Begini Jadinya Saat Orang Berkepribadian Narsistik Punya Anak

ADVERTISEMENT

Begini Jadinya Saat Orang Berkepribadian Narsistik Punya Anak

Radian Nyi Sukmasari - detikHealth
Senin, 09 Jan 2017 17:31 WIB
Foto: Thinkstock
Jakarta - Seseorang dengan kepribadian narsistik umumnya mengagumi dirinya sendiri. Selain itu, pola kepribadian mereka yang narsis ditandai dengan kurangnya empati, kebutuhan lebih tinggi akan haknya, dan mencari kekaguman serta pengakuan.

Demikian disampaikan Ramani Durvasula, penulis 'Should I Stay or Should I Go? Surviving a Relationship with a Narcissist'. Menurutnya, narsis lumrah dimiliki seseorang. Namun, sudah menjadi gangguan kepribadian ketika narsisme mulai mengganggu kehidupan seseorang.

"Mereka yang narsis benar-benar percaya mereka unik dan berhak atas perlakukan khusus. Kemudian, mereka amat butuh kekaguman dan pengakuan," tutur Durvasula, dikutip dari Washington Post.

Nah, apa jadinya ketika seorang narsistik menjadi orang tua? Durvasula dan W. Keith Campbell, profesor psikologi di University of Gerogia yang juga ahli narsisme mengatakan, beberapa orang dengan narsisme akan kehilangan minat pada anak-anaknya dan mereka mencari sumber lain sebagai bentuk pengakuan.

Tapi, beberapa lainnya justru melihat anak mereka sebagai refleksi dirinya. Sehingga, si orang tua terlalu terlibat dalam kehidupan anaknya dan mengambil kontrol terhadap sang anak. Bahkan, Campbell mengatakan orang tua yang narsis memiliki hubungan emosional yang tak terlalu baik dan tidak hangat dengan sang anak.

Baca juga: Kaitan Medsos, Derasnya Arus Informasi dan Kesehatan Jiwa Seseorang

"Satu hal yang bisa dilihat dari orang tua yang narsis adalah dia menggunakan anaknya sebagai rute kemajuan dirinya. Mereka merasa baik ketika Anda sebagai anaknya berhasil. Beberapa melihat anaknya sebagai diri mereka dan mereka memiliki harapan pada sang anak," kata Durvasula.

Tapi, ketika si anak tidak bisa mencapai apa yang diharapkan, si orang tua bisa menarik kasih sayang yang diberikan.

Mereka yang Memiliki Orang Tua dengan Kepribadian Narsistik

Memiliki orang tua dengan kepribadian narsistik dialami salah satunya oleh wanita bernama Jennifer Doig. Ia mengatakan ibunya adalah seorang narsistik klasik yang sampai saat ini, meski Doig sudah memiliki anak, sang ibu memintanya untuk tetap tinggal seatap dengannya.

"Saya merasa seperti mengenakan masker sepanjang hidup saya. Saya diminta menjadi seseorang di mana saya juga tidak tahu siapa orang itu. Ini adalah hal yang sulit apalagi jika Anda sudah berusia 41 tahun," kata Doig.

Begini Jadinya Saat Orang Berkepribadian Narsistik Punya AnakFoto: Thinkstock


Lain Doig, lain pula yang dialami Sara Shaugh. Ia mengisahkan sang ibu yang narsis amat terfokus pada penempilan dan berat badannya. Bahkan, sejak usia dini Shaugh sudah 'dibentuk' menjadi wanita yang menawan hingga kelak bisa menikah dengan pria kaya.

Ketika Shaugh mengalami cedera otak dan patah leher akibat kecelakaan mobil, prioritas sang ibu adalah memperbaiki penampilan Shaugh. Kala itu, sang ibu memanggil penata rambut karena rambut Shaugh yang berantakan.

"Ini dia lakukan bahkan sebelum dia tahu apakah saya mati atau hidup. Mungkin saat ini ibu lebih sayang pada saya karena hampir kehilangan saya," kata Shaugh.

Durvasula mengatakan, masalah psikologi memang umum terjadi pada anak yang dibesarkan oleh orangtua dengan kepribadian narsistik. Depresi, kecemasan, kurangnya regulasi diri, gangguan makan, harga diri rendah, merasa terganggu, perfeksionisme dan penyalahgunaan obat-obatan kerap ditemu pada anak dengan orang tua narsis.

Baca juga: Biarpun Narsis, Tetapi Riset Buktikan Selfie Baik bagi Kesehatan Mental (rdn/vit)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT