Menaklukkan si 'Raja Kanker' dengan Pisau Nano

Laporan dari Guangzhou

Menaklukkan si 'Raja Kanker' dengan Pisau Nano

Melisa Mailoa - detikHealth
Kamis, 07 Jul 2016 12:25 WIB
Menaklukkan si Raja Kanker dengan Pisau Nano
NanoKnife (Foto: dok. asiancancer.com)
Guangzhou - Li Xingde mengidap kanker pankreas stadium lanjut. Dengan peluang kesembuhan yang tipis, penyakit ini kerap dijuluki sebagai 'raja kanker'.

Pasien ini datang ke St Stamford Modern Cancer Hospital di Guangzhou, China dengan kondisi distensi abdomen (perubahan tekanan di lambung), sakit perut dan terdiagnosis kanker pankreas stadium tiga dengan ukuran tumor 4,5 cm x 4 cm.

Jenis tumor ini sulit didiagnosis dan diobati. Menurut dokter, peluang bertahan hidup dalam 5 tahun berikutnya (5 years survival rate) hanya sekitar 5 persen. Itu sebabnya, kanker pankreas sering dijuluki 'raja kanker'.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika dilakukan radioterapi atau kemoterapi, hasil yang didapat akan terbatas. Teknik ablasi fisik memang lebih efektif, namun berisiko tinggi menimbulkan komplikasi dan kematian jika diterapkan di pankreas.

"Tumor yang berdekatan dengan rektum, kandung dan saluran empedu, pankreas, dan saluran kencing memiliki risiko pengobatan," ungkap dr Bai Haishan, penanggung jawab utama NanoKnife di St Stamford Modern Cancer Hospital.

Baca juga: Kenali, Kondisi yang Bisa Jadi Gejala Awal Kanker Pankreas

Para dokter menjatuhkan pilihan pada teknik ablasi NanoKnife, yang merupakan salah satu teknik ablasi 'minim-sayatan' paling mutakhir saat ini. Meski baru pertama kali diterapkan di St Stamford Modern Cancer Hospital, teknik ablasi ini sudah dipakai di lebih dari 100 rumah sakit.

Mekanisme yang digunakan adalah Ireversibel Elektroporasi (IRE), yakni mematikan sel kanker dengan getaran listrik. Selaput sel kanker diserang dengan tegangan tinggi yang dikeluarkan dari jarum elektroda, sehingga merusak dan mematikan sel kanker dalam waktu singkat.

Dibandingkan dengan teknik ablasi biasa, IRE memiliki beberapa keunggulan. Di antaranya, durasi ablasi yang singkat, dapat mempertahankan jaringan penting di sekitar area ablasi, tidak terpengaruh oleh efek pendingin, serta dapat melakukan ablasi secara menyeluruh.

"Setelah diputuskan untuk menerapkan NanoKNife selama 72 jam, pasien dalam keadaan baik. Tidak ada komplikasi," ujar Peng Xiaochi, Kepala Departemen Onkologi di St Stamford Modern Cancer Hospital.

Baca juga: Studi: Bau Mulut Berkaitan dengan Risiko Kanker Pankreas (up/up)

Berita Terkait