Modus Anomali: Psikopat yang 'Bermain' dengan Dirinya Sendiri

Cinemathoscope

Modus Anomali: Psikopat yang 'Bermain' dengan Dirinya Sendiri

Rahma Lillahi Sativa - detikHealth
Jumat, 25 Nov 2016 12:39 WIB
1.

Modus Anomali: Psikopat yang 'Bermain' dengan Dirinya Sendiri

Modus Anomali: Psikopat yang Bermain dengan Dirinya Sendiri
Jakarta - Tiga puluh menit lebih penonton dibuat bingung mengikuti kemana John Evans melangkah, dan terus menebak-nebak apa yang akan dilakukannya nanti.

John, yang diperankan aktor tampan Rio Dewanto, sendiri muncul di layar dalam kondisi yang tidak biasa. Ia bangkit dari dalam tanah, seolah-olah berhasil terbebaskan dari belenggu Bumi. Setelah itu ia seperti linglung dan ketakutan, entah karena baru keluar dari perut Bumi ataukah karena tak tahu di mana ia berada.

Yang pasti John hanya ditemukan seorang diri di tengah hutan. Satu-satunya petunjuk yang ditemukannya adalah sebuah ponsel di saku celana. Namun ponsel ini kosong, sama sekali tak ada daftar kontak ataupun konten lain seperti pesan dan foto lazimnya sebuah ponsel.

John kemudian berjalan lagi, dan menemukan sebuah rumah dengan pintu terbuka dan sebuah mobil keluarga terparkir di depannya. Begitu masuk, ia melihat tulisan 'Press Play' di televisi. Betapa terkejutnya John ketika tahu isi video tersebut, seorang pria tampak menyandera wanita hamil dan si wanita yang tak berdaya itu hanya bisa meronta-ronta.

Secara tak terduga, pria tadi menghunjamkan pisau ke dalam perut buncit si wanita. Si wanita seketika itu juga menghembuskan napas terakhirnya. John semakin dibuat ketakutan karena ternyata jenazah si wanita berada persis di belakangnya.

John pun lari ke luar rumah sekali lagi. Dalam keadaan panik, ia menemukan sebuah dompet di saku belakang celananya, berisi tanda pengenal dan foto seorang wanita yang merangkul kedua anaknya yang beranjak remaja. Di belakang foto itu terdapat tulisan 'We love you, John'. Itu artinya wanita yang ditikam itu adalah istrinya.

Setelah menenangkan diri, John kembali ke rumah dan memeluk istrinya. Ia bahkan sempat berteriak minta maaf karena tak bisa melindungi keluarga mereka. Setelah sempat memindahkan jenazah sang istri ke sofa, John mencoba mencari petunjuk lain dengan menyalakan handycam yang telah terhubung ke televisi.

Di situ ada beberapa video kenangan John dan putra-putrinya. Rupanya saat itu mereka sedang berlibur, meski kemudian musibah menerpa mereka. Satu hal pun disadari John, bila ia hanya menemukan jenazah sang istri, itu artinya putra-putrinya masih hidup. John kemudian mencurigai seorang pria asing yang beberapa kali menerornya dengan membawa parang. Namun meski dikejar, pria itu malah menghilang.

Di adegan lain, seorang remaja putri dan adik laki-lakinya nampak bersembunyi. Ada kemungkinan dari pria berparang yang juga menghantui seseorang yang mereka sebut sebagai 'ayah'. Karena si adik penakut, sang kakak memutuskan mencari ayah mereka seorang diri dan meminta adiknya bersembunyi di semak-semak.

Apa hubungan John dengan kedua bocah ini dan apa yang akan terjadi pada si remaja putri? Simak kelanjutannya.

Bersamaan dengan itu, John mulai melancarkan serangan balasan untuk si pria berparang. Dengan membawa parang dan lampu teplok, ia pun naik ke semacam bukit di tengah hutan dan berteriak memanggil-manggil pria itu keluar. Begitu mendengar ada langkah kaki, ia pun berlari turun dan menarik jebakan yang disiapkannya.

Benar saja, ada seseorang yang berhasil terperangkap di jebakan berupa beberapa batang kayu yang dilancipkan dan dijejer menjadi satu itu. Namun begitu dicek, ternyata yang terperangkap dalam jebakan tadi adalah si remaja putri dan seketika itu juga ia kehilangan nyawanya. John berteriak histeris melihat putrinya terbunuh olehnya.

Hari pun berganti pagi. Ia kembali melancarkan serangan balasan kepada si pria berparang dan masuk hutan. Di suatu tempat ia kemudian menemukan sebuah kaus, yang diduga milik putra bungsunya. John lantas memanggil-manggil si anak dan begitu merasa ada seseorang di belakangnya, John yang mengira itu adalah pria incarannya, melayangkan parangnya dan tepat menebas leher si anak. Ia juga mati seketika.

John semakin kebingungan karena kedua anaknya mati di tangannya sendiri. Di saat ia tengah linglung, ia mendengar suara alarm yang seolah terpendam di dalam tanah. Ia pun mengais-ais tanah hanya dengan kedua tangannya, dan menemukan jam meja digital yang memang mengeluarkan alarm. Saat itulah ia melihat sebuah tangan juga ikut terpendam bersama jam tersebut.

John lantas mencoba mencari tahu siapa pemilik tangan itu, dan ia menemukan seorang pria asing yang sudah tak bernyawa. Namun di dada pria itu tertulis 'Go back to the beginning'. Membaca itu John bergegas berlari ke liang di mana ia bangkit sebelumnya. Di sana ia menemukan sebuah kotak bertuliskan 'The Truth' berisi dua injeksi yang siap digunakan.

Tanpa pikir panjang, John menyuntikkan salah satunya ke lengannya dan beberapa detik kemudian ia meronta kesakitan di dadanya tetapi langsung tak sadarkan diri.

Apakah John meninggal dan cerita selesai begitu saja?

Hal aneh terjadi ketika John terbangun kemudian. Tidak seperti sebelumnya di mana ia tampak bingung dan ketakutan, kali ini ia sangat tenang. Bahkan ia terlihat menyingkap sebuah mobil yang tertutup kamuflase. Dengan entengnya John masuk ke mobil dan berkendara. Yang tak kalah mengejutkan, John punya 'keluarga' lain dan ketika menghubungi sang istri, ia mengaku dalam perjalanan pulang dari sebuah urusan bisnis.

Hutan itu sendiri bukanlah hutan lebat yang sama sekali tak terjamah manusia, sebab sudah ada jalanan khusus untuk dilewati kendaraan. Ada pula beberapa pondokan yang biasa digunakan keluarga untuk berlibur. Begitu sampai di sebuah pondokan, John memutuskan berhenti dan mengamati dari kejauhan. Nampak pasangan suami istri dan dua anak laki-lakinya yang sudah remaja.

John kemudian memarkirkan mobilnya dan mengeluarkan tas besar dari bagasinya. Di situ ia berganti baju dan membersihkan dirinya, lalu mendekati keluarga itu. Ketika sang ayah keluar mengambil barang-barang yang ada di mobil, John mendekat dan menawarkan bantuan. Ia mengaku sebagai tetangga mereka.

Begitu masuk dan diperkenalkan kepada seluruh anggota keluarga, tak disangka John langsung mengambil pemukul baseball dari kardus yang dibawa si ayah dan memukulkannya dengan keras ke wajah pria itu. Dengan cepat, John juga beranjak menyandera sang ibu dan meminta anak-anaknya berbalik arah. Tetapi meski kemudian kedua anak ini mencoba melawan, kemampuan mereka masih tak sebanding dengan kekuatan John.

Setelah semuanya tak sadarkan diri, John membius kedua anak ini. Lalu si ibu dibangunkan dan digorok lehernya hingga meninggal. Tak hanya itu saja, wajah si ayah dihancurkan dengan pantat pemukul baseball. Tak ada ekspresi ngeri di wajah John, hanya datar saja.

Pria ini lantas diseret keluar rumah dan dikubur di tengah hutan. Ia juga membawa jam beker yang telah diatur alarmnya lalu dikuburkan bersama jasad si pria. Barulah kemudian John menghubungi istrinya dan mengatakan ada pekerjaan baru yang harus dilakukannya sehingga ia terpaksa pulang terlambat.

Bahkan John sempat melihat-lihat handycam milik keluarga tersebut, dan menghapus adegan-adegan di mana si ayah terlihat. Kemudian ia merekam dirinya sendiri, seolah-olah itu adalah milik keluarganya.

Di akhir cerita, John menyiapkan beberapa senjata seperti pistol, busur berikut anak panahnya dan parang di dekat kedua anak yang masih tak sadarkan diri. Ia juga meninggalkan pesan bahwa ayah mereka sedang disanderanya. "Bila kalian menginginkan ayah kalian, datang dan temukan aku," tulis John. Lalu ia mengubur dirinya sendiri.

Apakah yang sebenarnya terjadi, dan mengapa John menjadi sekejam itu?

Penonton tentu mengira John adalah korban dari tindakan keji seseorang yang membantai keluarganya. Meski di tengah film diperlihatkan anak-anaknya mati karena kesalahannya sendiri. Namun begitu film mulai habis, kita perlahan tapi pasti diberikan jawaban yang sesungguhnya, tak lain John sebagai si pembunuh, bukannya korban.

Diduga John memiliki kecenderungan psikopat. Apalagi ia sengaja menjadikan adegan pembantaian itu sebagai sebuah permainan. Hanya saja dalam permainan itu ia justru menjadikan dirinya sendiri sebagai 'yang dipermainkan'. Kuncinya ada pada semacam serum yang dipersiapkannya. Begitu disuntikkan, serum tadi akan membuat seseorang menjadi hilang ingatan dalam sesaat dan hal itu nampaknya membuat permainan menjadi lebih seru bagi John.

Awalnya kita tidak akan menduga jika John adalah dalang utamanya. Namun bila benar dia memiliki kecenderungan psikopat, hal ini menjadi wajar sebab karakter psikopat (psychopathy) memang paling sulit dikenali dari segala jenis gangguan mental yang ada.

Wajah John yang datar ketika menyiksa bahkan membunuh korbannya satu-persatu merupakan petunjuk utama. Hal ini karena psikopat tak memiliki hati nurani maupun empati sehingga membuatnya menjadi penjahat yang sadis namun terlihat seperti orang baik.

Seperti dikutip dari situs Psychology Today, sejauh ini belum dapat dipastikan apa penyebab seseorang menjadi psikopat, tetapi bisa saja ini ada kaitannya dengan anatomi otak, genetik, ataupun lingkungan di mana yang bersangkutan tinggal atau dibesarkan.

Psikopat kerap keliru disamakan dengan sociopath, padahal keduanya sama sekali berbeda. Pada penderita sociopath, mereka memiliki kecenderungan untuk antisosial karena faktor lingkungan atau sosialnya; sedangkan psikopat lebih karena bawaan lahir, jadi ketika si anak dengan kecenderungan psikopat dibesarkan di dalam keluarga yang berantakan, maka ini akan memperburuk kecenderungannya untuk bersikap layaknya psikopat yang kejam.

"Yang paling buruk adalah mereka merupakan pembunuh yang dingin tapi sangat perhitungan," ujar Aaron Kipnis, PhD, penulis buku The Midas Complex seperti dikutip dari situs Web MD.

Dengan kata lain, mereka bisa menghalalkan segala cara untuk mencapai apa yang mereka inginkan. Tetapi bukan berarti orang yang licik atau egois sudah pasti psikopat.

Mereka juga lihai memanfaatkan orang lain untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. "Mereka bisa saja berpura-pura menyukai Anda, tetapi sejatinya mereka sama sekali tidak peduli," lanjut Kipnis.

Menariknya, studi terbaru mengungkapkan otak psikopat tak ada bedanya dengan otak orang pada umumnya. Mungkin hanya di fungsi tubuh saja. Misalnya bila kebanyakan orang gugup atau jantungnya berdetak cepat saat melihat darah atau tayangan kekerasan, maka psikopat justru sebaliknya, sangat tenang.

"Kualitas inilah yang membuat mereka jadi tidak punya rasa takut dan suka terlibat dalam perilaku berisiko. Mereka juga tidak takut terhadap konsekuensi dari apa yang mereka lakukan," tutupnya.