Foto: thinkstock
Wanita yang membekukan sel telurnya bukan berarti ia dijamin bisa hamil kelak. Studi yang dilakukan di Eropa menunjukkan bahwa keberhasilan kehamilan tetap beragam mulai dari 36 hingga 61 persen.

Faktor yang memengaruhi adalah usia saat sang wanita membekukan sel dan jumlah dari sel telur beku itu sendiri. Semakin muda usia wanita dan semakin banyak telur yang dibekukan maka semakin besar kemungkinannya untuk hamil.

4. Bekukan saat masih 'segar'

Foto: thinkstock
Sel telur yang dibekukan ketika seorang wanita masih muda akan memiliki kualitas lebih baik dibandingkan wanita tua. dr Wendy Vitek dari University of Rochester Medical Center mengatakan usia yang ideal untuk membekukan telur adalah usia 20 sampai awal 30 tahun.

Di atas usia 38 tahun, sel telur yang dibekukan menurut studi di Italia telah berkurang kesuburannya. Oleh sebab itu tingkat kehamilan pun turun menjadi 10 persen.

5. Bayi dari sel telur beku masih jarang

Foto: thinkstock
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya hanya sekitar lima persen wanita yang pada akhirnya betul-betul menggunakan sel telur beku mereka. Dampaknya bayi yang lahir dari sel telur beku di dunia juga masih sedikit.

Dari tahun 1986 saat prosedur pertama kali dikenalkan, USC Fertility Center di University of Southern California memperkirakan baru ada sekitar 5.000 bayi di dunia yang lahir dari sel telur beku.

Halaman 2 dari 6
Setiap pasien kanker wanita yang menjalani kemoterapi berisiko menghadapi rusaknya kesuburan karena efek samping obat yang keras. Oleh karena itu untuk beberapa kasus pembekuan sel telur ditawarkan oleh dokter sebagai jalan untuk 'menyelamatkan' sel sehat yang tersisa sebelum menjalani pengobatan.

Sementara itu pembekuan sel telur dengan alasan untuk menunda kehamilan dikatakan oleh American Society for Reproductive Medicine (ASRM) pada tahun 2012 tak direkomendasikan. Alasannya karena belum ada data studi yang bisa menyokong dari segi efektivitas, keamanan, efikasi, etika, dan risiko moral.

Hanya sedikit wanita yang memang kembali memakai sel telurnya yang telah dibekukan. Studi terbaru yang dilakukan peneliti di klinik kesuburan Santa Monica, California, membuktikan dari tahun 2007 sampai 2012 hanya sekitar lima persen saja wanita yang kembali memakai sel telur bekunya.

Survei alasan mengapa hanya sedikit yang benar-benar memakai sel telurnya menunjukkan kebanyakan karena sang wanita sudah bisa hamil lewat jalan lain, belum siap memiliki anak, atau belum memiliki pasangan.

Wanita yang membekukan sel telurnya bukan berarti ia dijamin bisa hamil kelak. Studi yang dilakukan di Eropa menunjukkan bahwa keberhasilan kehamilan tetap beragam mulai dari 36 hingga 61 persen.

Faktor yang memengaruhi adalah usia saat sang wanita membekukan sel dan jumlah dari sel telur beku itu sendiri. Semakin muda usia wanita dan semakin banyak telur yang dibekukan maka semakin besar kemungkinannya untuk hamil.

Sel telur yang dibekukan ketika seorang wanita masih muda akan memiliki kualitas lebih baik dibandingkan wanita tua. dr Wendy Vitek dari University of Rochester Medical Center mengatakan usia yang ideal untuk membekukan telur adalah usia 20 sampai awal 30 tahun.

Di atas usia 38 tahun, sel telur yang dibekukan menurut studi di Italia telah berkurang kesuburannya. Oleh sebab itu tingkat kehamilan pun turun menjadi 10 persen.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya hanya sekitar lima persen wanita yang pada akhirnya betul-betul menggunakan sel telur beku mereka. Dampaknya bayi yang lahir dari sel telur beku di dunia juga masih sedikit.

Dari tahun 1986 saat prosedur pertama kali dikenalkan, USC Fertility Center di University of Southern California memperkirakan baru ada sekitar 5.000 bayi di dunia yang lahir dari sel telur beku.

(fds/vit)

Berita Terkait