Meski begitu, literatur kesehatan menyebut tahi lalat juga dikaitkan dengan risiko melanoma. Melanoma merupakan salah satu jenis kanker kulit yang termasuk ganas dan berbahaya. Lalu, bagaimana cara mengetahui apakah tahi lalat yang dimiliki berbahaya atau tidak?
Dijelaskan dr I Gusti Nyoman Darmaputra, SpKK dari D&I Skin Centre Denpasar, tidak semua tahi lalat berbahaya dan dapat menyebabkan kanker. Untuk mengetahui apakah tahi lalat berbahaya atau tidak, ia mengatakan ada rumus yang bisa digunakan, yakni rumus ABCDE.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"A itu asimetri, B itu border, C itu color, D itu diameter dan E itu evolution. Kalau memenuhi syarat-syarat itu baru bisa dilihat apakah berbahaya dan harus konsul ke dokter," tutur dr Darma kepada detikHealth.
Dijelaskan dr Darma, asimetri merujuk pada bentuk tahi lalat. Jika bentuk tahi lalat tidak bulat, tidak simetris dan tidak beraturan, ada kemungkinan tahi lalat bisa berbahaya.
B adalah border atau batas tepian tahi lalat. Sama seperti bentuknya, jika batas tepian tahi lalat tidak beraturan, maka tahi lalat berisiko berbahaya. Sedang color atau warna merujuk pada warna tahi lalat, apakah hanya satu warna (hitam atau cokelat saja) atau memiliki beberapa warna campuran hitam, cokelat atau kebiruan.
Sementara diameter dan evolusi merujuk pada ukuran tahi lalat. Jika tahi lalat berukuran lebih dari 6 milimieter dan semakin membesar dalam waktu singakat dan cepat, risiko tahi lalat merupakan gejala melanoma semakin tinggi.
"Apabila menemukan tanda-tanda seperti tersebut, segera periksakan diri ke dokter spesialis kulit untuk pemeriksaan lebih lanjut dengan dermoskopi atau biopsi," ungkap dr Darma.
Baca juga: Karena Tahi Lalat, Penggemar Selamatkan Atlet Renang Dari Risiko Kanker Kulit
(mrs/vit)











































