Bagaimana Tubuh Kita Tahu Jika Kita Kenyang?

Bagaimana Tubuh Kita Tahu Jika Kita Kenyang?

Frieda Isyana Putri - detikHealth
Senin, 19 Feb 2018 12:38 WIB
Bagaimana Tubuh Kita Tahu Jika Kita Kenyang?
Foto: ilustrasi/thinkstock
Jakarta - Pernah penasaran bagaimana tubuh kita bisa tahu kalau kita kenyang? Apa jika sudah terlalu banyak makan? Tapi, ada beberapa orang yang sudah merasa kenyang padahal baru makan sedikit, lho.

Hilary Coller, seorang profesor Perkembangan Biologi, Sel, dan Molekuler dari University of California Los Angeles menjelaskan secara singkat bagaimana tubuh kita bisa mengenali rasa "kenyang". Penjelasan Hilary ini divisualisasikan melalui video animasi dari Ted-Education bersama Komunitas Patreon.

"Pada awalnya, kita akan merasa perut kita berbunyi gemerucuk saat lapar. Bunyi ini berasal dari usus, yang menggeliat minta diberi "makan" karena kosong. Rasa lapar menghasilkan sensasi fisik yang kuat dan seringkali tidak menyenangkan dan hampir tidak mungkin diabaikan," jelas Hilary dalam video tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian setelah kita makan, kita akan mulai mengalami kekuatan yang berlawanan yaitu berasa seperti kepenuhan, tapi bagaimana tubuh Anda benar-benar tahu kapan Anda kenyang?

Baca juga: Kenali Diet Breatharian, Diklaim Bikin Kenyang Dengan Udara

1. Dari usus ke Hipotalamus

Foto: Getty Images
Sensasi dari "kenyang" dimulai saat makanan bergerak dari mulut ke bawah kerongkongan Anda. Begitu makanan menyentuh perut Anda, secara bertahap ia mengisi ruang di dalam usus dan organ-organ tubuh yang menyebabkan otot-otot di sekitarnya jadi meregang perlahan bagaikan balon.

"Banyak saraf terbungkus secara rumit di sekitar dinding perut merasakan adanya peregangan," Hilary mengatakan,"Mereka berkomunikasi dengan saraf vagus sampai ke batang otak dan hipotalamus; bagian utama otak yang mengontrol asupan makanan."

Hipotalamus adalah satu-satunya input yang digunakan oleh otak kita untuk merasakan kenyang. Lagi pula, jika Anda mengisi perut Anda dengan air, Anda tidak akan merasa kenyang yang cukup lama.

Otak kita juga memperhitungkan beberapa "pengirim pesan" kimiawi dalam bentuk hormon yang diproduksi oleh sel endokrin melalui sistem pencernaan Anda. Hormon-hormon ini merespons adanya nutrisi spesifik di dalam usus dan aliran darah kita, yang secara bertahap meningkat saat kita mencerna makanan.

2. Cholecystokinin mulai bekerja

Foto: thinkstock
Saat hormon-hormon ini meresap keluar, mereka tersapu oleh darah dan akhirnya mencapai hipotalamus di otak. Lebih dari 20 hormon gastrointestinal terlibat dalam memoderasi selera makan kita.

Salah satu contohnya adalah cholecystokinin, yang diproduksi sebagai respons terhadap makanan oleh sel-sel di usus besar bagian atas. Hal itu menyebabkan berkurangnya "reward" yang kita dapatkan saat kita makan dan saat rasa "kenyang" mulai terasa, akhirnya kita akan berhenti makan.

Cholecystokinin juga memperlambat pergerakan makanan dari perut ke dalam usus, yang membuat perut Anda meregang lebih selama periode waktu tertentu. Gerakan ini memungkinkan tubuh kita untuk mengenali bahwa kita sudah "kenyang".

"Inilah mengapa saat kita makan dengan perlahan, justru sebenarnya kita akan merasa lebih kenyang dibanding saat mengkonsumsi makanan secepat kilat atau terburu-buru, " kata Hilary.

3. Hormon-hormon mulai 'mengantarkan' rasa kenyang

Foto: ilustrasi/thinkstock
Saat Anda makan dengan cepat, tubuh Anda tidak punya waktu untuk mengenali keadaan di dalamnya. Begitu nutrisi dan hormon gastrointestinal hadir dalam darah, mereka memicu pankreas untuk melepaskan insulin.

Insulin merangsang sel-sel lemak tubuh untuk membuat hormon lain yang disebut leptin, yang bereaksi dengan reseptor pada populasi neuron atau saraf di hipotalamus.

Hipotalamus memiliki dua set neuron yang penting saat kita merasa lapar. Satu set menghasilkan sensasi rasa lapar dengan membuat dan melepaskan protein tertentu dan set lainnya menghambat rasa lapar melalui kumpulan senyawanya sendiri.

Hilary menambahkan, "Leptin menghambat neuron hipotalamus yang mendorong asupan makanan dan merangsang neuron yang menekannya. Pada titik ini, tubuh kita telah mencapai puncaknya."

Melalui pertukaran informasi secara konstan antara hormon, saraf vagus, batang otak, dan berbagai bagian hipotalamus, otak kita mendapatkan sinyal bahwa kita sudah cukup makan.

4. Meskipun begitu, kenyang tidak bertahan lama

Foto: Getty Images
Para periset telah menemukan bahwa beberapa makanan dapat menyebabkan rasa kenyang yang lebih lama daripada makanan lain. Misalnya, kentang rebus digolongkan sebagai makanan yang paling memuaskan rasa lapar, sementara croissant atau rerotian sangat tidak memuaskan.

Secara umum, makanan dengan lebih banyak portein, serat, dan air cenderung membuat rasa kenyang lebih lama, tapi, rasa "kenyang" itu sendiri tidak akan bertahan selamanya.

Halaman 2 dari 5
Sensasi dari "kenyang" dimulai saat makanan bergerak dari mulut ke bawah kerongkongan Anda. Begitu makanan menyentuh perut Anda, secara bertahap ia mengisi ruang di dalam usus dan organ-organ tubuh yang menyebabkan otot-otot di sekitarnya jadi meregang perlahan bagaikan balon.

"Banyak saraf terbungkus secara rumit di sekitar dinding perut merasakan adanya peregangan," Hilary mengatakan,"Mereka berkomunikasi dengan saraf vagus sampai ke batang otak dan hipotalamus; bagian utama otak yang mengontrol asupan makanan."

Hipotalamus adalah satu-satunya input yang digunakan oleh otak kita untuk merasakan kenyang. Lagi pula, jika Anda mengisi perut Anda dengan air, Anda tidak akan merasa kenyang yang cukup lama.

Otak kita juga memperhitungkan beberapa "pengirim pesan" kimiawi dalam bentuk hormon yang diproduksi oleh sel endokrin melalui sistem pencernaan Anda. Hormon-hormon ini merespons adanya nutrisi spesifik di dalam usus dan aliran darah kita, yang secara bertahap meningkat saat kita mencerna makanan.

Saat hormon-hormon ini meresap keluar, mereka tersapu oleh darah dan akhirnya mencapai hipotalamus di otak. Lebih dari 20 hormon gastrointestinal terlibat dalam memoderasi selera makan kita.

Salah satu contohnya adalah cholecystokinin, yang diproduksi sebagai respons terhadap makanan oleh sel-sel di usus besar bagian atas. Hal itu menyebabkan berkurangnya "reward" yang kita dapatkan saat kita makan dan saat rasa "kenyang" mulai terasa, akhirnya kita akan berhenti makan.

Cholecystokinin juga memperlambat pergerakan makanan dari perut ke dalam usus, yang membuat perut Anda meregang lebih selama periode waktu tertentu. Gerakan ini memungkinkan tubuh kita untuk mengenali bahwa kita sudah "kenyang".

"Inilah mengapa saat kita makan dengan perlahan, justru sebenarnya kita akan merasa lebih kenyang dibanding saat mengkonsumsi makanan secepat kilat atau terburu-buru, " kata Hilary.

Saat Anda makan dengan cepat, tubuh Anda tidak punya waktu untuk mengenali keadaan di dalamnya. Begitu nutrisi dan hormon gastrointestinal hadir dalam darah, mereka memicu pankreas untuk melepaskan insulin.

Insulin merangsang sel-sel lemak tubuh untuk membuat hormon lain yang disebut leptin, yang bereaksi dengan reseptor pada populasi neuron atau saraf di hipotalamus.

Hipotalamus memiliki dua set neuron yang penting saat kita merasa lapar. Satu set menghasilkan sensasi rasa lapar dengan membuat dan melepaskan protein tertentu dan set lainnya menghambat rasa lapar melalui kumpulan senyawanya sendiri.

Hilary menambahkan, "Leptin menghambat neuron hipotalamus yang mendorong asupan makanan dan merangsang neuron yang menekannya. Pada titik ini, tubuh kita telah mencapai puncaknya."

Melalui pertukaran informasi secara konstan antara hormon, saraf vagus, batang otak, dan berbagai bagian hipotalamus, otak kita mendapatkan sinyal bahwa kita sudah cukup makan.

Para periset telah menemukan bahwa beberapa makanan dapat menyebabkan rasa kenyang yang lebih lama daripada makanan lain. Misalnya, kentang rebus digolongkan sebagai makanan yang paling memuaskan rasa lapar, sementara croissant atau rerotian sangat tidak memuaskan.

Secara umum, makanan dengan lebih banyak portein, serat, dan air cenderung membuat rasa kenyang lebih lama, tapi, rasa "kenyang" itu sendiri tidak akan bertahan selamanya.

(up/up)

Berita Terkait