Jangan Salah Kaprah, Kemoterapi Tak Selalu Merusak Indung Telur dan Rahim

Jangan Salah Kaprah, Kemoterapi Tak Selalu Merusak Indung Telur dan Rahim

Ajeng Anastasia Kinanti - detikHealth
Selasa, 20 Sep 2016 17:30 WIB
Jangan Salah Kaprah, Kemoterapi Tak Selalu Merusak Indung Telur dan Rahim
Foto ilustrasi: Thinkstock
Jakarta - Julia Perez alias Jupe kembali menjadi pemberitaan karena mengaku dirinya diprediksi dokter mengalami menopause dini. Diagnosis ini muncul sebagai akibat dari rangkaian terapi kanker serviks yang dijalaninya sejak tahun 2014.

Dokter spesialis kebidanan dan kandungan RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, dr Muhammad Nurhadi Rahman, SpOG, atau dr Adi, radioterapi atau kemoterapi dengan cara yang konvensional, memang ada risiko menyebabkan kerusakan sel telur.

Namun kini seiring perkembangan teknologi di bidang kedokteran, ada pemeriksaan dan tindakan yang bisa dilakukan sebelum terapi, guna 'menyelamatkan' organ reproduksi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada namanya 'fertility preservation', pada saat dilakukan kemoterapi dan radiasi untuk kanker serviks misalnya. Ada beberapa yang menggunakan obat-obatan untuk menyelamatkan indung telur, ada yang menggunakan operasi untuk memindahkan indung telur supaya tidak terkena saat dilakukan radiasi," ungkap dr Adi kepada detikHealth.

Ini supaya organ-organ reproduksi tersebut tetap 'aman' dan pasien bisa mempertahankan fungsi normal indung telur. Menurut dr Adi, ada beberapa pemeriksaan laboratorium yang dilakukan sebelum dan sesudah kemoterapi dan radioterapi, untuk memastikan kondisi ovarium atau indung telur tetap baik.

"Dan yang terpenting pastikan dulu stadium kankernya memang masih memungkinkan untuk dipertahankan tidak indung telur dan rahimnya. Kalau kankernya sudah stadium lanjut, rahim mungkin sudah tidak bisa dipertahankan, tapi indung telurnya mungkin masih bisa," imbuh dosen Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut.

Ia melanjutkan, teknologi bidang kedokteran saat ini sudah maju. Jika kini sudah ada cangkok ginjal atau cangkok hati, maka ke depannya akan dirintis cangkok rahim. Jadi pasien yang kanker serviksnya sudah parah dan rahimnya harus diangkat, namun indung telurnya masih berfungsi normal, masih berpeluang hamil dengan cangkok rahim.

Semua prosedur ini dikatakan oleh dr Adi tidak bisa dilakukan oleh dokter kandungan biasa, melainkan oleh dokter kandungan yang sudah mendalami ilmu kanker kandungan dan infertilitas.

"Teknologi semakin maju. Indung telur bisa diselamatkan kok dengan teknik pengobatan dan prosedur tertentu. Jadi kemoterapi, radioterapi atau operasi apabila memang sesuai dengan stadium kankernya tetap harus dikerjakan, jika pasien ingin indung telur tetap diselamatkan bisa didiskusikan dengan dokter ahli yang menangani kankernya," terang dokter pemilik akun Twitter @adirahmanOG ini.

Baca juga: Kalau Ada Tanda Ini, Berarti Sudah Waktunya Ibu Hamil Tua Pergi ke RS (ajg/vit)

Berita Terkait