Lambat laun, dicap sebagai social climber bisa membuat kehidupan sosial menjadi tidak nyaman. Karena kebanyakan orang tidak menyukai perilaku social climber, bahkan tidak sedikit pula yang men-judge bukan-bukan.
Untuk mengurangi cap social climber tersebut, psikolog lulusan Universitas Indonesia, Ratih Zulhaqqi, MPsi menyarankan untuk tidak asal mengunggah foto ke medsos.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Suka Pamer Seperti Social Climber, Ini Dampaknya Bagi Kesehatan Jiwa
Menurutnya apa yang diunggah harus memberikan manfaat dan efek untuk orang yang melihatnya. Dari sebuah foto, dapat mengungkapkan apa yang sedang dipikirkan, sehingga orang yang melihat bisa terinspirasi.
"Misalnya lagi backpacker ke Paris, umumnya yang difoto menara Eiffel. Nah ditulis juga, tips-tips backpacker ke Paris. Kan orang yang baca jadi terinspirasi," jelasnya.
Selain itu, Ratih juga menyarankan untuk mengunggah foto yang menunjukkan sisi keindahan atau bernilai seni bukan foto yang memamerkan kemewahan.
Dengan seperti itu, orang yang sebelumnya menganggap bahwa perilaku social climber hanya sekedar memamerkan barang-barang berharga atau liburan mewah saja, akan berubah juga karena unggahannya bermanfaat.
Baca juga: Ketika Mudik Jadi Ajang Pamer Para Social Climber, Ini Kata Psikolog
(wdw/up)











































