Jakarta -
Justin Bieber kini sudah melabuhkan hatinya pada Hailey Baldwin, bahkan mereka telah resmi bertunangan. Hal ini membuat para fans hubungan cinta Justin Bieber dan Selena Gomez (Jelena) masih merasa gagal move on.
"Rest in peace, Jelena (2011-2018) forever in my heart," tulis salah satu penggemar Jelena di Twitter.
Mengapa ya orang-orang (atau mungkin kamu salah satunya?) masih gagal move on dari kisah percintaan Justin dan Selena? Simak penjelasan psikolog seperti dilansir dari Cosmopolitan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengaruh masa remaja
Foto: Getty Images
|
Kisah cinta Justin Bieber dan Selena Gomez bermula di 2010 ketika mereka bergandengan tangan di Philadelphia. Awalnya mereka hanya berteman namun rumor percintaan menjadi berkembang."Otak kita banyak berkembang di usia 13-25 tahun," Dr Melanie Greenberg, psikolog klinis di Mill Valley CA. "Pada saat itu, hal-hal menjadi lebih dramatis -- warna menjadi lebih cerah, hati lebih mudah terluka. (Otakmu) tidak punya cukup regulasi diri. Jadi jika ada lebih banyak drama, maka beberapa akan menyamakannya dengan romantis."
Cinta pertama itu menyenangkan
Foto: Getty Images
|
Azadeh Aalai, asisten profesor psikologi di Queensborough Community College, New York, menyebutkan percintaan Jelena mengingatkan pada cinta pertama yang menyenangkan."Cinta pertama itu hal yang magis dan menyenangkan, itu bisa menggebu dan sulit dilupakan. (Jelena) nostalgia bagi para orang dewasa," ujar Aalai.
Cinta pertama juga penuh kejujuran dan rasa polos, hal yang perlahan mulai menghilang seiring bertambahnya usia. Itu karenanya kita merindukan hal tersebut.
'Bad boy' jadi 'good boy'
Foto: Harry How
|
Aalai menuturkan bahwa kisah cinta Jelena membuat orang-orang mengaitkannya dengan fantasi seorang anak nakal yang rela berubah demi wanita baik-baik yang tulus mencintainya. Dr Greenberg pun menjelaskan lebih lanjut."Bagian dari cerita pahlawan adalah pahlawan yang menjadi dewasa karena sebuah perjalanan. [Ini juga] narasi yang romantis. Kamu melihat itu di film: 'aku berubah karenamu'."
Karier bermusik yang tak pernah padam
Foto: dok. Instagram (ihavefetishforselena)
|
Karier bermusik mereka juga membuat fans Jelena gagal move on. Setiap lagu yang dituliskan oleh Justin Bieber maupun Selena Gomez hampir selalu dikaitkan dengan kisah cinta mereka."Itu jadi 'bahan bakar' seluruh cerita mereka-- bahwa mereka tidak pernah kehilangan koneksi mereka," kata Dr Greenberg. "Dan musik adalah medium yang romantis, itu bisa menyulap emosi," lanjutnya.
Kisah cinta Justin Bieber dan Selena Gomez bermula di 2010 ketika mereka bergandengan tangan di Philadelphia. Awalnya mereka hanya berteman namun rumor percintaan menjadi berkembang.
"Otak kita banyak berkembang di usia 13-25 tahun," Dr Melanie Greenberg, psikolog klinis di Mill Valley CA. "Pada saat itu, hal-hal menjadi lebih dramatis -- warna menjadi lebih cerah, hati lebih mudah terluka. (Otakmu) tidak punya cukup regulasi diri. Jadi jika ada lebih banyak drama, maka beberapa akan menyamakannya dengan romantis."
Azadeh Aalai, asisten profesor psikologi di Queensborough Community College, New York, menyebutkan percintaan Jelena mengingatkan pada cinta pertama yang menyenangkan.
"Cinta pertama itu hal yang magis dan menyenangkan, itu bisa menggebu dan sulit dilupakan. (Jelena) nostalgia bagi para orang dewasa," ujar Aalai.
Cinta pertama juga penuh kejujuran dan rasa polos, hal yang perlahan mulai menghilang seiring bertambahnya usia. Itu karenanya kita merindukan hal tersebut.
Aalai menuturkan bahwa kisah cinta Jelena membuat orang-orang mengaitkannya dengan fantasi seorang anak nakal yang rela berubah demi wanita baik-baik yang tulus mencintainya. Dr Greenberg pun menjelaskan lebih lanjut.
"Bagian dari cerita pahlawan adalah pahlawan yang menjadi dewasa karena sebuah perjalanan. [Ini juga] narasi yang romantis. Kamu melihat itu di film: 'aku berubah karenamu'."
Karier bermusik mereka juga membuat fans Jelena gagal move on. Setiap lagu yang dituliskan oleh Justin Bieber maupun Selena Gomez hampir selalu dikaitkan dengan kisah cinta mereka.
"Itu jadi 'bahan bakar' seluruh cerita mereka-- bahwa mereka tidak pernah kehilangan koneksi mereka," kata Dr Greenberg. "Dan musik adalah medium yang romantis, itu bisa menyulap emosi," lanjutnya.
(ask/up)