Hingga suatu ketika Howland kehilangan kata di saat memberikan kuliah umum di sebuah kampus di Los Angeles. Ia mengira itu karena efek kebanyakan minum champagne sebab di malam sebelumnya, ia memang baru saja merayakan ulang tahun ke-50 bersama suami dan ketiga anaknya.
Lalu keanehan-keanehan muncul, seperti saat Alice tersesat ketika sedang berlari. Sadar akan kondisinya, pengajar di University of Columbia itu pun memeriksakan diri ke dokter. Dokternya awalnya menduga jika Alice telah mengalami menopause, namun ia masih datang bulan. Ia juga mengaku kebutuhan tidurnya selalu terpenuhi selama 7 jam dan ia tak pernah merasa stres meski pekerjaannya menumpuk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alice lantas diarahkan untuk melakukan tes MRI (Magnetic Resonance Imaging). Dan sementara menunggu hasilnya keluar, ia diminta berlatih menghapal berbagai kata. Caranya, dengan menghapal tiga kata yang dituliskan di papan tulis kecil di dapur yang kemudian ditutup. Setelah jeda waktu tertentu, Alice harus menyebutkan kembali ketiga kata itu. Saat itu ia masih bisa melakukannya dengan baik.
Namun saat akan memasak untuk hari Natal, Alice lupa dengan resep puding yang selalu ia buat setiap hari libur tersebut. Ia pun diam-diam mencari resep itu lewat internet. Hal lain yang aneh adalah Alice salah menyebut nama gadis yang dibawa pulang Tom, anak keduanya saat makan malam.
Dari hasil MRI terungkap tak ada masalah dengan pembuluh darah di otak Alice ataupun tanda-tanda stroke. Akan tetapi sang dokter yang bernama Travis Benjamin mengkhawatirkan hasil tes daya ingat Alice yang menunjukkan tanda-tanda kelemahan memori sporadis yang terlalu dini untuk orang seusianya. Untuk memastikannya, Travis pun melakukan tes PET (Positon Emission Tomography) pada Alice.
Malamnya, Alice tak bisa tidur lalu membangunkan John, suaminya yang juga seorang dokter. Ia mengutarakan kekhawatirannya, namun John merasa itu hanya penuaan biasa. Hanya saja saat John mengantar Alice untuk melihat hasil PET sang istri, ia mendengar sendiri dari Travis bahwa sebagian otak Alice telah dipenuhi beta amyloid yang diperkirakan telah menumpuk selama beberapa tahun belakangan.
Beta amyloid merupakan protein yang selama ini diyakini sebagai penanda awal dari penyakit Alzheimer. Travis juga menduga penurunan kemampuan kognitifAlice menurun dari sang ayah, sehingga anak-anaknya kelak dikhawatirkan juga memiliki 'bakat serupa'. Hal ini tak pelak membuat Alice semakin diliputi rasa cemas.
Setelah dirasa siap, ia pun memberitahukan hal ini kepada ketiga anaknya, termasuk meminta mereka untuk melakukan tes demi memastikan ada tidaknya risiko Alzheimer dalam diri mereka. Alice sendiri dari hari ke hari semakin menunjukkan penurunan daya ingat yan memilukan, seperti keliru meletakkan sampo ke dalam kulkas, atau lupa silabus saat mengajar.
Bahkan suatu ketika Alice dipanggil pihak kampus yang mendapat keluhan dari para mahasiswa jika konten perkuliahan Alice terasa kacau dan seakan-akan disampaikan secara sembarangan. Mahasiswa lain juga mengaku kesulitan mencerna pelajaran dari Alice dan wanita ini tampak seperti malas saat mengajar. Saat itulah ia mengaku jika terdiagnosis dengan Alzheimer. Akan tetapi karena kondisinya memburuk, ia pun diminta melepaskan pekerjaan mengajarnya.
Dalam kesempatan lain, Alice pulang dari lari dan mampir ke kios es krim kesukaannya. Ternyata ia menghabiskan banyak waktu di sana dan baru pulang dua jam kemudian. Tak disangka John telah menunggu dan mengingatkan bahwa karena kelalaian Alice, ia terpaksa membatalkan rencana makan malam mereka dengan kolega John. Di sisi lain, John berharap istrinya tetap berfungsi seperti biasa walaupun kemampuan mentalnya menurun.
"Bagaimana mungkin aku bisa ikut pesta makan malam. Apa jadinya kalau aku ikut makan malam, toh aku tak bisa mengingat nama ataupun mencerna anekdot mereka," tanya Alice.
Ia bahkan berharap mengidap kanker karena nampaknya itu terasa lebih mudah baginya. Setidaknya hal itu tak membuatnya malu dengan kepikunan yang terjadi padanya. Terlepas dari itu Alice mulai bisa beradaptasi dengan dirinya. Ia bahkan menyiapkan diri dengan membuat sejumlah pertanyaan yang harus bisa ia jawab untuk memastikan kapan kondisinya akan memburuk, di antaranya siapa nama anak tertuanya, di bulan apa Alice lahir dan di jalan mana ia tinggal.
Ia juga membuat sebuah video untuk berjaga-jaga manakala kelak Alice benar-benar tak ingat apapun. Dalam video itu ia berpesan kepada dirinya sendiri di masa depan untuk membuka sebuah folder bertajuk Butterfly di komputer jinjingnya jika hal itu terjadi. Suatu ketika Alice akan pergi lari bersama John, tetapi ia bermaksud untuk buang air kecil sebelum pergi.
Namun begitu masuk rumah, Alice malah kebingungan. Karena lama, John yang menunggu di teras rumah, mengecek keadaan Alice dan mendapati celana istrinya sudah basah. Wanita berambut cokelat itu malah menangis dan mengatakan ia tak tahu di mana letak kamar mandi. Setelah itu, Alice sudah tak lagi mengajar dan menghabiskan lebih banyak waktu di rumah. Untung ia ditemani si bungsu, Lydia yang awalnya tidak begitu sabar menghadapi sang ibu.
Hingga suatu ketika Lidya bertanya seperti apa rasanya mengidap Alzheimer. Menurut Alice, ia terkadang seperti orang normal, tetapi di waktu yang lain ia tak ubahnya orang yang kehilangan jati diri. "Karena selama ini aku bergantung pada pengetahuanku, bahasaku dan artikulasiku, tetapi sekarang aku bisa melihat ada banyak kata di depan mataku, tapi aku tak bisa menggapainya," terangnya.
Ketika bertemu Travis, Alice juga sudah tak mampu mengeja sebuah kata dari belakang dengan cepat. John yang melihatnya mengaku khawatir dengan tingkat kerusakan yang ia begitu cepat terjadi pada sang istri. Namun Travis mengatakan dengan 'familial early onset' yang dialami Alice, penurunan kognitifnya memang bisa terjadi lebih cepat, terutama bagi mereka yang berpendidikan tinggi.
"Mereka terkadang berhasil mencegah terjadinya penurunan proses mental melalui cara-cara yang inovatif, tetapi daya ingat Alice jelas menurun. Hanya saja akal pikirannya masih sehat, jadi jangan kehilangan harapan," tandas Travis saat itu.
Travis juga bangga dengan pencapaian Alice yang berani berbicara dalam sebuah pertemuan dengan pengidap Alzheimer lainnya, walaupun ia harus membaca catatan yang dibuatnya pelan-pelan. Tetapi dalam pidatonya itu, ia mengutarakan bahwa dirinya tak ingin dianggap menderita karena penyakit yang melumpuhkan tersebut. "Saya tidak menderita, tapi saya berjuang untuk tetap bertahan, termasuk tetap terhubung dengan diri saya yang dulu," tuturnya.
Hanya dalam waktu sebulan, kondisi Alice sudah begitu buruk. Ia tak lagi bisa menjawab pertanyaan tentang nama anak tertuanya dan salah tulis ketika menjawab di bulan apa ia dilahirkan. Alice juga tak lagi bisa mengikat tali sepatunya sendiri dan harus dibantu saat memakai baju. Ia bahkan sering tampak berantakan, dan John menyebut sang istri seperti 'anak hilang'.
Berkat film ini, aktris Julianne Moore yang memerankan sosok Alice meraih Piala Oscar untuk kategori pemeran utama wanita terbaik di tahun 2015. Namun film yang memang didasarkan pada kisah nyata ini memang mampu memberikan gambaran secara jelas seperti apa rasanya menjadi seorang pengidap Alzheimer, lengkap dengan problema yang mereka hadapi dalam keseharian dan melakukan interaksi sosial. Bahkan Alice digambarkan terkadang lupa pada anaknya sendiri.
Foto: Getty ImagesIlustrasi (Foto: Thinkstock) |
Gejala yang terlihat pada Alice dari waktu ke waktu sendiri memang identik dengan yang ditemukan pada pasien Alzheimer. Dikutip dari alzheimers.org.uk, gejala penyakit ini dimulai dari yang ringan dan dari waktu ke waktu memburuk hingga mengganggu kehidupan sehari-hari dari penderitanya.
Bagi kebanyakan pasien Alzheimer, gejala yang paling awal muncul adalah hilang ingatan, khususnya yang baru terjadi atau informasi yang baru didapatnya. Ini karena bagian otak yang mengalami kerusakan di tahapan awal Alzheimer adalah hippocampus yang berperan penting dalam proses mengingat sesuatu.
Lebih rinci, biasanya seseorang dengan gejala awal Alzheimer cenderung kehilangan barang, seperti pada Alice yang sampai panik karena kehilangan ponselnya; kesulitan menemukan kata yang tepat dalam percakapan, atau lupa nama orang; melupakan percakapan yang baru saja terjadi, dan ini berulang kali terjadi pada Alice.
Gejala lain yang menonjol adalah Alice beberapa kali tersesat saat lari, tak peduli meski ia berada di tempat yang dikenalnya. Ia juga lupa janji makan malam dengan kolega suaminya, dan lupa berbagai hal lain.
Seiring dengan berjalannya waktu, pasien Alzheimer tak hanya akan kehilangan ingatan, tetapi juga mulai sulit berpikir atau cenderung lambat; tak bisa mencerna pembicaraan ataupun sekadar berkomunikasi, sehingga lebih banyak diam seperti orang bingung.
Pada mereka yang berada di tahap awal Alzheimer juga akan terjadi perubahan mood, entah itu cemas, mudah marah atau tertekan pada banyak hal, dan ini juga terlihat pada Alice. Dan biasanya ia sampai tak bisa tidur atau sering terbangun di tengah malam.
Akan tetapi seperti ditekankan Travis, kondisi setiap pasien Alzheimer tak selalu sama alias unik, sehingga manajemen dan terapinya tidak bisa dipukul rata. Artinya harus disesuaikan dengan keadaan masing-masing pasien.
Terkait dengan usia Alice yang tergolong muda saat terserang Alzheimer, diduga ini ada kaitannya dengan faktor genetik. Padahal Alzheimer seperti inipun juga tergolong langka. Di samping itu, bila dilihat dari jenis kelaminnya, wanita memang berpeluang dua kali lebih besar untuk mengidap Alzheimer ketimbang pria sehingga semakin memperbesar peluang Alice.
Foto: thinkstockIlustrasi (Foto: Thinkstock) |
Seperti dikutip dari www.alz.org, bila Anda penasaran bagaimana cara mengetahui apakah seseorang berisiko mengidap Alzheimer atau tidak, ada 10 gejala dini yang bisa dijadikan patokan, yakni:
1. Hilang ingatan yang sampai mengganggu keseharian
2. Kesulitan untuk merencanakan sesuatu atau menyelesaikan masalah
3. Kesulitan melakukan pekerjaan harian, baik di rumah, kantor atau bahkan saat santai
4. Tak ingat tanggal atau hari maupun bingung ketika berada di suatu tempat yang sebenarnya familiar
5. Gangguan penglihatan semisal tak bisa membaca dengan jelas atau membedakan warna
6. Sulit terlibat dalam suatu percakapan atau tidak bisa menyelesaikan kalimat ketika mengutarakan sesuatu
7. Sering kehilangan barang, salah meletakkan barang dan tak bisa menemukannya kembali
8. Tak bisa memutuskan sesuatu, dan cenderung tidak merawat diri
9. Berhenti bekerja atau melakukan hobi
10. Perubahan mood dan kepribadian, seolah-olah kesal karena tidak ingat apapun. (lll/up)












































Foto: Getty Images
Foto: thinkstock