Nah, studi yang dilakukan Dr drg Abdul Latief SpBM(K) untuk disertasinya mengamati hal ini pada 304 sampel pasien usia 14-49 tahun di Nusa Tenggara Timur. Mereka berasal dari etnik yang sama yakni Proto-Malayid dan belum menjalani operasi sama sekali. Dikatakan drg Latief, data soal efek ketika bibir sumbing tak dioperasi terhadap perkembangan rahang atas atau bawah masih amat jarang.
Sebab, selama ini pengamatan banyak dilakukan pada pasien yang sudah menjalani operasi di usia dini. Atau, beberapa penelitian menggabungkan pasien dewasa dan anak serta mengamati pasien dari etnis yang digabungkan. drg Latief menambahkan, tujuan penelitiannya yakni menganalisis apakah ada perbedaan morfologi wajah individu dengan bibir sumbing yang belum dilakukan operasi dibanding dengan kelompok kontrol (tanpa celah bibir dan langit-langit).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dr drg Abdul Latief SpBM(K) |
Baca juga: Tonggos, Gigi Maju karena Rahang Kekecilan atau Gigi Kebesaran
"Hasilnya, pada pasien yang belum menjalani operasi sama sekali, pertumbuhan rahang atasnya dan juga bawahnya ternyata bisa melebihi normal, dibanding kelompok normal. Padalah selama ini kita punya kesan bahwa pasien bibir sumbing ini pertumbuhan rahangnya akan terhambat," kata drg Latief saat ditemui di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Salemba, baru-baru ini.
Ia menambahkan, setiap tipe celah bibir pun mempunyai karakteristik morfologi wajah masing-masing. drg Latief berharap hasil studinya ini bisa memberi rekomendasi bagi para dokter untuk menerapkan perawatan yang tepat sesuai jenis celah bibir pasien. Kemudian, untuk orang tua atau komunitas, diharapkan ada gambaran efek apa yang terjadi jika celah bibir dan langit-langit dioperasi, tidak dioperasi, lalu penanganannya seperti apa.
"Intinya supaya kita bisa tentukan treatment mana yang terbaik untuk pasien. Misalnya pasien dioperasi, pertumbuhan rahangnya terhambat, maka nanti perlu dilakukan orthogenetic surgery, rahang dipotong lalu dimajuin ke depan," kata drg Latief.
Selain itu, karena kebanyakan literatur saat ini berfokus pada etnik kaukasian, drg Latief berharap studinya yang fokus pada etnik proto malayid bisa menjadi acuan untuk perawatan pasien bibir sumbing dari etnik tersebut.
Baca juga: Awas! Pasang Kawat Gigi Tak Boleh Sembarangan, Harus dengan Ahlinya
(rdn/vit)












































Dr drg Abdul Latief SpBM(K)