"Makanya kita emergency, perawatan itu harus terus menerus nggak bisa di stop-stop. Itu orang sakit saraf bukan satu dua tahun tapi berpuluh-puluh tahun. Itu bukan sesuatu yang pilek atau batuk kasih obat selesai," kata Lydia kala itu.
Mengenai pengobatan untuk sindrom tourette sendiri, Prof Dr Teguh AS Ranakusuma SpS(K) menjelaskan pada detikHealth bahwa penanganan sindrom bisa berbeda-beda untuk tiap orang. Hal ini tergantung dari pendekatan yang digunakan oleh dokter yang menangani.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas, apakah berbahaya jika sindrom ini dibiarkan begitu saja? Prof Teguh menuturkan bahwa perlu adanya diagnosis terlebih dahulu mengenai sindrom tersebut. Yang bahaya ketika saraf ketujuh pasien sudah ikut terserang, sehingga menyebabkan lumpuhnya sebagian otot pada sebelah wajah.
"Nanti dikucilkan dia, kan kasihan kalau dikucilkan. Makanya kalau ada gejala ini masyarakat sebaiknya pergi ke dokter atau ke neurolog," tutupnya.
Setelah ditangkap karena kasus penyalahgunaan obat, Tora tak lagi mengonsumsi obat penenangnya. Foto: Dok. detikHOT |
Pemberian obat-obatan tentu akan diberikan untuk menekan gejala yang ada, namun bukan berarti pasien akan ketergantungan terhadap obat selamanya. Kemungkinan untuk sembuh secara total tetap bisa terjadi.
"Biasanya kalau orang dewasa dia bisa spontan hilang," ungkap Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tersebut.
Baca juga: Penderita Sindrome Tourette yang Tak Pernah Tenang (fds/fds)












































Setelah ditangkap karena kasus penyalahgunaan obat, Tora tak lagi mengonsumsi obat penenangnya. Foto: Dok. detikHOT