Jakarta -
Kabar perceraian Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dengan Veronica Tan tengah jadi perbincangan hangat. Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Utara membenarkan kabar tersebut.
Bermula dari surat cerai yang beredar di media sosial, kabar gugatan cerai Ahok dan Vero sontak membuat heboh warganet. Bagi sebagian orang, pasangan tersebut dianggap sangat serasi dan tidak terbayangkan akan mengalami keretakan dalam urusan rumah tangganya.
Baca juga: PN Jakarta Utara Benarkan Ahok Gugat Cerai Vero
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Banyak yang menyayangkan kabar tersebut. Perceraian, dianggap memberikan lebih banyak dampak buruk. Termasuk dalam urusannya dengan kesehatan. Sejumlah penelitian membuktikan hal tersebut. Berikut di antaranya.
Baca juga: Surat Gugatan Cerai ke Vero Sudah Ditandatangani Ahok
1. Fluktuasi berat badan
Foto: thinkstock
|
Perceraian erat kaitannya dengan stres, dan salah satu efek stres adalah peruahan pola makan. Seseorang yang sedang mengalami perceraian bisa beralih ke makanan yang manis dan berlemak, dan berakibat pada peningkatan berat badan. Sebaliknya, stres juga bisa menurunkan nafsu makan secara drastis sehingga terjadi ketidakseimbangan nutrisi.
2. Sindrom metabolik
Foto: thinkstock
|
Masih berhubungan dengan berat badan, gangguan pola makan dalam jangka panjang juga meningkatkan risiko sindrom metabolik. Di dalamnya termasuk tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, kolesterol tinggi dan kelebihan lemak di perut alias vixceral fat. Sebuah penelitian di Archieves of Internal Medicine menemukan bahwa perempuan yang bercerai lebih rentan mengalami sindrom metabolik. Hal yang sama berlaku juga pada pernikahan yang tidak bahagia.
3. Penyakit kardiovaskular
Foto: Thinkstock
|
Sebuah penelitian di Journal of Marriage and Family menemukan bahwa pria paruh baya lebih rentah mengalami penyakit jantung dan pembuluh darah ketika perkawinannya mengalami keretakan. Stres ketika bercerai disebut memicu reaksi inmflamasi atau radang, yang berdampak pada sistem peredaran darah. Menurut para peneliti, perempuan paling rentan terhadap risiko tersebut.
4. Depresi dan insomnia
Foto: Ilustrasi/thinkstock
|
Stres karena bercerai bisa berlanjut menjadi depresi klinis. Menurut para ilmuwan, depresi erat kaitannya dengan gangguan pola tidur. National Sleep Foundation menyebut insomnia banyak ditemukan pada orang-rang dengan riwayat depresi, termasuk yang diakibatkan oleh perceraian.
5. Penyakit kronis
Foto: Thinkstock
|
Berbagai jenis penyakit kronis 20 persen lebih banyak ditemukan pada pasangan yang bercerai. Demikian terungkap dalam sebuah penelitian di Journal of Health and Social Behavior. Perceraian juga berdampak pada mobilitas yang terhambat, seperti susah naik tangga, dan kesulitan berjalan.
Perceraian erat kaitannya dengan stres, dan salah satu efek stres adalah peruahan pola makan. Seseorang yang sedang mengalami perceraian bisa beralih ke makanan yang manis dan berlemak, dan berakibat pada peningkatan berat badan. Sebaliknya, stres juga bisa menurunkan nafsu makan secara drastis sehingga terjadi ketidakseimbangan nutrisi.
Masih berhubungan dengan berat badan, gangguan pola makan dalam jangka panjang juga meningkatkan risiko sindrom metabolik. Di dalamnya termasuk tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, kolesterol tinggi dan kelebihan lemak di perut alias vixceral fat. Sebuah penelitian di Archieves of Internal Medicine menemukan bahwa perempuan yang bercerai lebih rentan mengalami sindrom metabolik. Hal yang sama berlaku juga pada pernikahan yang tidak bahagia.
Sebuah penelitian di Journal of Marriage and Family menemukan bahwa pria paruh baya lebih rentah mengalami penyakit jantung dan pembuluh darah ketika perkawinannya mengalami keretakan. Stres ketika bercerai disebut memicu reaksi inmflamasi atau radang, yang berdampak pada sistem peredaran darah. Menurut para peneliti, perempuan paling rentan terhadap risiko tersebut.
Stres karena bercerai bisa berlanjut menjadi depresi klinis. Menurut para ilmuwan, depresi erat kaitannya dengan gangguan pola tidur. National Sleep Foundation menyebut insomnia banyak ditemukan pada orang-rang dengan riwayat depresi, termasuk yang diakibatkan oleh perceraian.
Berbagai jenis penyakit kronis 20 persen lebih banyak ditemukan pada pasangan yang bercerai. Demikian terungkap dalam sebuah penelitian di Journal of Health and Social Behavior. Perceraian juga berdampak pada mobilitas yang terhambat, seperti susah naik tangga, dan kesulitan berjalan.
(up/up)