Disney dalam film kartun teranyarnya, The Incredibles 2, menyampaikan peringatan pada pengidap epilepsi yang akan menonton film tersebut. Pasalnya, banyak yang melaporkan bahwa kedipan cahaya dan beberapa adegan dapat memicu kejang.
Untuk lebih mengenal penyakit yang sering kita sebut dengan penyakit ayan ini, berikut telah detikHealth rangkum serangkaian faktanya:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengidapnya bukan pengidap gangguan mental
|
Foto: Thinkstock
|
Orang yang mengalami retardasi mental memang mungkin mengalami kejang, akan tetapi kebanyakan pasien epilepsi memiliki kecerdasan normal atau di atas rata-rata, lanjutnya.
Mariyuana disebut ampuh bagi epilepsi
|
Foto: REUTERS/Guadalupe Pardo
|
Masih banyak perdebatan terjadi seputar penemuan ini. Beberapa peneliti memercayai bahwa zat penyembuh dalam mariyuana yang bernama cannabidiol (CBD) memiliki bahan medis yang dapat menenangkan masalah elektrik berlebih di otak dan aktivitas kimia yang menyebabkan kejang.
Dokter juga merekomendasikan untuk menjalani diet ketogenik yang rendah karbo dan tinggi lemak bagi pengidap epilepsi.
Pengidapnya bisa survive
|
Foto: Thinkstock
|
Meski dikatakan mematikan dan dapat menyebabkan kematian mendadak, pengidap epilepsi tentu bisa bertahan hidup. Beberapa orang terkenal yang diketahui mengidap penyakit ini, seperti pemimpin politik dan militer Perancis Napoleon Bonaparte, penemu hadiah Nobel Alfred Nobel, serta beberapa juara Olympic, seperti yang dituturkan National Institute of Neurological Disorders and Stroke.
Bukan penyakit langka
|
Foto: Thinkstock
|
Sekitar 50 juta orang diperkirakan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengidap epilepsi, yang menjadikannya salah satu penyakit saraf yang umum diidap. Di Indonesia sendiri ada kurang lebih 150 ribu kasus epilepsi dilaporkan terjadi, sehingga menjadikannya bukan penyakit langka.
Epilepsi dapat terjadi sebagai kondisi tunggal maupun bersamaan dengan kondisi lainnya yang mempengaruhi otak, seperti celebral palsy, disabilitas kecerdasan, autisme, penyakit Alzheimer's (pikun) dan cedera traumatis pada otak.











































