Julia Perez dan Terapi Gelombang Listrik Warsito

Julia Perez dan Terapi Gelombang Listrik Warsito

Sudrajat - detikHealth
Rabu, 21 Jun 2017 15:14 WIB
Julia Perez dan Terapi Gelombang Listrik Warsito
Jupe meninggal karena kanker serviks stadium lanjut (Foto: Dok. detikHOT)
Jakarta - Apakah teknologi Electro Capacitive Cancer Teraphy (ECCT) yang dikembangkan Warsito Purwo Taruno hanya untuk menghambat laju sel kanker otak dan payudara? Andai Jupe, sapaan akrab Yuli Rachmawati alias Julia Perez, mendapatkan terapi ECCT, mungkinkan dia bertahan hidup dari serangan kanker serviks? Adakah rencana Warsito membuat pakaian dalam seperti CD (celana dalam) bagi penderita kanker prostat atau serviks?

Begitu sekelumit pertanyaan yang sempat mengemuka dalam acara peluncuran buku 'Setrum Warsito, Kisah di Balik Penemuan Rompi Anti-Kanker' di Perpustakaan Kementerian Pendidikan, Selasa (13/6/2017) petang. Sesekali tawa hadirin pecah di ruangan berkapasitas sekitar 100 orang itu. Warsito, doktor lulusan Shizouka University, tersenyum maklum menyimak para penanya. Tak terkecuali Duta Baca Indonesia Najwa Shihab, Indira Abidin dari Lavender Ribbon Cancer Support Group, serta anggota DPR Meutya Hafid dan Amelia Angraeni yang duduk di deretan kursi terdepan.

"Pada prinsipnya dimungkinkan," kata penerima BJ Habibie Technology Award itu kemudian dengan santun. Science, Warsito melanjutkan, cuma mendeteksi tapi tak memastikan keberhasilan 100 persen. Pada prinsipnya, manusia hanya melakukan pendekatan tapi tak bisa memutlakan. "Karena yang mutlak, yang absolut itu hanya Allah SWT," ujarnya.

Teknologi ECCT yang dikembangkannya, Warsito melanjutkan, sejauh ini peluang responsnya lebih besar terhadap sel kanker yang mudah menyebar dengan cepat dan meluas. Tapi Warsito mengakui alat ciptaannya ini tidak begitu responsif terhadap sel-sel kanker yang keras dan sulit membelah. "Saya tidak tahu bagaimana persisnya kondisi Mbak Julia Perez yang divonis kanker serviks," ujar Warsito.

Baca juga: Mulai 27 Januari, Lab Dr Warsito Tak Layani Lagi Pasien Rompi Antikanker

Sebelum kliniknya ditutup pada akhir 2015 sesuai perintah Kementerian Kesehatan, tercatat sekitar 3.200 pasien yang mengikuti terapi. Tak cuma helm dan rompi, Warsito juga membuat alat lain sesuai jenis kanker yang diidap pasiennya. Alat lain sesuai jenis kanker yang diderita pasiennya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Sekedar diketahui, ECCT merupakan pengembangan teknologi Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) untuk memindai objek apa saja di ruang terbuka. Teknologi ini kemudian digunakan oleh Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) untuk sistem sensor dinding pesawat ulang alik yang terbuat dari keramik. Selain itu, ECVT dapat digunakan untuk mengukur dimensi, kestabilan, dan kekerasan kayu tanpa harus menebangnya.

Sisi lain ilmuwan kontroversial Warsito Purwo TarunoSisi lain ilmuwan kontroversial Warsito Purwo Taruno


Baca juga: Rompi Antikanker Warsito Diarahkan Hanya untuk Kanker Payudara atau Serviks

Buku ini tak melulu bercerita soal rompi dan helm anti-kanker yang mengundang kontroversi. Lebih dari itu juga berkisah tentang perjalanan jatuh bangun Warsito di dunia penelitian medan listrik. Ia pemegang sejumlah paten penelitian di bidang fisika dan kimia yang karya dimanfaatkan dunia perminyakan Amerika hingga badan antariksa NASA.

Jauh sebelum rompi anti kanker itu diciptakan, Warsito hanyalah seorang anak desa yang bertarung dengan segala keterbatasan berusaha mendapatkan tempat di tengah-tengah masyarakat dan dunia. Hebatnya, ia menjadikan masa lalunya yang pahit untuk memupuk dan menebar cinta dan empati terhadap kemanusiaan.

Baca juga: Sisi Lain Peneliti Kontroversial Warsito Purwo Taruno

(up/ajg)

Berita Terkait