Orderan Fiktif Go-Food Dipicu Urusan Patah Hati? Ini Kata Psikolog

Orderan Fiktif Go-Food Dipicu Urusan Patah Hati? Ini Kata Psikolog

Muhamad Reza Sulaiman - detikHealth
Sabtu, 08 Jul 2017 12:05 WIB
Orderan Fiktif Go-Food Dipicu Urusan Patah Hati? Ini Kata Psikolog
Kasus orderan fiktif via Go-Food yang dialami Julianto Hidayat disebut-sebut dipicu masalah asmara. Simak komentar psikolog soal patah hati berikut ini. (Foto: Ilustrasi: Luthfy Syahban)
Jakarta - Kasus orderan fiktif via Go-Food yang dialami oleh Julianto Hidayat disebut-sebut dipicu masalah asmara. Seorang perempuan berinisial A dikatakan oleh Julianto sebagai pelakunya.

A disinyalir patah hati karena ditolak oleh Julianto. 'Teror' order fiktif ke kantor Julianto pun berdatangan, dimulai sejak Senin (3/7) sore sampai Kamis (6/7).

"Senin-nya saya yang bayar. Selasa itu juga saya langsung ke kantor Go-Jek buat laporan. Soalnya, orderan masih datang. Saya mohon-mohon supaya orderan ke Danamon dihentikan. Cuma, prosesnya lama. Hari Selasa sampai Kamis masih ada Go-Food yang datang," kata Julianto, dikutip dari detikNews.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: Julianto Bicara soal Motif Asmara Perempuan Penjebak Order Go-Food

Menanggapi hal ini, psikolog dari Universitas Indonesia, Bona Sardo, MPsi, mengatakan bahwa patah hati merupakan salah satu bentuk emosi negatif yang muncul akibat penolakan. Ia pun menyebut memang rasa patah hati, terutama karena asmara, bisa saja membuat seseorang melakukan perbuatan ekstrem seperti membuat orderan fiktif dalam jumlah besar.

"Patah hati itu kan pengalaman yang tidak menyenangkan, apalagi karena cinta bertepuk sebelah tangan ataupun berharap terhadap cinta orang lain. Bisa saja akhirnya membuat seseorang melakukan hal-hal ekstrem," tutur Bona saat dihubungi detikHealth.

Baca juga: Ribut Julianto dan Penjebak Sebelum Serbuan Order Fiktif Go-Food

Dikatakan Bona, seseorang yang patah hati mungkin tidak sadar dirinya melakukan hal-hal yang ekstrem. Sebabnya, ia sedang berusaha menarik perhatian orang yang disukai atau dicintainya.

Dengan melakukan hal-hal ekstrem, diharapkan perhatian orang yang disukainya bisa membuat orang tersebut berpaling dan mulai menyukai dirinya. Padahal menurut Bona, hal ini justru bisa berdampak buruk dan membuat orang tersebut malah semakin tidak menyukainya.

"Karena dia kan sedang berharap, agar cintanya bisa diterima, sehingga akan berusaha sekuat mungkin menarik perhatian orang tersebut. Dia akan melakukan apa saja supaya bisa diperhatikan," ungkapnya lagi.

Baca juga: Dampak Patah Hati ke Tubuh, dari Makin Langsing Hingga Picu Kematian

(mrs/up)

Berita Terkait