Menanggapi hal tersebut, Sekjen Kemenkes dr Untung Suseno mengatakan sebetulnya yang ditakutkan adalah saat banjir, tikus akan 'naik' ke hunian warga dan kencing di area rumah. Padahal, seperti diketahui bakteri leptospira penyebab penyakit ini menyebar lewat kotoran dan kencing tikus.
Untuk itu, asal warga rajin membersihkan rumah dan menjaga kebersihan sehingga tidak ada bekas kencing atau kotoran tikus, leptospirosis bisa dicegah. Begitu juga ketika tak ada tikus yang bisa masuk ke rumah, keadaan pun 'aman'.
"Bisa efektif mencegah leptospirosis kalau kita (warga) juga jaga kebersihan. Kalau nggak ya nanti muncul lagi," kata Untung di Kantor Kemenkes, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (25/10/2016).
Baca juga: Hindari Sakit Kencing Tikus, Pakailah Speatu Boot Saat Lewati Banjir
"Mau bunuh tikus di Jakarta kan banyak sekali, jadi ini sifatnya hanya mengurangi dan lebih membuat masyarakat waspada bahwa ini hama tikus nih berbahaya. Sekarang kan nggak, tikus kayak dianggap main-main," tambahnya.
Untung menekankan, sejatinya dengan adanya satu gerakan ini banyak pesan yang bisa disampaikan ke masyarakat. Berbicara soal leptospirosis, penyakit itu juga dikenal sebagai demam canicola, demam ladang tebu, dan demam 7-hari.
Penyebabnya, kuman leptospira dapat hidup di air tawar selama lebih kurang 1 bulan. Bahkan leptospira juga bisa bertahan di tanah yang lembap, tanaman, maupun lumpur dalam waktu lama. Kuman ini dapat 'berenang' di air sehingga bisa menginfeksi kaki manusia yang sedang terluka.
Gejala-gejala leptospirosis awalnya menyerupai gejala flu, yaitu demam tinggi, sakit kepala, menggigil, dan nyeri. Pada tahap lanjut, muncul gejala muntah, sakit kuning, nyeri perut, diare dan ruam. Gejala umumnya terjadi selama sepekan. Jika tidak diobati, infeksi dapat menyebabkan kerusakan ginjal, hati, meningitis, gangguan pernapasan hingga kematian.
Baca juga: Saat Banjir Melanda, Hati-hati Terserang Penyakit Kencing Tikus
(rdn/up)