Kamu Disebut Berpayudara Kecil Seperti Gal Gadot? Ini yang Perlu Diketahui

Kamu Disebut Berpayudara Kecil Seperti Gal Gadot? Ini yang Perlu Diketahui

Radian Nyi Sukmasari - detikHealth
Senin, 08 Mei 2017 14:01 WIB
Kamu Disebut Berpayudara Kecil Seperti Gal Gadot? Ini yang Perlu Diketahui
Foto: Adegan di film Wonder Woman (imdb)
Jakarta - Ukuran payudara menjadi salah satu topik yang sering diperbincangkan. Seperti Gal Gadot yang baru-baru ini jadi bahan pembicaraan karena payudaranya dinilai terlalu kecil dan kurang pas memerankan sosok Wonder Woman.

Dikutip dari The Sun, Gal mengatakan orang-orang kesal dengannya karena payudara Gal dianggap bukanlah payudara seperti miliki Wonder Woman. Meski begitu, Gal tak ambil pusing dengan komentar tersebut.

"Kritik akan selalu ada untuk tiap pekerjaan," kata Gal, dikutip dari The Sun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejatinya, wanita memang memiliki ukuran payudara berbeda-beda. Nah, bagi Anda para wanita yang kerap disebut berpayudara kecil seperti Gal Gadot, ada beberapa hal soal payudara berukuran kecil yang penting untuk diketahui. Apa saja?

Baca juga: Gravitasi Vs Payudara Besar? Duo Serigala: Nyeri Punggung, Capek Banget


1. Tidak pengaruhi produksi ASI

Foto: Thinkstock
Di masyarakat kerap diyakini bahwa makin besar payudara, maka makin banyak Air Susu Ibu (ASI) yang dihasilkan. Nah, dr Margareta Komalasari, SpA dari Brawijaya Women and Children Hospital mengatakan masih ada ibu baru yang takut produksi ASI-nya sedikit karena memiliki payudara kecil. Padahal menurutnya anggapan tersebut sama sekali tidak benar.

"Itu mitos. Tidak ada hubungan antara ukuran payudara dengan banyak atau tidaknya produksi ASI. Baik ibu dengan payudara kecil maupun ibu dengan payudara besar sama-sama bisa menghasilkan ASI yang banyak dan berlimpah. Syaratnya, ibu harus bebas stres, mendapat asupan nutrisi yang baik dan selalu didukung oleh lingkungan sekitar, baik itu suami, orang tua maupun teman dan rekan kerja," tutur dr Atha, begitu ia akrab disapa.

Saat menyusui, hormon prolaktin memegang peranan penting dalam produksi ASI. Prolaktin dikatakan dr Atha bisa juga dibilang sebagai pabrik ASI. Tapi prolaktin tidak bisa bekerja sendiri. Ia juga harus didukung oleh hormon oksitosin.

"Oksitosin ini yang disebut sebagai love hormone. Jadi kalau oksitosin tinggi, ibunya gembira, nggak stres, nggak sakit, nggak capek, suaminya mendukung, nah ini yang bisa membuat produksi ASI-nya banyak," tambah dr Atha.

2. Tak punya pengaruh pada risiko kanker payudara

Foto: Thinkstock
Banyak kabar yang menyebutkan semakin besar ukuran payudara maka semakin besar kemungkinan terkena kanker payudara. Lantas, benarkah ukuran payudara memengaruhi risiko kanker payudara?

"Ukuran payudara nggak memengaruhi risiko kanker. Mau besar atau kecil sama-sama berisiko," kata dr Valentina Fransisca Wibowo.

Ia mengatakan kanker payudara tidak berkaitan dengan ukuran, melainkan pada hormonal. Ketika seseorang memiliki hormon estrogen yang berlebihan, maka semakin tinggi pula risiko kanker payudara pada orang tersebut.

Sementara untuk mendeteksi dini kanker payudara, dr Sisca mengingatkan untuk rutin melakukan periksa payudara sendiri (sadari) satu bulan sekali. Sebaiknya sadari dilakukan dua minggu sesudah haid. Karena pada saat haid payudara cenderung lebih kencang sehingga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman ketika sadari dilakukan.

3. Lebih sensitif dan beberapa keuntungan lainnya

Foto: thinkstock
Dalam sebuah studi yang dilakukan di University of Vienna di Austria peneliti menemukan bahwa payudara besar 24 persen kurang sensitif dibandingkan dengan payudara yang berukuran kecil.

"Ini karena pada payudara kecil saraf yang mentransmisikan sensasi dari puting lebih meregang," jelas Alan Matarasso, M.D., ahli bedah plastik di New York City.

Sementara, seksolog Rachael Ross, MD, PhD mengatakan dengan payudara yang kecil, kelenjar lebih mudah untuk dirangsang selama foreplay karena tidak berada jauh di bawah lapisan lemak. Tak hanya lebih sensitif, perempuan berpayudara kecil juga cenderung lebih sehat. Hal ini karena payudara kecil memudahkan perempuan untuk mendeteksi gejala awal kanker payudara, sehingga bila ditemukan kanker bisa lebih dini ditangani.

"Dalam Sadari (pemeriksaan payudara sendiri, untuk deteksi kanker payudara), lebih mudah untuk mendeteksi benjolan di bagian belakang payudara bila ukurannya kecil, karena lapisan yang dilalui lebih sedikit," jelas Dr Marisa Weiss, dokter onkologi dan pendiri breastcancer.org.

Dr Weiss juga mengatakan bahwa perempuan berpayudara kecil memiliki postur tubuh yang lebih baik karena tekanan pada bagian depan tubuh tidak terlalu besar.

4. Tidak terlalu menarik bagi pria?

Foto: thinkstock
Pria umumnya suka wanita berdada besar. Namun menurut penelitian, hal itu tidak sepenuhnya benar sebab bagi mereka yang terpenting sebenarnya bukan soal ukuran.

Dari hasil survei terbaru yang melibatkan 247 pria dari empat negara: Brazil, Kamerun, Republik Ceko dan Namibia, peneliti menemukan bahwa ukuran payudara wanita tidak lebih penting dari bentuknya. Diketahui, pria-pria di Kamerun saja yang menganggap wanita berpayudara besar adalah yang paling menarik. Sedangkan pria di ketiga negara lain sepakat memilih wanita berpayudara sedang.

Bicara soal bentuk payudara, tentu sulit menentukan bentuk seperti apa yang dimaksud karena variasinya tidak begitu banyak. Pada akhirnya, peneliti sampai menemukan preferensi sistematis untuk membedakan bentuk payudara, mulai dari yang padat hingga agak 'melorot'.

Hanya saja, preferensi kebanyakan pria adalah payudara yang padat. Studi sebelumnya menduga ini karena payudara yang padat mengindikasikan kesuburan seorang wanita. Dari sini peneliti menemukan bahwa kaitan antara payudara wanita dengan tingkat kesuburannya tidak semata diukur dari ukurannya saja.

"Wanita berpayudara besar cenderung memiliki hormon estrogen yang lebih tinggi, tetapi bentuk payudara juga bisa melorot dengan semakin bertambahnya usia, sehingga ini seharusnya juga bisa jadi indikator kesuburan," komentar peneliti Jan Havlicek dari Charles University, Praha terkait temuannya.

5. Penyebab payudara berukuran kecil

Foto: thinkstock
Payudara yang tidak berkembang sempurna termasuk memiliki ukuran payudara yang kecil dan payudara hypoplastic (payudara gagal tumbuh saat pubertas). Jika perkembangan payudaranya tidak sempurna, maka ia akan melihat payudaranya tidak penuh secara normal dan terasa sempit, kadang ada juga ditandai dengan bentuk puting susu yang tidak biasa.

Beberapa hal diketahui bisa membuat seseorang memiliki ukuran payudara kecil seperti genetika, kekurangan gizi serta memiliki kandungan lemak yang rendah di tubuh. Selain itu, sebab lain payudara berukuran kecil yakni kekurangan hormon, anoreksi, dan penyakit sistemik.

Soal hormon, semakin tinggi estrogen yang diserap oleh reseptor di payudara akan memicunya untuk tumbuh. Jika hormon estrogennya sedikit maka pertumbuhannya akan terhambat. Kemudian, pada orang dengan anoreksia, kondisi ini akan membuat seseorang kekurangan gizi sehingga pertumbuhan payudaranya terhambat. Salah satunya kekurangan zat seng yang bisa menunda pertumbuhan payudara.

Selain itu, penyakit sistemik bisa memengaruhi sejumlah organ dan jaringan seperti payudara, yang termasuk penyakit sistemik seperti gagal ginjal kronis dan penyakit inflamasi usus.

Halaman 2 dari 6
Di masyarakat kerap diyakini bahwa makin besar payudara, maka makin banyak Air Susu Ibu (ASI) yang dihasilkan. Nah, dr Margareta Komalasari, SpA dari Brawijaya Women and Children Hospital mengatakan masih ada ibu baru yang takut produksi ASI-nya sedikit karena memiliki payudara kecil. Padahal menurutnya anggapan tersebut sama sekali tidak benar.

"Itu mitos. Tidak ada hubungan antara ukuran payudara dengan banyak atau tidaknya produksi ASI. Baik ibu dengan payudara kecil maupun ibu dengan payudara besar sama-sama bisa menghasilkan ASI yang banyak dan berlimpah. Syaratnya, ibu harus bebas stres, mendapat asupan nutrisi yang baik dan selalu didukung oleh lingkungan sekitar, baik itu suami, orang tua maupun teman dan rekan kerja," tutur dr Atha, begitu ia akrab disapa.

Saat menyusui, hormon prolaktin memegang peranan penting dalam produksi ASI. Prolaktin dikatakan dr Atha bisa juga dibilang sebagai pabrik ASI. Tapi prolaktin tidak bisa bekerja sendiri. Ia juga harus didukung oleh hormon oksitosin.

"Oksitosin ini yang disebut sebagai love hormone. Jadi kalau oksitosin tinggi, ibunya gembira, nggak stres, nggak sakit, nggak capek, suaminya mendukung, nah ini yang bisa membuat produksi ASI-nya banyak," tambah dr Atha.

Banyak kabar yang menyebutkan semakin besar ukuran payudara maka semakin besar kemungkinan terkena kanker payudara. Lantas, benarkah ukuran payudara memengaruhi risiko kanker payudara?

"Ukuran payudara nggak memengaruhi risiko kanker. Mau besar atau kecil sama-sama berisiko," kata dr Valentina Fransisca Wibowo.

Ia mengatakan kanker payudara tidak berkaitan dengan ukuran, melainkan pada hormonal. Ketika seseorang memiliki hormon estrogen yang berlebihan, maka semakin tinggi pula risiko kanker payudara pada orang tersebut.

Sementara untuk mendeteksi dini kanker payudara, dr Sisca mengingatkan untuk rutin melakukan periksa payudara sendiri (sadari) satu bulan sekali. Sebaiknya sadari dilakukan dua minggu sesudah haid. Karena pada saat haid payudara cenderung lebih kencang sehingga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman ketika sadari dilakukan.

Dalam sebuah studi yang dilakukan di University of Vienna di Austria peneliti menemukan bahwa payudara besar 24 persen kurang sensitif dibandingkan dengan payudara yang berukuran kecil.

"Ini karena pada payudara kecil saraf yang mentransmisikan sensasi dari puting lebih meregang," jelas Alan Matarasso, M.D., ahli bedah plastik di New York City.

Sementara, seksolog Rachael Ross, MD, PhD mengatakan dengan payudara yang kecil, kelenjar lebih mudah untuk dirangsang selama foreplay karena tidak berada jauh di bawah lapisan lemak. Tak hanya lebih sensitif, perempuan berpayudara kecil juga cenderung lebih sehat. Hal ini karena payudara kecil memudahkan perempuan untuk mendeteksi gejala awal kanker payudara, sehingga bila ditemukan kanker bisa lebih dini ditangani.

"Dalam Sadari (pemeriksaan payudara sendiri, untuk deteksi kanker payudara), lebih mudah untuk mendeteksi benjolan di bagian belakang payudara bila ukurannya kecil, karena lapisan yang dilalui lebih sedikit," jelas Dr Marisa Weiss, dokter onkologi dan pendiri breastcancer.org.

Dr Weiss juga mengatakan bahwa perempuan berpayudara kecil memiliki postur tubuh yang lebih baik karena tekanan pada bagian depan tubuh tidak terlalu besar.

Pria umumnya suka wanita berdada besar. Namun menurut penelitian, hal itu tidak sepenuhnya benar sebab bagi mereka yang terpenting sebenarnya bukan soal ukuran.

Dari hasil survei terbaru yang melibatkan 247 pria dari empat negara: Brazil, Kamerun, Republik Ceko dan Namibia, peneliti menemukan bahwa ukuran payudara wanita tidak lebih penting dari bentuknya. Diketahui, pria-pria di Kamerun saja yang menganggap wanita berpayudara besar adalah yang paling menarik. Sedangkan pria di ketiga negara lain sepakat memilih wanita berpayudara sedang.

Bicara soal bentuk payudara, tentu sulit menentukan bentuk seperti apa yang dimaksud karena variasinya tidak begitu banyak. Pada akhirnya, peneliti sampai menemukan preferensi sistematis untuk membedakan bentuk payudara, mulai dari yang padat hingga agak 'melorot'.

Hanya saja, preferensi kebanyakan pria adalah payudara yang padat. Studi sebelumnya menduga ini karena payudara yang padat mengindikasikan kesuburan seorang wanita. Dari sini peneliti menemukan bahwa kaitan antara payudara wanita dengan tingkat kesuburannya tidak semata diukur dari ukurannya saja.

"Wanita berpayudara besar cenderung memiliki hormon estrogen yang lebih tinggi, tetapi bentuk payudara juga bisa melorot dengan semakin bertambahnya usia, sehingga ini seharusnya juga bisa jadi indikator kesuburan," komentar peneliti Jan Havlicek dari Charles University, Praha terkait temuannya.

Payudara yang tidak berkembang sempurna termasuk memiliki ukuran payudara yang kecil dan payudara hypoplastic (payudara gagal tumbuh saat pubertas). Jika perkembangan payudaranya tidak sempurna, maka ia akan melihat payudaranya tidak penuh secara normal dan terasa sempit, kadang ada juga ditandai dengan bentuk puting susu yang tidak biasa.

Beberapa hal diketahui bisa membuat seseorang memiliki ukuran payudara kecil seperti genetika, kekurangan gizi serta memiliki kandungan lemak yang rendah di tubuh. Selain itu, sebab lain payudara berukuran kecil yakni kekurangan hormon, anoreksi, dan penyakit sistemik.

Soal hormon, semakin tinggi estrogen yang diserap oleh reseptor di payudara akan memicunya untuk tumbuh. Jika hormon estrogennya sedikit maka pertumbuhannya akan terhambat. Kemudian, pada orang dengan anoreksia, kondisi ini akan membuat seseorang kekurangan gizi sehingga pertumbuhan payudaranya terhambat. Salah satunya kekurangan zat seng yang bisa menunda pertumbuhan payudara.

Selain itu, penyakit sistemik bisa memengaruhi sejumlah organ dan jaringan seperti payudara, yang termasuk penyakit sistemik seperti gagal ginjal kronis dan penyakit inflamasi usus.

(rdn/up)

Berita Terkait