Kulonprogo dan Serangan Wabah Antraks yang Membingungkan

Kulonprogo dan Serangan Wabah Antraks yang Membingungkan

Rahma Lillahi Sativa - detikHealth
Kamis, 19 Jan 2017 11:07 WIB
Kulonprogo dan Serangan Wabah Antraks yang Membingungkan
Foto: thinkstock
Jakarta - Kabar mengejutkan datang dari Kulonprogo, DI Yogyakarta. 16 Warga di sejumlah dusun di Kulonprogo dilaporkan terserang wabah antraks sejak akhir 2016 hingga Januari 2017.

Warga dari beberapa dusun yaitu Ngroto, Ngaglik dan Penggung, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kulonprogo ini awalnya memeriksakan diri ke Puskesmas Girimulyo II dengan gejala penyakit kulit.

"Gejalanya kulit melepuh, merah, kering dan menghitam. Kebetulan semuanya terkena di kulit," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kulonprogo, Bambang Haryatno kepada wartawan baru-baru ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dijelaskan dr Ludhang Pradipta Rizki, M.Biotech, SpMK dari Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, antraks merupakan penyakit yang disebabkan bakteri Bacillus anthracis.

"Bakteri ini mempunyai kemampuan membentuk endospora, yaitu suatu bentuk pertahanan diri, sehingga bakteri ini sulit dieradikasi," jelasnya kepada detikHealth secara terpisah.

Baca juga: Dikira Kena Tomcat, 16 Orang di Kulon Progo Terindikasi Antraks

Namun karena wabah ini masih diinvestigasi oleh Dinas Kesehatan setempat, belum diketahui dengan pasti bagaimana antraks bisa muncul di Kulonprogo yang notabene merupakan daerah yang bukan endemis antraks. Dalam perkembangannya, daerah endemis antraks di Indonesia juga merupakan daerah yang penghasil livestock dari hewan ternak seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.

Berdasarkan keterangan Kepala Dinas Kesehatan Bambang Haryatno, wilayah kerjanya memang bukan daerah endemis antraks. "Karena di kami memang bukan endemik, jadi tidak pernah ada kasus, baru kali ini," tegasnya dalam kesempatan terpisah.

Meski demikian, dr Ludhang menduga perubahan cuaca yang tak menentu ikut memberikan andil dalam mempercepat proses sporulasi (proses pembentukan spora, red) bakteri antraks.

"Awalnya bakteri tersebut berbentuk vegetatif namun dikarenakan salah satunya kondisi cuaca terik panas, maka dimungkinkan bakteri ini mempertahankan dirinya dengan berubah dalam bentuk spora," urainya.

Padahal ketika bakteri antraks berada dalam bentuk spora, maka bentuk inilah yang berbahaya. dr Ludhang mengatakan spora ini bisa menyebar dan sangat sulit dibasmi dengan disinfektan. "Bakterinya juga tahan terhadap suhu tinggi, pH asam, dsb," imbuhnya.

Spora dari bakteri antraks yang terbentuk di udara ini juga bisa bertahan hingga 10 tahun. Itulah sebabnya antraks dianggap berbahaya karena bersifat laten.

Simak juga video tentang Antraks berikut ini:



Baca juga: 5 Penyakit Manusia Indonesia yang Ditularkan dari Hewan (lll/vit)

Berita Terkait