Kondisi Suami yang Bisa Kurangi Peluang Punya Anak

Kondisi Suami yang Bisa Kurangi Peluang Punya Anak

Radian Nyi Sukmasari - detikHealth
Rabu, 26 Apr 2017 20:00 WIB
Kondisi Suami yang Bisa Kurangi Peluang Punya Anak
Foto: thinkstock
Jakarta - Peluang memiliki momongan ditentukan oleh suami dan istri, terutama bagaimana kondisi kesehatan mereka. Ketika ada yang 'tidak beres' di salah satu pihak, peluang punya anak pun bisa berkurang.

Nah, bicara soal peluang kehamilan, berikut ini kondisi-kondisi pria yang dapat menghambat peluang memiliki anak, seperti dikutip dari 'Jurnal Program Nutritalk Tumbuh Kembang Optimal Cipatakan Pemimpin Andal' yang disusun oleh Kelompok Kerja Jurnalis Penulis Kesehatan (K2JPK) berikut ini.

Baca juga: Kisah Pria yang Hamil Setelah Dapat Sperma Donor Melalui Facebook

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


1. Obesitas

Foto: Thinkstock
Pria yang terlampau gemuk memiliki tumpukan lemak di mana-mana termasuk di area bagian atas kelamin (pubis). Penumpukan lemak di area ini mengakibatkan penis tampak kecil dan lebih pendek sehingga membatasi kontak saat berhubungan seks. Perlu diketahui pula kegemukan juga berpengaruh pada hormon testosteron yang bertanggung jawab terhadap perkembangan organ reproduksi pria.

2. Masalah sperma

Foto: ilustrasi/thinkstock
"Gerakan sperma lambat menjadi salah satu penyebab sulit hamil. Sebab, saat sel sperma lambat bergerak ketika berhubungan intim, otomatis tidak ada sel sperma yang berhasil mencapai sel telur dan pembuahan pun tidak terjadi," kata tim penulis.

Untuk mengatasi ini, disarankan memperbaiki pola hidup dan meningkatkan konsumsi makanan mengandung vitamin E seperti brokoli, almond, dan alpukat.

3. Varikokel (varises testis)

Foto: thinkstock
Pasien varikokel mengalami pelebaran pembuluh darah balik atau vena sehingga memengaruhi pembentukan dan kualitas sperma yang dihasilkan. Pelebaran pembuluh vena juga mengakibatkan penumpukan darah di testis sehingga suhu di sekitar skrotum meningkat. Kondisi ini dapat melemahkan bahkan mematikan sel-sel sperma sehingga tidak mampu membuahi sel telur.

Lantas, bagaimana cara mengatasi varikokel? Varikokel bisa diatasi dengan teknik bedah mikro guna memperbaiki pembuluh vena yang bermasalah. Dengan begitu, aliran darah di pembuluh arteri tetap lancar sehingga memperkecil risiko komplikasi seperti testis mengecil atau terjadi penumpukan cairan di dalam testis. Di samping itu, perlu pula terapi untuk memperbaiki kualitas sperma agar mampu membuahi sel telur yang sudah matang.

4. Gangguan hormonal

Foto: thinkstock
Kondisi ini ditandai dengan tingkat hormon yang terlalu tinggi atau rendah hingga memengaruhi kesuburan, misalnya hipotiroid. Kadar hormon tiorid yang rendah bisa menurunkan kualitas air mani, fungsi testis, dan mengganggu libido.

Baca juga: KB Spiral Berlapis Tembaga dan Hormonal, Mana yang Lebih Dianjurkan?


5. Kombinasi gangguan fisik dan psikologis

Foto: thinkstock
"Sebagian masalah seksual pada laki-laki terkait dengan kondisi psikologis. Meskipun, sebenarnya gangguan psikologis dan fisik sulit dipisahkan," ujar tim penulis. Nah, kombinasi gangguan fisik dan psikologis tersebut di antaranya impotensi, ejakulasi dini, dan inkompetensi ejakulasi.

Impotensi bisa disebabkan satu atau kombinasi beberapa faktor. Dulunya, impotensi dianggap masalah psikologis. Tapi, penelitian terbaru menyebut impotensi sebagai masalah fisik yang diperburuk dengan masalah psikis seperti tegang, merasa bersalah, dan tidak percaya diri.

Nah, ejakulasi dini merupakan ketidakmampuan mengendalikan respons ejakulasi setelah penetrasi minimal 30 detik. Kondisi ini menjadi masalah infertilitas ketika ejakulasi terjadi sebelum penis benar-benar berada di dalam vagina. Sementara, inkompetensi ejakulasi adalah ketidakmampuan ejakulasi selama hubungan seksual akibat kondisi psikologis.

Halaman 2 dari 6
Pria yang terlampau gemuk memiliki tumpukan lemak di mana-mana termasuk di area bagian atas kelamin (pubis). Penumpukan lemak di area ini mengakibatkan penis tampak kecil dan lebih pendek sehingga membatasi kontak saat berhubungan seks. Perlu diketahui pula kegemukan juga berpengaruh pada hormon testosteron yang bertanggung jawab terhadap perkembangan organ reproduksi pria.

"Gerakan sperma lambat menjadi salah satu penyebab sulit hamil. Sebab, saat sel sperma lambat bergerak ketika berhubungan intim, otomatis tidak ada sel sperma yang berhasil mencapai sel telur dan pembuahan pun tidak terjadi," kata tim penulis.

Untuk mengatasi ini, disarankan memperbaiki pola hidup dan meningkatkan konsumsi makanan mengandung vitamin E seperti brokoli, almond, dan alpukat.

Pasien varikokel mengalami pelebaran pembuluh darah balik atau vena sehingga memengaruhi pembentukan dan kualitas sperma yang dihasilkan. Pelebaran pembuluh vena juga mengakibatkan penumpukan darah di testis sehingga suhu di sekitar skrotum meningkat. Kondisi ini dapat melemahkan bahkan mematikan sel-sel sperma sehingga tidak mampu membuahi sel telur.

Lantas, bagaimana cara mengatasi varikokel? Varikokel bisa diatasi dengan teknik bedah mikro guna memperbaiki pembuluh vena yang bermasalah. Dengan begitu, aliran darah di pembuluh arteri tetap lancar sehingga memperkecil risiko komplikasi seperti testis mengecil atau terjadi penumpukan cairan di dalam testis. Di samping itu, perlu pula terapi untuk memperbaiki kualitas sperma agar mampu membuahi sel telur yang sudah matang.

Kondisi ini ditandai dengan tingkat hormon yang terlalu tinggi atau rendah hingga memengaruhi kesuburan, misalnya hipotiroid. Kadar hormon tiorid yang rendah bisa menurunkan kualitas air mani, fungsi testis, dan mengganggu libido.

Baca juga: KB Spiral Berlapis Tembaga dan Hormonal, Mana yang Lebih Dianjurkan?


"Sebagian masalah seksual pada laki-laki terkait dengan kondisi psikologis. Meskipun, sebenarnya gangguan psikologis dan fisik sulit dipisahkan," ujar tim penulis. Nah, kombinasi gangguan fisik dan psikologis tersebut di antaranya impotensi, ejakulasi dini, dan inkompetensi ejakulasi.

Impotensi bisa disebabkan satu atau kombinasi beberapa faktor. Dulunya, impotensi dianggap masalah psikologis. Tapi, penelitian terbaru menyebut impotensi sebagai masalah fisik yang diperburuk dengan masalah psikis seperti tegang, merasa bersalah, dan tidak percaya diri.

Nah, ejakulasi dini merupakan ketidakmampuan mengendalikan respons ejakulasi setelah penetrasi minimal 30 detik. Kondisi ini menjadi masalah infertilitas ketika ejakulasi terjadi sebelum penis benar-benar berada di dalam vagina. Sementara, inkompetensi ejakulasi adalah ketidakmampuan ejakulasi selama hubungan seksual akibat kondisi psikologis.

(rdn/vit)

Berita Terkait