Entah dari mana, kepopuleran MSG yang ditemukan oleh Prof Kikunea Ikeda di tahun 1908 mulai di isu-isu kurang sedap seperti Chinese Restaurant Syndrome atau hal-hal lainnya yang kurang lebih menyudutkan MSG sebagai bahan berbahaya bagi kesehatan.
Ditemui detikHealth baru-baru ini dalam suatu acara di IPB International Convention Center, Bogor, isu ini pun dibantah dari pemaparan sejumlah narasumber. Salah satunya dari Drs Tepy Usia, Apt, MPhil, PhD, Direktur Standarisasi Produk Pangan Badan Pengawas Obat dan Makanan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masih menurut Drs Tepy, MSG merupakan salah satu Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang sudah diuji keamanannya dan ditetapkan nilai Acceptable Daily Intake (ADI) MSG adalah not specified (tidak dinyatakan).
Baca juga: Seberapa Aman MSG Dikonsumsi?
Dengan nilai yang tidak dinyatakan, menunjukan bahwa toksisitasnya sangat rendah sehingga menurut WHO tidak menimbulkan bahaya bagi kesehatan.
Selain itu, menurut Prof Dr Ir Christofora Hanny Wijaya, MAgr, permasalahan penggunaan micin ini bukanlah hal yang buruk jika masih sesuai batas aman. Masalah kerap kali berdatangan justru karena kita seringkali lupa pemakaian tambahan rasa umami ini jadi berlebihan.
"Banyak sekali permasalah penggunaan barang karena kurangnya konsentrasi. Di dunia juga disebutkan tidak ada yang aman, semua tergantung keperluan tergantung jumlah. Sekarang, siapa yang berani bilang gula aman? Tergantung siapa yang memakainya dan takarannya," ujar wanita yang akrab disapa Prof Hanny ini.
Sementara itu, dijelaskan oleh dr Fiastuti Witjaksono SpGK dari RSPAD Gatot Subroto, dalam kesempatan berbeda, penggunaan micin seharusnya lebih mengkhawatirkan kandungan dari MSG yaitu natrium atau sodium, di mana kandungan tersebut jika digunakan terus menerus bisa berisiko salah satunya hipertensi.
Baca juga: Penyedap Rasa MSG Bisa Bikin Badan Gemuk
(ask/up)











































