Berbagai Macam Mitos dan Fakta HIV-AIDS yang Kamu Perlu Tahu (2)

Berbagai Macam Mitos dan Fakta HIV-AIDS yang Kamu Perlu Tahu (2)

Frieda Isyana Putri - detikHealth
Sabtu, 11 Agu 2018 07:16 WIB
Berbagai Macam Mitos dan Fakta HIV-AIDS yang Kamu Perlu Tahu (2)
Kok masih banyak hoaks soal HIV-AIDS yang menyebar ya? Foto: Frieda Isyana Putri/detikHealth
Jakarta - Kurangnya pengetahuan dan informasi serta keengganan mengklarifikasi membuat hoaks seputar HIV-AIDS masih merebak dan dipercaya hingga kini. Pengidap HIV bisa dan berhak hidup normal, namun karena hoaks tersebut membuat mereka seakan pantas untuk diisolasi karena takut dapat menularkan penyakitnya.

"Jadi cukup meresahkan, karena pada saat kita mulai merasa 'oh masyakarakat sudah teredukasi lebih baik, sudah punya pengetahuan yang lebih baik' tiba-tiba (hoaks) keluar lagi dan sialnya, selalu ada orang yang percaya. Jadi kita kayak mengulang lagi, mengulang lagi," ujar Suksma Ratri atau Ratri, salah satu ODHA atau orang dengan HIV-AIDS, baru-baru ini.

detikHealth telah merangkum beberapa mitos soal HIV-AIDS beserta faktanya yang kamu perlu ketahui agar tidak ada lagi hoaks yang menyebar:

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Berenang satu kolam dengan ODHA bisa menular

Foto: Thinkstock
"Karena di dalam kolam renang itu, yang pertama, khlorinnya tinggi banget. Karena kan rasanya begitu keluar dari kolam kan rambut berasa kering banget, karena khlorin itu berfungsi untuk membunuh kuman-kuman (termasuk juga HIV)," kata dr Adiyana Esti dari Klinik Angsamerah Jakarta.

Virus HIV tidak akan bisa bertahan jika lepas dari inangnya, yakni sel darah putih. Sehingga jika terkena udara bebas, kurang dari 1 menit virus HIV akan mati. Sehingga berenang bersama ODHA tidak akan menularkan HIV.

Menggunakan pakaian bekas atau terompet

Foto: Frieda Isyana Putri/detikHealth
Menjelang Tahun Baru, biasanya akan beredar pesan berantai yang menyebutkan bahaya membeli terompet, karena disinyalir banyak penyakit dapat ditularkan melalui corong peniupnya (di mana akan banyak air liur), terutama HIV-AIDS. Selain itu juga berita bahwa menggunakan pakaian bekas atau secondhand yang sering dijual secara bebas juga disebut-sebut dapat menularkan HIV.

dr Esti sekali lagi menegaskan bahwa sel darah putih sebagai inang virus hanya sedikit yang terdapat pada cairan tubuh kita, termasuk air liur dan keringat. Sehingga kemungkinan untuk penularannya sangat kecil.

Pembalut yang terkontaminasi virus

Foto: Frieda Isyana Putri/detikHealth
Beredar pula kabar adanya pembalut yang sudah disisipi virus HIV. Kalaupun jika pembalut yang dibelinya kotor, terdapat bercak darah seperti pembalut yang sudah pernah dipakai, tentu tidak ada orang yang mau menggunakannya.

"Ya jelas hoaks, pembalut aja kalau sudah terpapar udara kelamaan aja ada bintik-bintik hitamnya (dari darah yang kering terkena oksigen), apalagi ada cairan pasti ada noda-nodanya. Belum lagi virus HIV sendiri jika terpapar udara bebas lama-lama akan mati," terang dr Esti.

Kedok pemeriksaan darah keliling

Foto: Frieda Isyana Putri/detikHealth
Berita yang terdapat pada foto di atas merupakan pesan berantai yang banyak diterima setelah kejadian bom Surabaya bulan Mei 2018 lalu. Disebutkan bahwa ada orang ISIS (The Islamic State of Iraq and Syria) yang berkedok sebagai petugas pemeriksaan darah keliling untuk cek gula darah, kolesterol dan asam urat gratis untuk agenda tertentu.

"Kalau cek darah keliling, itu nggak mungkin pakai jarum suntik, itu biasanya pakai jarum pick, jarum tes yang dipencet ke kulit langsung keluar darahnya. Itu kan sama, dia nggak punya lubang, sebentar juga mati (virusnya)," jelas dr Esti.

ARV adalah obat kimia yang berbahaya

Foto: ilustrasi/thinkstock
ARV atau antiretroviral therapy merupakan satu-satunya obat bagi pengidap HIV. ARV disebut obat sakti karena hanya dengan mengonsumsi dalam kombinasi yang tepat, jumlah viral load (virus) dalam darah bisa berkurang drastis secara cepat hingga tak terdeteksi.

Banyak berita yang menyebutkan bahwa ARV bisa merusak fungsi ginjal dan hati. Namun, sebagai ODHA yang telah mengonsumsi obat ARV secara teratur, dalam dua bulan jumlah virus HIV dalam darah Ratri bisa menurun drastis jadi tak terdeteksi, serta masih bisa produktif.

"Kalau saya selalu mencoba menguatkan teman-teman yang sering curhat ke saya bahwa 'Gimanapun juga kamu udah lihat kan hasil dari kesehatan kamu setelah minum ARV seperti apa?' Kalau ada orang-orang yang menyerukan isu bahwa ARV merusak ginjal atau fungsi hati segala macem, kamu tinggal tes aja. Fungsi hati kamu dilihat seperti apa, fungsi ginjalnya seperti apa. Buktikan sebaliknya, nanti lama-lama rumor itu akan mereda sendiri," terang Ratri.

Halaman 2 dari 6
"Karena di dalam kolam renang itu, yang pertama, khlorinnya tinggi banget. Karena kan rasanya begitu keluar dari kolam kan rambut berasa kering banget, karena khlorin itu berfungsi untuk membunuh kuman-kuman (termasuk juga HIV)," kata dr Adiyana Esti dari Klinik Angsamerah Jakarta.

Virus HIV tidak akan bisa bertahan jika lepas dari inangnya, yakni sel darah putih. Sehingga jika terkena udara bebas, kurang dari 1 menit virus HIV akan mati. Sehingga berenang bersama ODHA tidak akan menularkan HIV.

Menjelang Tahun Baru, biasanya akan beredar pesan berantai yang menyebutkan bahaya membeli terompet, karena disinyalir banyak penyakit dapat ditularkan melalui corong peniupnya (di mana akan banyak air liur), terutama HIV-AIDS. Selain itu juga berita bahwa menggunakan pakaian bekas atau secondhand yang sering dijual secara bebas juga disebut-sebut dapat menularkan HIV.

dr Esti sekali lagi menegaskan bahwa sel darah putih sebagai inang virus hanya sedikit yang terdapat pada cairan tubuh kita, termasuk air liur dan keringat. Sehingga kemungkinan untuk penularannya sangat kecil.

Beredar pula kabar adanya pembalut yang sudah disisipi virus HIV. Kalaupun jika pembalut yang dibelinya kotor, terdapat bercak darah seperti pembalut yang sudah pernah dipakai, tentu tidak ada orang yang mau menggunakannya.

"Ya jelas hoaks, pembalut aja kalau sudah terpapar udara kelamaan aja ada bintik-bintik hitamnya (dari darah yang kering terkena oksigen), apalagi ada cairan pasti ada noda-nodanya. Belum lagi virus HIV sendiri jika terpapar udara bebas lama-lama akan mati," terang dr Esti.

Berita yang terdapat pada foto di atas merupakan pesan berantai yang banyak diterima setelah kejadian bom Surabaya bulan Mei 2018 lalu. Disebutkan bahwa ada orang ISIS (The Islamic State of Iraq and Syria) yang berkedok sebagai petugas pemeriksaan darah keliling untuk cek gula darah, kolesterol dan asam urat gratis untuk agenda tertentu.

"Kalau cek darah keliling, itu nggak mungkin pakai jarum suntik, itu biasanya pakai jarum pick, jarum tes yang dipencet ke kulit langsung keluar darahnya. Itu kan sama, dia nggak punya lubang, sebentar juga mati (virusnya)," jelas dr Esti.

ARV atau antiretroviral therapy merupakan satu-satunya obat bagi pengidap HIV. ARV disebut obat sakti karena hanya dengan mengonsumsi dalam kombinasi yang tepat, jumlah viral load (virus) dalam darah bisa berkurang drastis secara cepat hingga tak terdeteksi.

Banyak berita yang menyebutkan bahwa ARV bisa merusak fungsi ginjal dan hati. Namun, sebagai ODHA yang telah mengonsumsi obat ARV secara teratur, dalam dua bulan jumlah virus HIV dalam darah Ratri bisa menurun drastis jadi tak terdeteksi, serta masih bisa produktif.

"Kalau saya selalu mencoba menguatkan teman-teman yang sering curhat ke saya bahwa 'Gimanapun juga kamu udah lihat kan hasil dari kesehatan kamu setelah minum ARV seperti apa?' Kalau ada orang-orang yang menyerukan isu bahwa ARV merusak ginjal atau fungsi hati segala macem, kamu tinggal tes aja. Fungsi hati kamu dilihat seperti apa, fungsi ginjalnya seperti apa. Buktikan sebaliknya, nanti lama-lama rumor itu akan mereda sendiri," terang Ratri.

(frp/up)

Berita Terkait