"Tadi laporan tinggal 13 yang masih di rumah sakit dan statusnya dalam pengobatan gizi buruk," ujarnya, Rabu (7/2/2018).
Namun Menkes Nila mengkhawatirkan pasien yang telah membaik bisa mengalami gizi buruk lagi apabila tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup baik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Seorang perempuan juga harus bisa mengetahui bagaimana mendidik dan menjaga makanan anaknya dan kesehatan anaknya. Kita juga perlu menteri perempuan, bagaimana budaya disana, apakah perempuan punya peran atau tidak," tuturnya.
Baca juga: Menkes Sebut Tersisa 13 Kasus Gizi Buruk di Asmat
Tetapi sangat disayangkan, Menkes Nila menyebutkan bahwa edukasi bagi perempuan di Asmat cukup kurang. Karena itu lah tingkat kesulitan di sana jauh lebih tinggi dibandingkan kota-kota besar.
"Memang tentu tingkat kesulitannya jauh lebih tinggi. Kalau di sini mereka cepat tanggap, tetapi di sana mereka pendidikannya kurang, nah ini terkait Menteri Pendidikan, di kampung-kampung ini ya hampir dikatakan tidak ada. Hampir tidak ada yang sekolah. kita harus pikirkan bagaimana caranya memberi informasi dan memberi contoh," tambah Mekes Nila.
Agar lebih mudah, Menkes Nila mengusulkan diberikannya sosialisasi kepada masyarakat di Asmat di puskesmas-puskesmas yang ada di sana. Dengan memberi informasi mengenai kesehatan dan gizi, serta lingkungan bersih.
"Memberikan contoh dan membuat penjernihan air atau juga cara ternak ikan. Kemudian juga dengan tanaman-tanaman atau tumbuhan-tumbuhan yang kita harapkan bisa menarik mereka," pungkasnya.
Baca juga: Dokter di Papua ke BEM UI: Di Asmat, Air Mineral untuk Bilas Daki (wdw/up)











































