Mengapa Usai Berkonflik Pria Lebih Mudah Saling Memaafkan Dibanding Wanita?

Mengapa Usai Berkonflik Pria Lebih Mudah Saling Memaafkan Dibanding Wanita?

Firdaus Anwar - detikHealth
Senin, 08 Agu 2016 12:33 WIB
Mengapa Usai Berkonflik Pria Lebih Mudah Saling Memaafkan Dibanding Wanita?
Foto: Thinkstock
Jakarta - Mengapa pria lebih mendominasi dalam kelompok kerja disebut dalam studi terbaru di jurnal Current Biology sebagian mungkin karena kemampuannya untuk rekonsiliasi.

Sehabis konflik pria disebut lebih mudah untuk saling memaafkan dibandingkan wanita dan di lingkungan kerja hal ini membuat mereka mudah bekerja sama. Peneliti percaya sifat tersebut adalah sesuatu yang diturunkan setelah melihat kondisi serupa pada simpanse pejantan.

Simpanse pejantan dalam suatu kelompok adalah hewan agresif yang selalu bertengkar, namun demikian mereka akan segera berhenti ketika ada kelompok lain datang mengancam. Studi sebelumnya juga melihat bahwa simpanse jantan dan betina memiliki sikap yang berbeda setelah bertengkar dengan simpanse pejantan lebih aktif berekonsiliasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Psikolog ingin mengetahui apakah sifat yang sama ada pada manusia sehingga mereka meneliti rekaman pertandingan tenis, ping pong, badminton, dan tinju yang melibatkan atlet pria serta wanita dari 44 negara. Penelitian fokus pada gestur kontak fisik seperti jabat tangan atau pelukan antara dua atlet yang bermusuhan.

Baca juga: Pria Tubuh Berotot Cenderung Dipandang Lebih Cocok Sebagai Pemimpin

Dalam masyarakat umum data menunjukkan kontak fisik antara wanita sebetulnya setara atau lebih tinggi daripada pria. Namun dalam kompetisi olahraga yang diobservasi pria secara signifikan menghabiskan lebih banyak waktu kontak fisik untuk melakukan apa yang disebut 'rekonsiliasi paska konflik'.

"Apa yang Anda lihat bahwa seringnya para (atlet -red) wanita hanya saling menempelkan jari tangannya. Anda diharapkan untuk sportif tapi sangat kaku. Akan tetapi pada pria bahkan hanya dengan jabat tangan saja Anda bisa melihat kehangatan dan keeratannya," kata pemimpin studi Profesor Joyce Benenson dari Harvard University seperti dikutip dari BBC, Senin (8/8/2016).

"Saya menyangka hal ini akan lebih lemah pada olahraga tinju karena Anda mencoba membunuh lawan, tapi ternyata efeknya justru paling kuat. Benar-benar ada rasa cinta untuk lawan yang berada di luar pemahaman saya," pungkasnya.

Meski diakui studi memiliki keterbatasan, peneliti berkesimpulan apa yang dilakukan manusia tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan simpanse. Para prianya berusaha untuk memaafkan dengan harapan bisa bekerja sama di masa depan.

Baca juga: Tekanan Ekonomi dan Tak Dekat dengan Anak Bikin Ayah Baru Rentan Depresi (fds/vit)

Berita Terkait