"Aldi mau konfirmasi bahwa Aldi lagi berjuang melawan kanker untuk kesembuhan, tanggal 24 kemarin sudah kemoterapi. Aldi kena kanker getah bening. Alhamdulillah berkat doa orangtua dan support keluarga, Aldi berjuang untuk kesembuhan," kata Aldi saat ditemui wartawan di kediamannya, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Rabu (26/10/2016) malam.
Dibandingkan jenis kanker lain seperti kanker serviks atau kanker payudara, kanker kelenjar getah bening atau limfoma belum terlalu populer. Padahal penyakit ini juga berbahaya dan mematikan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Stres Bisa Tingkatkan Risiko Berkembangnya Sel Kanker? Ini Faktanya
1. Berasal dari sel darah putih
|
Foto: ilustrasi/thinkstock
|
Ini tentu berbahaya, sebab limfosit sendiri merupakan salah satu bagian dari sistem kekebalan tubuh atau imun.
Ya, limfosit berasal dari nodus limfa, yang merupakan salah satu organ penting dalam sistem kekebalan tubuh. Limfosit juga terdiri dari jaringan-jaringan limfosit seperti limfa, sumsum tulang, serta organ-organ lainnya.
2. Benjolan jadi gejala utama
|
Foto: thinkstock
|
Selan itu, benjolan akibat limfoma umumnya lebih dari satu dan 'bergerombol'. Sehingga jika diamati dengan mata telanjang, benjolan-benjolan tersebut terlihat banyak dan tidak hanya satu saja.
"Kalau karena limfoma, benjolan justru makin besar. Juga perhatikan gejala khas limfoma lainnya, seperti demam lama dengan suhu tak sampai 38 derajat Celcius," pesan Dr dr Andhika Rachman, SpPD-KHOM, dari RS Cipto Mangunkusumo.
3. Demam berkelanjutan dan berkeringat
|
Foto: Thinkstock
|
Berkeringat berlebihan di malam hari disebutkan dr Andhika juga bisa menjadi salah satu ciri khas limfoma. Keringat berlebihan akibat limfoma ini biasanya muncul meskipun udara dingin ataupun ketika sudah memakai pendingin. Kondisi ini umumnya terjadi akibat metabolisme sel kanker.
Kondisi lain yang biasa menjadi gejala limfoma yakni keringat sangat banyak, bahkan sampai membuat baju menjadi basah dan terpaksa harus ganti baju terus-menerus.
"Biasanya kondisi ini dibarengi dengan meriang, badan terasa tidak enak. Kondisi ini juga umumnya terjadi pada waktu menjelang malam sampai dini hari," paparnya.
4. Obesitas dan imun lemah jadi faktor risiko
|
Foto: iStock
|
Pada kondisi normal, seseorang akan membentuk zat penangkal yang disebut antibodi terhadap segala benda asing yang masuk, misalnya kuman. Nah, pada orang dengan lupus (odapus) terbentuk kelebihan antibodi yang menyerang tubuh.
Selain itu, limfoma juga lebih mungkin dialami oleh seseorang yang memiliki berat badan berlebih alias obesitas. Terlebih jika pola makan orang tersebut tak sehat, misalnya terlalu sering mengonsumsi gorengan atau daging merah.
"Bisa juga lebih dialami oleh orang yang memiliki riwayat kanker di keluarganya. Meskipun demikian, bukan berarti orang dengan limfoma pasti akan menurunkan kondisi ini kepada keturunannya, ini belum ada bukti ilmiah yang mendukung," imbuh dr Andhika
5. Bisa disembuhkan
|
Foto: Mauludi Rismoyo
|
"Maka dari itu, kenali gejalanya seperti pembengkakan nodus limfa yang tidak terasa nyeri, batuk, nyeri dada, demam tanpa sebab jelas, serta berkeringat di malam hari. Tapi tetap harus dicek dulu," terangnya.
Dikutip dari Cancer.net, survival rate atau angka harapan hidup pasien limfoma cukup tinggi, yakni 86 persen untuk 5 tahun ke depan dan 80 persen untuk 10 tahun ke depan. Pengobatannya pun saat ini sudah termasuk canggih dengan radiasi, kemoterapi dan sinar.
Halaman 2 dari 6











































