Jakarta -
Terlalu sering main media sosial memang tidak baik untuk kesehatan mental. Studi membuktikan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan meningkatkan risiko depresi, gangguan cemas, dan sederet masalah kejiwaan lainnya.
Namun jangan takut, media sosial yang dimanfaatkan dengan bijak memiliki manfaat yang cukup besar. Salah satunya adalah menjalin silaturahmi dengan keluarga yang jauh, atau teman lama.
Dikutip dari Huffington Post, pakar psikologi dari Harvard University, Emily Weinstein, punya tips untuk membuat penggunaan media sosial Anda aman bagi kesehatan mental. Apa saja? Simak penjelasannya berikut ini:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Yuk Contoh! Melanie Putria Fungsikan Media Sosial Seperti Ini
1. Unfollow akun yang membuat Anda tidak nyaman
Foto: Ari Saputra
|
Postingan soal rumah dan interior bikin Anda iri? Atau teman Anda mengupload foto anaknya terlalu sering?
Jangan ragu untuk memencet tombol unfollow atau mute sekarang juga. Weinstein mengatakan postingan foto apapun bisa memiliki pengaruh berbeda untuk setiap orang.
"Ada yang merasa nyaman melihat foto dekorasi rumah, ada yang iri karena tempat tinggal mereka begitu kecil. Ada pula yang sebal karena melihat foto kawan sedang liburan sementara kita harus bekerja lembur," ujarnya.
2. Follow akun yang membuat Anda bahagia
Foto: Thinkstock
|
Kebalikan dari tips pertama, kini follow akun yang bisa membuat Anda bahagia. Jika Anda penyuka petualangan, bisa follow akun yang menampilkan foto-foto soal liburan.
Namun jika Anda suka dengan kata-kata motivasi, atau bahkan meme? Jangan malu untuk memfollow akun-akun lucu tersebut.
"Dengan mengisi feed media sosial Anda dengan hal-hal positif yang membuat Anda bahagia, maka penggunaan media sosial bisa bermanfaat," tambahnya lagi.
3. Ingat, tak semua foto adalah realita
Foto: thinkstock
|
Bisa jadi Anda merasa iri dengan foto teman yang sedang liburan ke luar negeri. Atau di lain waktu, teman menampilkan foto memegang segepok uang atau berpose di depan mobil mewah.
Weinstein menyebut foto-foto tersebut memang tampak lebih nyata karena bukan berasal dari selebriti, namun dari kolega yang kita kenal. Namun ia mengingatkan bahwa media sosial menampilkan apa yang ingin seseorang tampilkan dan dilihat oleh orang lain.
"Bisa jadi ia pergi liburan ke luar negeri karena menabung selama setahun, bukan karena ia kaya. Apa yang ditampilkan di media sosial tidak merefleksikan kehidupan nyata seseorang," ucapnya lagi.
4. Aktif menyukai dan komentar
Foto: Thinkstock
|
Studi pada tahun 2015 menyebut silent reader atau hanya menjelajah media sosial tanpa komentar dan memberikan reaksi membuat kita lebih sering membandingkan diri dengan orang lain.
Di sisi lain, aktif berkomentar dan memberikan reaksi menyukai postingan seseorang memberikan perasaan yang baik bagi sosialisasi dan pertemanan.
"Dengan berkomentar Anda akan lebih mudah menunjukkan empati positif, baik itu perasaan bersyukur, bahagia, maupun sedih, daripada hanya pasif dan menerka-nerka yang memunculkan perasaan iri," tandas Weinstein.
Postingan soal rumah dan interior bikin Anda iri? Atau teman Anda mengupload foto anaknya terlalu sering?
Jangan ragu untuk memencet tombol unfollow atau mute sekarang juga. Weinstein mengatakan postingan foto apapun bisa memiliki pengaruh berbeda untuk setiap orang.
"Ada yang merasa nyaman melihat foto dekorasi rumah, ada yang iri karena tempat tinggal mereka begitu kecil. Ada pula yang sebal karena melihat foto kawan sedang liburan sementara kita harus bekerja lembur," ujarnya.
Kebalikan dari tips pertama, kini follow akun yang bisa membuat Anda bahagia. Jika Anda penyuka petualangan, bisa follow akun yang menampilkan foto-foto soal liburan.
Namun jika Anda suka dengan kata-kata motivasi, atau bahkan meme? Jangan malu untuk memfollow akun-akun lucu tersebut.
"Dengan mengisi feed media sosial Anda dengan hal-hal positif yang membuat Anda bahagia, maka penggunaan media sosial bisa bermanfaat," tambahnya lagi.
Bisa jadi Anda merasa iri dengan foto teman yang sedang liburan ke luar negeri. Atau di lain waktu, teman menampilkan foto memegang segepok uang atau berpose di depan mobil mewah.
Weinstein menyebut foto-foto tersebut memang tampak lebih nyata karena bukan berasal dari selebriti, namun dari kolega yang kita kenal. Namun ia mengingatkan bahwa media sosial menampilkan apa yang ingin seseorang tampilkan dan dilihat oleh orang lain.
"Bisa jadi ia pergi liburan ke luar negeri karena menabung selama setahun, bukan karena ia kaya. Apa yang ditampilkan di media sosial tidak merefleksikan kehidupan nyata seseorang," ucapnya lagi.
Studi pada tahun 2015 menyebut silent reader atau hanya menjelajah media sosial tanpa komentar dan memberikan reaksi membuat kita lebih sering membandingkan diri dengan orang lain.
Di sisi lain, aktif berkomentar dan memberikan reaksi menyukai postingan seseorang memberikan perasaan yang baik bagi sosialisasi dan pertemanan.
"Dengan berkomentar Anda akan lebih mudah menunjukkan empati positif, baik itu perasaan bersyukur, bahagia, maupun sedih, daripada hanya pasif dan menerka-nerka yang memunculkan perasaan iri," tandas Weinstein.
(mrs/up)