Jakarta -
Masih dianggap menyeramkan, tidak sedikit pasien kusta dikucilkan oleh lingkungannya. Banyak mitos yang beredar luas di kalangan masyarakat mengenai kusta yang menyebabkan stigma pada pasien kusta.
Agar tidak ada lagi pasien kusta yang merasa dikucilkan, Anda harus tahu berbagai mitos mengenai kusta.
1. Penyakit kutukan
Foto: Ilustrasi oleh Edi Wahyono
|
Kusta dipercaya banyak masyarakat Indonesia sebagai penyakit kutukan. Hal ini adalah mitos belaka. Kusta merupakan penyakit yang disebabkan oleh basil berbentuk batang yang disebut Mycobacterium leprae, atau yang sering disingkat sebagai M. leprae.
Gejala awal penyakit ini adalah munculnya bercak putih atau merah dan disertai dengan hilang rasa atau baal di area bercak tersebut. Penyakit ini memang bisa menular, namun kusta termasuk salah satu penyakit yang paling sedikit menular dibandingkan penyakit menular lainnya.
2. Penyakit turunan
Foto: Rachman Haryanto
|
Jika ada seorang ibu atau ayah yang mengidap kusta, kemudian sang anak juga mengidap penyakit yang sama itu memang mungkin terjadi. Namun, kusta bukan penyakit turunan.
Menurut Dr dr Sri Linuwih Menaldi, SpKK dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia, sang anak bisa mengidap kusta dikarenakan tertular oleh orang tuanya karena kontak yang cukup intens.
"Karena kontaknya lama dengan yang sakit. Jadi seolah-olah diturunkan dari ayah atau ibunya ke anak, padahal tidak," kata dr Dini sapaan akrabnya.
3. Tidak bisa sembuh
Foto: Rachman Haryanto
|
Siapa bilang pengidap kusta tidak bisa sembuh? Hal ini ditegaskan oleh dr Dini adalah mitos. Penyakit kusta bisa disembuhkan asalkan diobati secara teratur dan memang membutuhkan waktu yang cukup lama.
"Kusta dapat diobati. Obat bisa didapat di puskesmas atau rumah sakit secara gratis," tegas dr Dini.
4. Kusta bisa menular dengan berjabat tangan
Foto: Granyos Zafna/detikcom
|
Kebanyakan orang enggan untuk berjabat tangan dengan pengidap kusta, alasannya pasti takut tertular. Padahal hal ini adalah mitos belaka. Berjabat tangan tidak menularkan kusta, selama sang pasien tidak memiliki luka yang tidak pernah diobati.
Penularan kusta melalui saluran pernapasan, seperti tetesan air hidung, atau mulut selama berada dekat dengan orang yang mengalami kusta dan sering kontak dengan kasus-kasus infeksi yang tak diobati.
Dan perlu diingati kembali, kusta adalah penyakit yang penularannya lebih rendah dibandingkan penyakit lain.
Kusta dipercaya banyak masyarakat Indonesia sebagai penyakit kutukan. Hal ini adalah mitos belaka. Kusta merupakan penyakit yang disebabkan oleh basil berbentuk batang yang disebut Mycobacterium leprae, atau yang sering disingkat sebagai M. leprae.
Gejala awal penyakit ini adalah munculnya bercak putih atau merah dan disertai dengan hilang rasa atau baal di area bercak tersebut. Penyakit ini memang bisa menular, namun kusta termasuk salah satu penyakit yang paling sedikit menular dibandingkan penyakit menular lainnya.
Jika ada seorang ibu atau ayah yang mengidap kusta, kemudian sang anak juga mengidap penyakit yang sama itu memang mungkin terjadi. Namun, kusta bukan penyakit turunan.
Menurut Dr dr Sri Linuwih Menaldi, SpKK dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia, sang anak bisa mengidap kusta dikarenakan tertular oleh orang tuanya karena kontak yang cukup intens.
"Karena kontaknya lama dengan yang sakit. Jadi seolah-olah diturunkan dari ayah atau ibunya ke anak, padahal tidak," kata dr Dini sapaan akrabnya.
Siapa bilang pengidap kusta tidak bisa sembuh? Hal ini ditegaskan oleh dr Dini adalah mitos. Penyakit kusta bisa disembuhkan asalkan diobati secara teratur dan memang membutuhkan waktu yang cukup lama.
"Kusta dapat diobati. Obat bisa didapat di puskesmas atau rumah sakit secara gratis," tegas dr Dini.
Kebanyakan orang enggan untuk berjabat tangan dengan pengidap kusta, alasannya pasti takut tertular. Padahal hal ini adalah mitos belaka. Berjabat tangan tidak menularkan kusta, selama sang pasien tidak memiliki luka yang tidak pernah diobati.
Penularan kusta melalui saluran pernapasan, seperti tetesan air hidung, atau mulut selama berada dekat dengan orang yang mengalami kusta dan sering kontak dengan kasus-kasus infeksi yang tak diobati.
Dan perlu diingati kembali, kusta adalah penyakit yang penularannya lebih rendah dibandingkan penyakit lain.
(wdw/fds)