Jakarta -
Kanker adalah salah satu jenis penyakit yang sangat bisa mematikan, salah satunya kanker ovarium. Menurut American Cancer Society, risiko wanita untuk terkena kanker ovarium yakni 1 dari 75 orang.
Lebih dari 22 ribu wanita yang terdiagnosis kanker ovarium pada tahun 2016. Tapi karena gejalanya sangat umum, kanker ini jadi sulit terdeteksi pada tahap awal.
Ada banyak fakta mengenai kanker ovarium lainnya yang harus kamu ketahui.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Faktor risiko
Foto: thinkstock
|
Faktor risiko seseorang bisa terkena kanker ovarium yaitu usia. Tingkat kanker ovarium tertinggi pada wanita berusia 55-64 tahun. Semakin bertambah usia, semakin meningkat juga risiko terkena kanker ini.Selain itu, wanita yang mengalami menopause setelah usia 50 tahun, menstruasi pertama sebelum usia 12 tahun, tidak pernah memiliki anak, atau melahirkan untuk pertama kalinya setelah usia 30 tahun juga merupakan faktor risiko wanita bisa terkena kanker ovarium.
Gejalanya sulit diketahui
Foto: Getty Images
|
Kanker ovarium kerap disebut sebagai 'silent killer' karena gejala pada tahap awal sering tidak jelas dan tidak diketahui. Gejala awal dari kanker ini sangat umum dan sering terabaikan, seperti perut kembung, nyeri di perut, nafsu makan berkurang, sering buang air kecil, dan mudah lelah.Gejala-gejala tersebut juga termasuk gejala penyakit lain, dan kebanyakan tidak mengira bahwa itu adalah tanda dari kanker ovarium. "Mayoritas kanker ovarium didiagnosis pada tahap akhir, ketika gejalanya jauh lebih parah," ungkap asisten profesor onkologi dan ginekologi dari Columbia University Medical Center di New York, dr June Y. Hou, MD.
Tidak ada skrining untuk kanker ovarium
Foto: thinkstock
|
"Tidak seperti mammogram untuk deteksi kanker payudara, tidak ada tes skrining untuk kanker ovarium," jelas dr Hou.Bahkan USG rutin dan tes darah juga tidak efektif untuk mendeteksinya. FDA menyarankan wanita untuk tidak menggunakan tes skrining sebagai dasar menentukan kesehatan mereka.
Kanker ovarium ada 4 tahapan
Foto: thinkstock
|
Pada stadium awal kanker ovarium, penyakit ini berada di dalam ovarium dan tuba fallopi serta belum menyebar ke organ dan jaringan lain. Pada tahap kedua atau stadium 2, kanker telah menyebar ke organ pelvis lainnya, seperti rahim, kandung kemih, dan usus besar.Pada stadium 3, kanker melampau panggul, kelenjar getah bening, atau keduanya. Dan pada tahap akhir, kanker telah menyebar ke limpa atau hati, ke kelenjar getah bening lainnya, dan ke jaringan lain di luar rongga peritoneum (yang memisahkan perut dari seluruh tubuh).
Ada lebih dari 30 jenis kanker ovarium
Foto: Thinkstocks
|
Ada lebih dari 30 jenis kanker ovarium, dan mereka dikategorikan oleh jenis sel ovarium yang mereka kembangkan. Contohnya, tumor yang normal berkembang dari sel-sel yang menghasilkan estrogen dan progesteron dan membentuk jaringan struktural dan ikat. Jenis tumor ini sangat jarang, dan sebagian besar kasus terdeteksi pada tahap I.Yang lainnya, tumor epitel berkembang dari sel-sel epitelium permukaan (sel-sel yang melapisi bagian luar ovarium). Ini adalah jenis tumor ovarium yang paling umum, terhitung hingga 90% dari semua kanker ovarium. Sayangnya, jenis kanker ini cenderung tidak terdiagnosis hingga tahap akhir.
Faktor risiko seseorang bisa terkena kanker ovarium yaitu usia. Tingkat kanker ovarium tertinggi pada wanita berusia 55-64 tahun. Semakin bertambah usia, semakin meningkat juga risiko terkena kanker ini.
Selain itu, wanita yang mengalami menopause setelah usia 50 tahun, menstruasi pertama sebelum usia 12 tahun, tidak pernah memiliki anak, atau melahirkan untuk pertama kalinya setelah usia 30 tahun juga merupakan faktor risiko wanita bisa terkena kanker ovarium.
Kanker ovarium kerap disebut sebagai 'silent killer' karena gejala pada tahap awal sering tidak jelas dan tidak diketahui. Gejala awal dari kanker ini sangat umum dan sering terabaikan, seperti perut kembung, nyeri di perut, nafsu makan berkurang, sering buang air kecil, dan mudah lelah.
Gejala-gejala tersebut juga termasuk gejala penyakit lain, dan kebanyakan tidak mengira bahwa itu adalah tanda dari kanker ovarium. "Mayoritas kanker ovarium didiagnosis pada tahap akhir, ketika gejalanya jauh lebih parah," ungkap asisten profesor onkologi dan ginekologi dari Columbia University Medical Center di New York, dr June Y. Hou, MD.
"Tidak seperti mammogram untuk deteksi kanker payudara, tidak ada tes skrining untuk kanker ovarium," jelas dr Hou.
Bahkan USG rutin dan tes darah juga tidak efektif untuk mendeteksinya. FDA menyarankan wanita untuk tidak menggunakan tes skrining sebagai dasar menentukan kesehatan mereka.
Pada stadium awal kanker ovarium, penyakit ini berada di dalam ovarium dan tuba fallopi serta belum menyebar ke organ dan jaringan lain. Pada tahap kedua atau stadium 2, kanker telah menyebar ke organ pelvis lainnya, seperti rahim, kandung kemih, dan usus besar.
Pada stadium 3, kanker melampau panggul, kelenjar getah bening, atau keduanya. Dan pada tahap akhir, kanker telah menyebar ke limpa atau hati, ke kelenjar getah bening lainnya, dan ke jaringan lain di luar rongga peritoneum (yang memisahkan perut dari seluruh tubuh).
Ada lebih dari 30 jenis kanker ovarium, dan mereka dikategorikan oleh jenis sel ovarium yang mereka kembangkan. Contohnya, tumor yang normal berkembang dari sel-sel yang menghasilkan estrogen dan progesteron dan membentuk jaringan struktural dan ikat. Jenis tumor ini sangat jarang, dan sebagian besar kasus terdeteksi pada tahap I.
Yang lainnya, tumor epitel berkembang dari sel-sel epitelium permukaan (sel-sel yang melapisi bagian luar ovarium). Ini adalah jenis tumor ovarium yang paling umum, terhitung hingga 90% dari semua kanker ovarium. Sayangnya, jenis kanker ini cenderung tidak terdiagnosis hingga tahap akhir.
(wdw/up)