Kisah Pria yang Hampir 8 Tahun Dirawat di RS karena Tuberkulosis

Hari TB Sedunia

Kisah Pria yang Hampir 8 Tahun Dirawat di RS karena Tuberkulosis

Radian Nyi Sukmasari - detikHealth
Jumat, 24 Mar 2017 10:17 WIB
Kisah Pria yang Hampir 8 Tahun Dirawat di RS karena Tuberkulosis
Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
Tembagapura - Harus dirawat di rumah sakit selama beberapa hari saja pastinya sudah bikin bosan. Bagaimana jika menghabiskan waktu hampir 7,5 tahun di Rumah Sakit (RS).

Ya, itulah yang dialami pria bernama Monius. Pria 26 tahun ini dirawat di RS Wa Banti, Tembagapura, Papua. Koordinator RS Wa Banti dr Toni Kustolani, MM mengatakan awalnya Monius memiliki masalah berupa infeksi di tulang belakang. Diduga, itu terkait dengan Tuberkulosis (TB) tulang yang dialaminya.

Akibatnya, Monius mengalami kelumpuhan di kedua kakinya. Sejak berusia 19 tahun, Monius dirawat di RS Wa Banti. Saat itu, ibu Monius sudah meninggal sedangkan ia tinggal dengan ayah dan kedua kakaknya. Setiap hari, ayah Monius selalu menemaninya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sayang, beberapa tahun kemudian sang ayah meninggal. Kedua kakak Monius bekerja dan karena tidak ada yang merawatnya, maka pihak RS memutuskan untuk merawat Monius. Terlebih, mobilisasi dengan kursi roda sulit dilakukan Monius di tempat tinggalnya di Kembeli.

"Habis kasian ya, keluarganya nggak ada, jadi ya kita rawat saja. Kondisinya bisa disembuhkan tapi sulit karena sarafnya sudah kena. Selama dirawat di RS kondisinya lebih baik, dia pakai kursi roda untuk mobilisasi terus nggak demam. Paling sakit ya batuk pilek," tutur dr Toni kepada detikHealth.

Hari ini, Jumat (24/3) Monius akan dirujuk ke RS Tembagapura. Mengapa baru sekarang ia dirujuk? dr Toni mengatakan di sana ada dokter penyakit dalam dan sebelumnya, masih menolak menerima rujukan Monius karena masih ada beberapa alat penunjang pemeriksaan yang belum lengkap.

Saat berbincang, Monius mengaku bosan di RS. Tapi, ia berusaha mengatasi kebosanannya dengan berkeliling RS menggunakan kursi roda, ngobrol dengan staf RS, atau bermain tablet PC atau ponsel. Setiap beberapa minggu sekali, kakak Monius mengunjungi adiknya itu dan membawakan pakaian untuknya.

Baca juga: Penyakit-penyakit Ini Bisa Bikin Seseorang Lumpuh dan Tak Bisa Bergerak

"Saya pengen sekali adik saya sembuh. Makanya besok rencana akan dibawa ke RS Tembagapura, moga-moga saja bisa sembuh," kata kakak Monius, Yutim.

Sehari-hari Monius juga dekat dengan staf RS. Kadang, ketika perawat dan dokter sedang ngobrol di nurse station, ia ikut nimbrung dan ngobrol. Kadang, ia juga menjengkelkan. Dalam artian, tidak sabaran. Misalnya, ia memanggil-manggil perawat dan jika perawat tidak segera datang, ia akan berteriak-teriak. Padahal, sang perawat sudah menyahutinya dan memintanya menunggu sejenak.

"Sudah kayak anak sendiri. Deket memang dia sama kita di sini. Suka ngobrol, curhat kadang-kadang. Kasihan sih memang," tutur kepala perawat RS Wa Banti, Thressye Sumarauw.

Untuk biaya pengobatan dan hidup di RS selama Monius dirawat, gratis. Sampai nanti dia dirujuk pun tidak dikenakan biaya. "Semua ditanggung LPMAK (Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro) dengan dana kemitraan Freeport. Bahkan kalau perlu dirujuk ke salah satu RS di Jakarta pun tetap ditanggung," kata dr Toni.

Baca juga: Risiko Jatuh Terduduk: Kelumpuhan Hingga Nyeri Saat Berhubungan Intim (rdn/up)

Berita Terkait