Dijelaskan oleh dokter spesialis kulit dari RS Mayapada, dr Armansjah Dara Sjahrudin, SpKK, MKes, banyak tidaknya tahi lalat pada tubuh dipengaruhi oleh faktor genetik dan juga pigmentasi kulit. Ia mencontohkan seperti orang yang mudah ditumbuhi uban.
"Bahwa memang genetiknya dia banyak yang menghasilkan si nevus ini. Sama seperti misalnya ada orang yang memang gampang ubanan. Itu genetik mereka menghasilkan rambut putih pigmentasinya lebih cepat hancur, jadi rambut kita ini mengikuti pigmentasi kulit di badan kita," terang pria yang akrab disapa dr Dara itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Waspadai Jika Tahi Lalat Membesar dan Berdarah
"Makanya kalau orang Eropa atau orang Amerika yang ibaratnya blonde itu dia seluruh rambut di kulitnya berwarna kuning. Karena pigmentasinya sesuai dengan pigmentasi warna tubuhnya," ucap dr Dara.
"Kalau kita orang Asia mungkin kebanyakan pigmentasi rambut kita berwarna hitam. Tapi begitu semua akhirnya mencapai titik tertentu, akhirnya pigmentasinya itu sendiri menjadi pudar, di situlah uban tumbuh," sambung dr Dara.
Menurut dr Dara banyak tidaknya tahi lalat yang muncul di tubuh bagian tertentu justru cenderung dikaitkan dengan estetika.
"Mungkin dari segi bahaya secara medis tidak, tapi secara estetik mungkin ada yang mengganggu, lebih ke arah psikis," imbuh dr Dara.
Baca juga: Tahi Lalat Ditumbuhi Rambut, Bahayakah?
(mrs/mrs)











































