Kesadaran Masyarakat Pengaruhi Tingginya Kasus Kanker Serviks di Indonesia

Kesadaran Masyarakat Pengaruhi Tingginya Kasus Kanker Serviks di Indonesia

Radian Nyi Sukmasari - detikHealth
Kamis, 25 Mei 2017 18:01 WIB
Kesadaran Masyarakat Pengaruhi Tingginya Kasus Kanker Serviks di Indonesia
Foto: 20detik
Jakarta - Kasus kanker serviks cukup tinggi di Indonesia. Dokter sebut kesadaran masyarakat jadi salah satu faktor penyebab tingginya kasus kanker serviks. Menurut data Riset Dasar Kesehatan (Riskesdas) 2013, kanker serviks dan payudara merupakan penyakit kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia pada tahun 2013.

Dikutip dari Info Datin Kementerian Kesehatan RI, prevalensi kanker serviks sebesar 0,8 persen dan kanker payudara sebesar 0,5 persen. Kepulauan Riau, Maluku Utara, dan D.I. Yogyakarta memiliki prevalensi kanker serviks tertinggi sebesar 1,5 persen. Berdasarkan estimasi jumlah pasien kanker serviks dan kanker payudara terbanyak terdapat pada Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Jawa Tengah.

Menanggapi hal ini, wakil ketua Komite Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN) Dr dr Sonar Soni Panigoro SpB(K)Onk mengatakan pada prinsipnya, serviks bisa 'diintip' dan artinya bisa langsung kelihatan sehingga dapat dilakukan deteksi dini kanker serviks.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Makanya kenapa di negara berkembang seperti Afrika, Indonesia masih tinggi (kasus kanker serviks) karena dia (masyarakat) malas (deteksi dini)," kata dr Sonar saat berbincang dengan detikHealth.

Sehingga, kesadaran masyarakat menurut dr Sonar juga turut memengaruhi cukup tingginya angka kanker serviks di Indonesia. dr Sonar mencontohkan, di Amerika dan Eropa, kasus kanker serviks rendah dan ini tak lepas dari upaya deteksi dini yang dilakukan masyarakat.

Baca juga: WHO: Deteksi Dini Penyakit Kanker Selamatkan Nyawa dan Biaya

Namun, memang kasus kanker payudaralah yang paling karena menurut dr Sonar kanker payudara tidak bisa dihindari dan sebab pastinya belum diketahui. Di seluruh dunia pun kasus kanker payudara masih menempati urutan kasus kanker terbanyak.

"Kemudian juga soal prioritas. Jangankan untuk kanker keseluruhan, untuk biaya kesehatan nasional pun anggaran baru naik jadi lima persen, tadinya kan 2,5 persen. Negara-negara lain sudah di atas 5 persen. Belum lagi prioritas kanker. Tadi penyakit tidak menular kan ada stroke, jantung, gagal ginjal, diabetes, baru kanker. Bukan tidak diperhatikan tapi terpaksa prioritas jadi lebih bawah dan ini juga yang jadi PR KPKN," tambah dr Sonar.

Beberapa waktu lalu, Prof Dr dr Andrijono SpOG, KFER mengatakan kanker serviks menjadi salah satu dari 10 kanker terbanyak di Indonesia, setelah kanker payudara. Terlebih, kebanyakan kanker serviks ditemukan dalam stadium lanjut. Padahal, seyogianya kanker serviks bisa dicegah.

"Kanker serviks sudah diketahui sebabnya, yaitu HPV. Vaksinnya sudah ada. Deteksi dininya sudah ada, papsmear dan IVA (Inspeksi Vagina dengan Asam Asetat). Jadi ini 100 persen bisa dicegah," kata Prof Andri.

Hanya saja, kata Prof Andri, karena vaksin HPV mahal diharapkan vaksinasi bisa masuk program vaksinasi nasional untuk anak-anak perempuan dalam rangka mencegah kanker serviks. Dijelaskan Prof Andri, ada lebih dari 100 jenis HPV atau Human Pappilloma Virus dan hanya 19 jenis yang bisa menyebabkan kanker.

Baca juga: Kalau Rutin Cek Kesehatan, Gejala Dini Kanker Bisa Dikenali

(rdn/vit)

Berita Terkait