Agustus: Zika di Singapura dan Dampaknya pada Indonesia

Kaleidoskop 2016

Agustus: Zika di Singapura dan Dampaknya pada Indonesia

Rahma Lillahi Sativa - detikHealth
Selasa, 03 Jan 2017 18:02 WIB
Agustus: Zika di Singapura dan Dampaknya pada Indonesia
Foto: Thinkstock
Jakarta - Di pertengahan Mei 2016, media internasional mengabarkan seorang warga Singapura yang positif terinfeksi virus Zika sepulangnya dari perjalanan ke Sao Paulo, Brazil.

Dalam keterangannya, Kementerian Kesehatan Singapura menyebut pria berusia 48 tahun tersebut sempat menghabiskan waktu selama kurang lebih dua pekan di Sao Paulo, atau sejak tanggal 27 Maret 2016 dan kembali ke Singapura pada tanggal 7 Mei 2016.

Pada tanggal 10 Mei, pasien mengeluhkan demam dan bintik merah yang muncul di tubuhnya. Ia dirawat di rumah sakit pada tanggal 12 Mei dan dinyatakan positif terinfeksi Zika. Ia lantas mendapatkan penanganan di ruangan isolasi khusus di Tan Tock Seng Hospital.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kementerian Kesehatan mengumumkan adanya kasus Zika impor pertama di Singapura. Pasien merupakan penduduk daerah Watten Estate dan saat ini sudah dilakukan pengecekan untuk melihat adakan kemungkinan penularan," tutur Sim Ann, salah satu anggota parlemen Singapura.

Si pasien akhirnya diperbolehkan pulang setelah menjalani masa isolasi di rumah sakit selama 10 hari. Dokter juga telah memastikan tidak ada komplikasi lain dan gejala infeksi akibat Zikanya sudah mereda.

"Saya hampir saja tidak merujuknya untuk dirawat karena gejalanya sangat umum. Pasien mengeluh demam, sakit kepala, nyeri otot dan ruam di sekujur tubuh. Tapi saya melihat matanya merah dan ia mengaku baru pulang dari Sao Paolo. Alarm di kepala saya langsung berbunyi," tutur Dr Leong Hoe Nam, pakar penyakit infeksi dari Mount Elizabeth Novena Hospital yang memeriksa pasien, dikutip dari Strait Times dan diberitakan detikHealth sebelumnya.

Agustus: Zika di Singapura dan Dampaknya pada IndonesiaFoto: Thinkstock


Kendati National Environment Agency (NEA) Singapura dan Kementerian Kesehatan telah bekerjasama untuk membinasakan sejumlah sarang nyamuk, namun di bulan Agustus justru muncul 41 kasus infeksi virus Zika baru di Singapura akibat transmisi lokal, atau tidak berkaitan dengan wabah Zika yang melanda Amerika Selatan.

Sejak saat itu, jumlah kasus bertambah hingga mencapai 200 dalam sepekan dan 400-an dalam sebulan. Penemuan kasus baru masih terkonsentrasi di daerah Aljunied Crescent, Bedok North Avenue 3, Joo Seng Road, Bishan Street 12, Elite Terrace in Siglap, Ubi Avenue 1 dan Circuit Road. Upaya pembasmian sarang nyamuk masih dilakukan dengan fogging di sekitar daerah perumahan.

Eng Eong Ooi, direktur deputi dari Emerging Infectious Disease Program, Duke-NUS Medical School Singapura menjelaskan, cepatnya persebaran virus Zika di Negeri Singa terjadi karena proporsi populasi yang imun atau kebal terhadap virus Zika di sana relatif rendah.

"Bila Anda tidak punya kekebalan terhadap suatu virus, maka virusnya akan menyebar dengan cepat," jelasnya kepada CNN beberapa waktu lalu.

Baca juga: Pulang dari Brazil, Satu Orang Penduduk Singapura Positif Terinfeksi Zika

Dekatnya jarak geografis antara Singapura-Indonesia dan tingginya mobilisasi penduduk di antara kedua negara ikut memicu kekhawatiran jika virus itu bisa masuk ke Indonesia dengan mudah. Untuk mengantisipasi hal itu, pemerintah memperketat keamanan di bandara dan pelabuhan dengan menggunakan thermal scanner, termasuk memasang lavitrap untuk membasmi nyamuk yang menjadi vektor utama virus Zika.

"Kita minta juga masyarakat yang baru pulang dari Singapura, untuk melapor ke KKP (Kantor Kesehatan Pelabuhan) jika mengalami sakit setibanya di Indonesia," tandasnya lagi.

Dirjen Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Kementerian Kesehatan, dr H Mohamad Subuh, MPM menambahkan, bagi siapapun yang masuk ke Indonesia dari Singapura juga akan diberi health alert card sebagai bentuk surveilans. Ini adalah kartu berisi sejumlah informasi.

"Apabila dalam waktu 10 hari anda di rumah, anda mengalami demam dengan ciri-ciri demam tinggi, ada ruam atau bercak pada kulit, maka segera melapor ke fasilitas kesehatan yang ada seperti Puskesmas atau rumah sakit dengan harus membawa kartu tersebut," lanjut Subuh.

Sedangkan negara lain, seperti Australia, Taiwan dan Korea Selatan sempat mengeluarkan travel warning agar penduduknya menunda perjalanan ke Singapura hingga penyebaran virus dianggap telah berhenti.

Mereka yang baru pulang dari Singapura pun diminta untuk menunda kehamilan minimal 2 bulan untuk mengantisipasi infeksi Zika yang dapat menyebabkan mikrosefali pada janin.

Baca juga: Tips Aman Cegah Infeksi Zika Jika Pergi ke Singapura (lll/vit)

Berita Terkait