Dengan begitu, tindakan perawatan dan pengobatan bisa diberikan sesuai kondisi kulit pasien dan tak sembarangan.
Demikian disampaikan oleh dr Suksmagita Pratidina, SpKK atau dr Gita dari RS Pondok Indah, dalam Diskusi Media Bayer: Kenali Jerawat Hiperandrogen dan Dampaknya Bagi Perempuan, yang diadakan di The Hermitage, Menteng, Jakarta, Rabu (31/8/2016).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Prinsip utama mengobati jerawat menurut dr Gita adalah mengeliminasi penyebabnya. Salah satunya misalnya kelebihan produksi minyak di kulit.
Baca juga: Rajin Cuci Muka Kok Masih Jerawatan? Bisa Jadi Kelebihan Androgen
Jerawat dibagi menjadi tiga, kelompok ringan, sedang dan berat. Untuk kategori jerawat ringan, biasanya obat yang diberikan adalah obat lini depan dan hanya berupa obat oles.
"Kalau tidak berpengaruh, dokter akan memilih obat lini kedua. Kalau gagal juga baru dipilih obat lini ketiga. Tiap kelompok jerawat selalu ada pilihan pengobatannya," imbuh dokter yang juga praktik di Erha Clinic tersebut.
Bukan tak mungkin jerawat terkadang juga harus diobati dengan antibiotik. Antibiotik yang diberikan juga disesuaikan jenisnya karena spektrum kumannya berbeda-beda.
"Kalau tidak bisa juga, kita eliminasi penyebab dari dasarnya, yaitu produksi minyaknya dikurangi. Mengobati jerawat itu harus bertahap karena kondisi kukit orang berbeda-beda, tidak bisa langsung sembuh begitu saja," papar dr Gita.
Baca juga: Kata Dokter Soal Kebiasaan Bersihkan Kulit Wajah Berjerawat dengan Alkohol (ajg/up)











































