Awas, Sofa Lama di Rumah Menyimpan Risiko Kanker

Awas, Sofa Lama di Rumah Menyimpan Risiko Kanker

Rahma Lillahi Sativa - detikHealth
Jumat, 02 Jun 2017 15:07 WIB
Awas, Sofa Lama di Rumah Menyimpan Risiko Kanker
Foto: Thinkstock
Jakarta - Dewasa ini, sofa atau furnitur rumah tangga telah dirancang sedemikian rupa agar tahan dari api. Namun bahan kimia yang dipakai untuk meningkatkan ketahanan sofa ini nyatanya berbahaya untuk manusia.

Penelitian terbaru menyebut bahan kimia yang melapisi sofa dan membuatnya tahan api tersebut (flame retardants) diklaim dapat memicu kanker tiroid.

Kanker tiroid sebenarnya tergolong langka. Namun belakangan di AS jumlah kasusnya makin meningkat, yaitu tercatat 7 persen pertahun, terutama dalam kurun 20 tahun terakhir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini mendorong tim peneliti dari Duke Cancer Institute dan Nicholas School SChool of the Environment, Duke University untuk mengungkap apa penyebabnya. Caranya dengan melakukan perbandingan pada 70 pasien kanker tiroid dan 70 partisipan sehat.

Kemudian peneliti mengumpulkan sampel debu dari sofa dan perabot rumah tangga lain yang ada di rumah partisipan, untuk mengetahui berapa banyak bahan kimia yang terkandung di dalamnya. Rata-rata pasien tercatat tinggal di rumah mereka selama 11 tahun.

Peneliti juga menganalisis sampel darah partisipan dan memfokuskan pengamatan pada penanda biologis untuk flame retardants yang disebut polybrominated diphenyl ethers (PBDE). PBDE paling sering dipergunakan pada furnitur rumah tangga namun telah ditarik dari pasaran di tahun 2000-an karena terbukti beracun dan membahayakan manusia.

"Nyatanya meski sudah tidak digunakan, PBDE masih bisa kami deteksi di sampel debu indoor yang kami kumpulkan karena masih banyak orang yang memakai produk seperti sofa atau TV yang dilapisi senyawa ini," ungkap salah satu peneliti, Heather M Stapleton seperti dilaporkan Express.co.uk.

Baca juga: Kenali, Inilah Gejala-gejala Kanker Tiroid

Peneliti juga menyebut ada dua jenis PBDE yang paling banyak dikaitkan dengan insiden kanker tiroid, yaitu decabromodiphenyl ether (BDE-209) dan tris(2-chloroethyl) phosphate (TCEP). Terbukti dari banyaknya jejak kedua bahan kimia tersebut di sampel debu yang mereka teliti.

Namun partisipan dengan kadar BDE-209 lebih tinggi dalam sampel debu mereka dilaporkan memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk mengidap kanker tiroid.

Sedangkan partisipan dengan kadar TCEP tinggi pada sampel debu mereka berpeluang empat kali lebih besar untuk memiliki tumor yang ukurannya lebih besar dan lebih agresif.

Bahkan partisipan dengan kadar BDE-209 paling tinggi berpeluang 14 kali lebih besar untuk terserang kanker tiroid dibandingkan mereka yang terkena kanker yang sama akibat mutasi genetik.

Baca juga: Gondok Tak Kunjung Hilang Meski Sudah Dioperasi? Waspada Kanker Tiroid

Para pakar meyakini dari waktu ke waktu, PDBE telah berpindah atau menyebar lewat udara, dan ada pula yang berdiam dalam debu yang ada di rumah-rumah, sekolah, gedung perkantoran atau di luar ruangan, termasuk menumpuk di tubuh manusia.

Riset lain yang dipublikasikan jurnal Environmental Health menyebut, senyawa ini dapat menumpuk di dalam jaringan lemak dan mengganggu fungsi hormon, termasuk hormon di dalam tiroid.

Secara umum, kanker tiroid paling sering dipengaruhi oleh faktor genetik. "Kalau ditanya penyebab pasti itu, tidak ada ya. Tapi faktor genetik itu adalah yang paling berpengaruh terjadinya kanker tiroid ini. Makanya kanker tiroid ini biasanya memang menurun," tutur dr Wismandari Wisnu, SpPD-KEMD dari Departemen Penyakit Dalam FKUI-RSCM kepada detikHealth beberapa waktu lalu.

Sebaliknya, kanker tiroid tidak memiliki keterkaitan dengan gaya hidup ataupun pola makan seperti halnya kanker pada umumnya.

"Kanker tiroid itu berbeda dengan yang lainnya, karena biasanya kanker itu kan disebabkan oleh infeksi. Tapi kanker tiroid tidak. Penyebab lainnya bisa saja karena faktor risiko, seperti misalnya pasien kanker tiroid itu pernah terkena radiasi," terang dr Wismandari. (lll/up)

Berita Terkait