dr Andri, SpKJ, FAPM, dari Klinik Psikosomatik RS Omni Alam Sutera, mengatakan penyebaran hoax sejatinya bisa dicegah dengan mudah. Hanya saja sebagian orang memiliki kepercayaan yang terlalu kuat akan satu hal, sehingga langsung menyebarkan berita yang ia terima tanpa mengetahui apakah berita tersebut benar atau tidak.
"Jadi di pikiran kita masing-masing sudah ada persepsi tentang suatu hal, sehingga jika sesuai dengan berita yang kita baca akan langsung di-share, tidak peduli hoax atau bukan," tutur dr Andri saat berbincang dengan detikHealth.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal menurutnya, mencegah penyebaran hoax dapat dilakukan dengan mudah. Pertama, tentu saja melakukan cek dan ricek dengan mencari sumber berita dari situs media terpercaya.
"Kadang info kesehatan juga banyak yang hoax makanya harus hati-hati. Baca berita dari sumber yang jelas, baik itu dalam negeri atau luar negeri," paparnya.
Kedua, tidak mudah terpancing untuk ikut menyebarkan informasi yang belum terbukti kebenarannya. dr Andri menyebut pada berita yang informasinya kurang akurat, biasanya ada ajakan untuk ikut membagikan berita di akhir broadcast.
Terakhir adalah maksimalkan penggunaan internet. Sebagian besar rakyat Indonesia sudah melek internet dan memiliki smartphone. Mengecek validitas berita lewat situs pencari tidak membutuhkan waktu lama.
"Dengan googling akan kita temukan, apakah berita yang kita baca itu hoax atau bukan. Kalau hoax yang bisa setop di kita dan kita bantu untuk sebarkan ke yang lain bahwa berita itu hoax," tandasnya.
Baca juga: Hoax Kesehatan yang Basi Banget Kalau Masih Muncul di 2017 (2) (mrs/vit)











































