Di Kab Rohul Riau Diperkirakan Ada Seribuan Balita Stunting

Hari Gizi Nasional

Di Kab Rohul Riau Diperkirakan Ada Seribuan Balita Stunting

Chaidir Anwar Tanjung - detikHealth
Kamis, 25 Jan 2018 15:01 WIB
Foto: thinkstock
Pekanbaru - Di Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) Riau ada seribuan bayi di bawah lima tahun (Balita) mengalami stunting (pendek/sangat pendek). Karenanya Dinas Kesehatan Provinsi Riau turut membantu untuk menurunkan angka stunting di kabupaten tersebut.

Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Riau, Mimi Yuliani Nazir mengungkapkan hal itu kepada detikHealth, Kamis (25/1/2018). Mimi menjelaskan, stunting adalah sebuah kondisi di mana tinggi badan seseorang ternyata lebih pendek dibanding tinggi badan orang lain pada umumnya yang seusia.

Kondisi stunting ini di wilayah Riau, kata Mimi, saat ini paling banyak berada di Kabupaten Rohul. Dari pendataan yang dilakukan pihak Diskes Riau 2018 ini, diprediksi balita stunting mencapai 1.675 orang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Data tersebut uji sampel di lima kecamatan berdasarkan data dari Puskesmas setempat. Di Kecamatan Rambah terdata ada 7.362 balita. Ketika diuji sampel balita yang alami stunting 7,3 persen dari jumlah yang ada, terdata 537 orang.

Di Kecamatan Bangun Purba, ada 2.253 balita uji sampel 18 persen terdata 164 stunting. Kecamatan Kepenuhan 3.118 uji sampel 16 persen ditemukan 227 balita stunting. Kecamatan Tambusai 7.518 dengan uji sampel 21,3 persen diprediksi ada 548 balita stunting. Kecamatan Kepenuhan Hulu 2.700 bali uji sampel 24.7 persen diprediksi 197 balita stunting. Data ini berdasarkan pemantauan status gizi tahun 2017.

"Kabupaten Rohul ini adalah salah satu kabupaten di Indonesia yang akan menjadi percontohan nasional dalam percepatan menurunkan jumlah balita stunting," kata Mimi.

Menurut Mimi, pihaknya akan tetap berkoordinasi kepada Pemkab Rohul dalam penanggulangan balita stunting. Termasuk juga bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan.

"Ini merupakan program Presiden Joko Widodo untuk menurunkan angka stunting secara nasional," kata Mimi.

Baca juga: Cegah Stunting, 800 Ibu Hamil di Mojokerto Minum Susu dan Senam

Mimi menjelaskan, dalam penanganan penurunan jumlah balita stunting ini, pihaknya akan terus memantau di Kabuapten Rohul. Kerjasama melibatkan sejumlah pihak sangat dibutuhkan baik dari pemerintah atau masyarakat.

"Balita yang stunting ini penyebabnya tentu banyak hal. Tidak bisa kita pastikan dari satu masalah saja," kata Mimi.

Mimi mencontohkan, bisa jadi dari persoalan ekonomi dari keluarga balita tersebut. Bisa juga, persoalan lingkungan yang kurang sehat, atau kurang pedulinya masyarakat soal pemantauan bayinya.

Kemungkinan lain, kata Mimi, minimnya edukasi dari tenaga kesehatan setempat. Berbagai faktor tersebut memungkinkan seorang balita alami stunting.

"Kita akan kembali melakukan rapat dengan berbagai sektor untuk mengumpulkan segala indikator terkait balita alami stunting itu. Pendataan ini perlu, sehinga nanti ada kesimpulan faktor mana yang paling dominan," kata Mimi.

Bila nantinya sudah ada kesimpulan, kata Mimi, maka akan ada langkah dalam menuntaskan atau menurunkan angka stunting tersebut.

"Jadi nantinya semua faktor akan kita kumpulkan dalam mencari solusinya. Dengan demikian ada langkah yang tepat untuk menurunkan angka stunding sesuai dengan keinginan Presiden Joko Widodo. Ini merupakan program nasional yang berjalan di sejumlah daerah," kata Mimi.

Baca juga: Menkes Minta Para Ibu Kuasai Pengetahuan tentang Gizi Anak

(cha/up)