Jakarta -
Terapi setrum untuk siswa yang ketahuan berbohong di suatu sekolah dasar di Malang, Jawa Timur, memunculkan polemik. Tapi sebenarnya jika dilakukan oleh orang yang berkompeten, diyakini bisa memberikan manfaat bagi kesehatan.
Dirangkum detikHealth, berikut ini beberapa terapi setrum yang ditengarai bisa memberikan manfaat:
Baca juga: 4 Bahaya yang Bisa Dialami Anak Jika Disetrum
1. Atasi Mabuk Perjalanan
Foto: thinkstock
|
Peneliti di Imperial College London menciptakan alat yang dapat membuat otak tidak 'bingung' dalam menghantarkan sinyal yang biasanya dihantarkan melalui kulit kepala. Caranya adalah dengan memberikan setrum kecil alias kejut listrik.Dalam penelitian, sejumlah orang yang merasa seperti mabuk perjalanan setelah duduk di kursi berputar diminta menggunakan helm dengan beberapa elektroda di kepalanya. Nah, ketika kembali duduk di kursi yang dapat berputar, mereka secara signifikan dapat bertahan dan dapat sembuh dari sensasi mabuk.
Ke depannya, peneliti berharap bisa mengintegrasikannya ke dalam perangkat elektronik seperti handphone atau tablet, yang dapat menghantarkan kejut listrik melalui headphone.
2. Atasi Disfungsi Ereksi
Foto: thinkstock
|
Dr Tom Lue dari University of California, San Francisco menuturkan berdasarkan analisis sebagian besar kasus disfungsi ereksi disebabkan oleh tidak lancarnya sirkulasi darah menuju penis. Nah, dari penelitiannya, tegangan listrik rendah yang disetrum ke penis dapat mengatasi kondisi disfungsi ereksi yang dialami pasien. Ini terjadi karena tegangan listrik memperbaiki sirkulasi darah di penis.Namun penelitian ini masih harus dikembangkan. Terutama untuk mengetahui dosis tegangan yang tepat dan efek samping yang mungkin terjadi. Perlu dipertimbangkan juga bahwa tidak semua kasus disfungsi ereksi disebabkan oleh gangguan vaskular.
3. Atasi Kecanduan
Foto: Getty Images
|
Dua ilmuwan dari Institut Teknologi Massachusetts menciptakan teknologi yang bisa dipakai untuk terapi kecanduan Facebook. Teknologi itu berupa keyboard khusus yang bisa nyetrum bila pemakainya terlalu lama buka Facebook.Teknologi yang dikembangkan Robert R Morris dan Dan McDuff ini tidak berbahaya tapi cukup menyakitkan.
Baca juga: Kasus-kasus Tragis Saat Seseorang Kesetrum
4. Usir Depresi
Foto: Ilustrasi ibu depresi (thinkstock)
|
Peneliti dari Amerika Serikat dan Brasil menyimpulkan kejutan listrik ke otak ditemani minum pil anti depresan dapat membantu memerangi depresi sedang hingga berat. Ini merupakan metode kombinasi antara obat bernama Zoloft dan metode penyetruman listrik bernama transcranial direct current stimulation (TDCS).Metode setrum otak ini sebenarnya buka hal baru. Penelitian yang dimuat jurnal Nature Neuroscience telah menyebutkan metode ini dapat mengobati depresi dan gangguan mental lain. Tapi tentunya harus dilakukan oleh orang yang berkompeten.
5. Atasi Nyeri Punggung
Foto: Thinkstock
|
Tim peneliti dari Guy's Hospital dan St Thomas's Hospital, London, menciptakan alat yang dapat memancarkan gelombang listrik bertekanan tinggi melalui tulang belakang. Alat ini bisa dijadikan alternatif baru pengobatan nyeri punggung yang ditanamkan langsung ke bagian tubuh tersebut."Alat versi baru dengan frekuensi tinggi ini bisa meredakan nyeri punggung lebih cepat tanpa menyebabkan kesemutan," jelas dr Adnan Al-Kaisy, konsultan pengelolaan rasa nyeri yang memimpin studi ini.
Meski demikian, dr Al-Kaisy mengakui prosedur ini tidak efektif bagi setiap pasien.
Peneliti di Imperial College London menciptakan alat yang dapat membuat otak tidak 'bingung' dalam menghantarkan sinyal yang biasanya dihantarkan melalui kulit kepala. Caranya adalah dengan memberikan setrum kecil alias kejut listrik.
Dalam penelitian, sejumlah orang yang merasa seperti mabuk perjalanan setelah duduk di kursi berputar diminta menggunakan helm dengan beberapa elektroda di kepalanya. Nah, ketika kembali duduk di kursi yang dapat berputar, mereka secara signifikan dapat bertahan dan dapat sembuh dari sensasi mabuk.
Ke depannya, peneliti berharap bisa mengintegrasikannya ke dalam perangkat elektronik seperti handphone atau tablet, yang dapat menghantarkan kejut listrik melalui headphone.
Dr Tom Lue dari University of California, San Francisco menuturkan berdasarkan analisis sebagian besar kasus disfungsi ereksi disebabkan oleh tidak lancarnya sirkulasi darah menuju penis. Nah, dari penelitiannya, tegangan listrik rendah yang disetrum ke penis dapat mengatasi kondisi disfungsi ereksi yang dialami pasien. Ini terjadi karena tegangan listrik memperbaiki sirkulasi darah di penis.
Namun penelitian ini masih harus dikembangkan. Terutama untuk mengetahui dosis tegangan yang tepat dan efek samping yang mungkin terjadi. Perlu dipertimbangkan juga bahwa tidak semua kasus disfungsi ereksi disebabkan oleh gangguan vaskular.
Dua ilmuwan dari Institut Teknologi Massachusetts menciptakan teknologi yang bisa dipakai untuk terapi kecanduan Facebook. Teknologi itu berupa keyboard khusus yang bisa nyetrum bila pemakainya terlalu lama buka Facebook.
Teknologi yang dikembangkan Robert R Morris dan Dan McDuff ini tidak berbahaya tapi cukup menyakitkan.
Baca juga: Kasus-kasus Tragis Saat Seseorang Kesetrum
Peneliti dari Amerika Serikat dan Brasil menyimpulkan kejutan listrik ke otak ditemani minum pil anti depresan dapat membantu memerangi depresi sedang hingga berat. Ini merupakan metode kombinasi antara obat bernama Zoloft dan metode penyetruman listrik bernama transcranial direct current stimulation (TDCS).
Metode setrum otak ini sebenarnya buka hal baru. Penelitian yang dimuat jurnal Nature Neuroscience telah menyebutkan metode ini dapat mengobati depresi dan gangguan mental lain. Tapi tentunya harus dilakukan oleh orang yang berkompeten.
Tim peneliti dari Guy's Hospital dan St Thomas's Hospital, London, menciptakan alat yang dapat memancarkan gelombang listrik bertekanan tinggi melalui tulang belakang. Alat ini bisa dijadikan alternatif baru pengobatan nyeri punggung yang ditanamkan langsung ke bagian tubuh tersebut.
"Alat versi baru dengan frekuensi tinggi ini bisa meredakan nyeri punggung lebih cepat tanpa menyebabkan kesemutan," jelas dr Adnan Al-Kaisy, konsultan pengelolaan rasa nyeri yang memimpin studi ini.
Meski demikian, dr Al-Kaisy mengakui prosedur ini tidak efektif bagi setiap pasien.
(vit/mrs)