Hal-hal Seputar Fenomena 'Gancet' yang Perlu Disimak

Hal-hal Seputar Fenomena 'Gancet' yang Perlu Disimak

Radian Nyi Sukmasari - detikHealth
Rabu, 05 Apr 2017 16:04 WIB
Hal-hal Seputar Fenomena Gancet yang Perlu Disimak
Foto: ilustrasi/thinkstock
Jakarta - Baru-baru ini beredar video di Kenya di mana pasangan mengalami kelamin 'nyangkut' atau oleh masyarakat awam kerap disebut dengan gancet. Kabarnya, si pasangan sampai harus dibawa ke RS bahkan dukun untuk dipisahkan.

Bicara soal fenomena gancet ini, ada beberapa hal yang perlu diketahui seperti dirangkum detikHealth pada Rabu (5/4/2017) berikut ini.

Baca juga: Penis Terasa Sakit Saat Ereksi? Eit, Jangan Diurut Ya

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


1. Secara teori bisa terjadi

Foto: thinkstock
"Kalau dari sisi medis, secara teori bisa saja terjadi di mana otot vagina jadi kaku. Jadi kayak orang yang lagi kejang terus gigi atas dan bawahnya mengatup, makanya dikasih sendok supaya lidahnya nggak kegigit, seperti itu gambarannya kakunya," tutur dr Indra G Mansur, DHES, SpAnd, ILS dari Klinik Imunologi dan Kesehatan Reproduksi Sayyidah.

Kakunya otot vagina bisa dipicu karena si perempuan merasa stres atau ketakutan. Sehingga, pada pasangan yang tidak menikah secara sah misalnya selingkuh, hal itu bisa saja terjadi karena pada dasarnya si wanita melakukan hubungan intim dalam kondisi tidak rileks dan stres. Namun, pada pasangan suami istri bukan tak mungkin ini terjadi jika memang si wanita bercinta dalam keadaan ketakutan.

2. Cara mengatasi 'gancet'

Foto: ilustrasi/thinkstock
Secara teori dalam kondisi 'tersangkut' di vagina, penis sudah tidak ereksi dan membengkak. Sebab, kondisi tergencet membuat aliran darah di penis tidak lancar. Lantas, bagaimana cara untuk mengatasi kondisi itu?

"Dikasih pelemas otot seperti valium supaya nggak kaku lagi. Yang disuntikkan pelemas otot si perempuannya," kata dr Indra.

3. Bisakah sebabkan kematian?

Foto: thinkstock
"Bisa menyebabkan kematian jaringan, pertama jaringan penis karena darah nggak mengalir lagi pada penis. Kalau untuk kaku sih nggak menjalar ya ke organ lain. Nah cara mengatasinya ya itu, harus cepat dilemaskan dengan suntikan valium," tutur dr Indra.

Pada si wanita, ketika otot vagina kram, bisa juga terdapat risiko kematian jaringan di ototnya. Terlebih, kondisi kaku pada otot vagina juga bisa menghalangi lancarnya aliran darah.

"Kalau kematian nggak. Semakin cepat ditangani, semakin bagus. Karena kalau telat penangannya jaringannya bisa jelek, mengalami inflamasi atau meradang. Makanya harus diatasi segera dengan obat anti inflamasi. Nah, kalau misalnya terlambat ditangani jaringannya bisa mati sebagian, terjadi nekrosis dan itu sudah nggak bisa diapa-apakan lagi," tutur dr Indra.

4. Bisa dipicu vaginismus?

Foto: ilustrasi/thinkstock
Pengamat kesehatan seksual dr Andri Wanananda MS mengatakan dalam ilmu kedokteran seksual, dikenal salah satu jenis disfungsi seksual wanita vaginismus, yaitu 'spasme involunter' atau kekejangan yang tidak terkontrol pada otot introitus vagina yang membuat nyeri pada liang vagina ketika penetrasi penis atau penis tidak bisa sama sekali penetrasi.

"Vaginismus paling sering menyebabkan penis tidak bisa penetrasi ke dalam vagina. Tapi ada sebagian kecil wanita yang mengalami spasme involunter saat penis sudah penetrasi vagina. Agaknya hal ini yang terjadi di kalangan awam yang menyebutnya sebagai 'gancet'," jelas seksolog sekaligus pengajar dari Universitas Tarumanegara ini.

5. Disebut pula mitos

Foto: thinkstock
"Nggak ada itu, itu cuma mitos. Nggak pernah terbukti. Nggak pernah terjadi dalam istilah medis. Dari dulu banyak kabar tentang gancet seperti ini, tapi belum pernah ada buktinya. Tidak mungkin juga jika penis tidak bisa terlepas dari vagina," kata Prof DR Dr Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS, Guru Besar dari Departemen Andrologi dan Seksologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Sementara, dr Nugroho Setiawan SpAnd dari RS Fatmawati mengatakan gancet tidak mungkin terjadi. Mengapa?

"Wong vagina perempuan nggak ada tulangnya, kalau anjing bisa saja karena ada tulang penis. Kalau penis captivus itu nggak mungkin karena anatomi penis cuma berisi jaringan yang berisi pembuluh darah, kalau nggak ereksi ya kecil lagi. Dan vagina isinya juga jaringan lunak yang nggak ada tulangnya," kata dr Nugroho.
Halaman 2 dari 6
"Kalau dari sisi medis, secara teori bisa saja terjadi di mana otot vagina jadi kaku. Jadi kayak orang yang lagi kejang terus gigi atas dan bawahnya mengatup, makanya dikasih sendok supaya lidahnya nggak kegigit, seperti itu gambarannya kakunya," tutur dr Indra G Mansur, DHES, SpAnd, ILS dari Klinik Imunologi dan Kesehatan Reproduksi Sayyidah.

Kakunya otot vagina bisa dipicu karena si perempuan merasa stres atau ketakutan. Sehingga, pada pasangan yang tidak menikah secara sah misalnya selingkuh, hal itu bisa saja terjadi karena pada dasarnya si wanita melakukan hubungan intim dalam kondisi tidak rileks dan stres. Namun, pada pasangan suami istri bukan tak mungkin ini terjadi jika memang si wanita bercinta dalam keadaan ketakutan.

Secara teori dalam kondisi 'tersangkut' di vagina, penis sudah tidak ereksi dan membengkak. Sebab, kondisi tergencet membuat aliran darah di penis tidak lancar. Lantas, bagaimana cara untuk mengatasi kondisi itu?

"Dikasih pelemas otot seperti valium supaya nggak kaku lagi. Yang disuntikkan pelemas otot si perempuannya," kata dr Indra.

"Bisa menyebabkan kematian jaringan, pertama jaringan penis karena darah nggak mengalir lagi pada penis. Kalau untuk kaku sih nggak menjalar ya ke organ lain. Nah cara mengatasinya ya itu, harus cepat dilemaskan dengan suntikan valium," tutur dr Indra.

Pada si wanita, ketika otot vagina kram, bisa juga terdapat risiko kematian jaringan di ototnya. Terlebih, kondisi kaku pada otot vagina juga bisa menghalangi lancarnya aliran darah.

"Kalau kematian nggak. Semakin cepat ditangani, semakin bagus. Karena kalau telat penangannya jaringannya bisa jelek, mengalami inflamasi atau meradang. Makanya harus diatasi segera dengan obat anti inflamasi. Nah, kalau misalnya terlambat ditangani jaringannya bisa mati sebagian, terjadi nekrosis dan itu sudah nggak bisa diapa-apakan lagi," tutur dr Indra.

Pengamat kesehatan seksual dr Andri Wanananda MS mengatakan dalam ilmu kedokteran seksual, dikenal salah satu jenis disfungsi seksual wanita vaginismus, yaitu 'spasme involunter' atau kekejangan yang tidak terkontrol pada otot introitus vagina yang membuat nyeri pada liang vagina ketika penetrasi penis atau penis tidak bisa sama sekali penetrasi.

"Vaginismus paling sering menyebabkan penis tidak bisa penetrasi ke dalam vagina. Tapi ada sebagian kecil wanita yang mengalami spasme involunter saat penis sudah penetrasi vagina. Agaknya hal ini yang terjadi di kalangan awam yang menyebutnya sebagai 'gancet'," jelas seksolog sekaligus pengajar dari Universitas Tarumanegara ini.

"Nggak ada itu, itu cuma mitos. Nggak pernah terbukti. Nggak pernah terjadi dalam istilah medis. Dari dulu banyak kabar tentang gancet seperti ini, tapi belum pernah ada buktinya. Tidak mungkin juga jika penis tidak bisa terlepas dari vagina," kata Prof DR Dr Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS, Guru Besar dari Departemen Andrologi dan Seksologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Sementara, dr Nugroho Setiawan SpAnd dari RS Fatmawati mengatakan gancet tidak mungkin terjadi. Mengapa?

"Wong vagina perempuan nggak ada tulangnya, kalau anjing bisa saja karena ada tulang penis. Kalau penis captivus itu nggak mungkin karena anatomi penis cuma berisi jaringan yang berisi pembuluh darah, kalau nggak ereksi ya kecil lagi. Dan vagina isinya juga jaringan lunak yang nggak ada tulangnya," kata dr Nugroho.

(rdn/ajg)

Berita Terkait