Tensi Tinggi tapi Tak Merasa Sakit Kepala? Ini Kata Dokter

ADVERTISEMENT

Tensi Tinggi tapi Tak Merasa Sakit Kepala? Ini Kata Dokter

Muhamad Reza Sulaiman - detikHealth
Kamis, 28 Sep 2017 10:38 WIB
Ada beberapa faktor yang menyebabkan tensi seseorang tinggi namun tidak mengalami gejala sakit kepala. Itu harusnya menjadi suatu tanda bahay. Foto: Ilustrasi/thinkstock
Jakarta - Sakit kepala menjadi salah satu gejala hipertensi yang paling umum. Namun ketika pemeriksaan tekanan darah menunjukkan angka di atas 140 mmHg, namun tidak merasa sakit kepala, artinya apa ya?

dr Yuda Turana, SpS(K), Ketua Indonesian Society on Hypertension (INA-SH) mengatakan memang ada beberapa faktor yang menyebabkan tensi seseorang tinggi namun tidak mengalami gejala sakit kepala. Namun hal ini justru menjadi alarm tanda bahaya bagi yang sudah mengidap hipertensi.

"Kalau saya sering bilang gini, ada yang dapat lampu kuning dulu supaya jangan sampai lampu merah. Tapi ada juga yang langsung lampu merah, nah ini yang berbahaya," tutur dr Yuda, ditemui di Restoran Kembang Goela, Jl Sudirman, Jakarta Pusat, baru-baru ini.

Baca juga: Masih Muda Tapi Tensi Sering Tinggi? Waspada Hipertensi Sekunder

Dijelaskan dr Yuda, maksud dari lampu kuning adalah gejala yang menandakan adanya penyakit. Dalam kasus hipertensi, sakit kepala saat tekanan darah tinggi adalah salah satu faktor gejala yang paling umum.

Nah, lampu merah yang dimaksud adalah komplikasi fatal dari hipertensi. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko kejadian penyakit jantung, stroke dan pembuluh darah. Untuk itu, tekanan darah perlu dijaga dalam keadaan normal dan stabil.

"Hipertensi itu penyakit yang nggak ada gejalanya. Kalau sudah ada gejala, tandanya dua. Bisa saja hipertensi sudah terjadi menahun dan baru ketahuan, atau sudah ada kerusakan target organ karena hipertensi, dan merupakan tanda adanya komplikasi," papar dr Yuda lagi.

Karena itu, dr Yuda mengingatkan pentingnya pengukuran tekanan darah secara mandiri dan berkala.
Pemeriksaan tekanan darah di rumah diperlukan untuk mengetahui variabilitas atau variasi fluktuasi tekanan darah, karena fluktuasi yang berlebihan dapat menjadi tanda peringatan terhadap risiko penyakit jantung dan stroke.

"Pemeriksaan tekanan darah di rumah dapat meningkatkan kesadaran dan kepatuhan pasien terhadap prosedur pengobatan hipertensi," ungkapnya.

"Jika angka hasil pemeriksaan tekanan darah di rumah lebih tinggi dari 135 mmHg atau terjadi fluktuasi yang lebar antara setiap hasil pemeriksanaan di rumah (pagi dan malam, atau hari ke hari), segera konsultasikan ke dokter," tutup dokter yang juga dekan di Fakultas Kedokteran Universitas Atmajaya ini.

Baca juga: 6 Tips Agar Pemeriksaan Tensi di Rumah Lebih Akurat (mrs/up)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT