Jakarta -
Stres pada hewan terbagi atas akut dan kronis yang sama-sama menurunkan kualitas daging. Stres kronis menghasilkan daging hitam, gelap, kering dengan rasa yang hambar dan alot. Sementara stres akut menghasilkan daging yang lembek, pucat, dan berair. Daging ini cenderung mudah dihinggapi lalat, beratnya banyak berkurang saat matang, dan tak punya banyak sari.
Stres pada hewan mengambil kandungan glikogen dari dalam darah. Glikogen diubah menjadi asam laktat yang berada dalam otot hewan. "Proses perubahan inilah yang menentukan kualitas daging kurban," kata Asesor Juru Sembelih Halal dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Supratikno, Selasa (21/8/2018).
Berikut beberapa cara menjaga mood hewan hingga proses penyembelihan.
Penyembelihan jangan terlihat hewan lain
Foto: Rengga Sancaya
|
Lokasi penyembelihan sebaiknya tertutup dari pantauan hewan lain atau masyarakat umum. Hal ini untuk mencegah hewan merasa takut dan stres saat melihat temannya meninggal. Hewan yang telah siap disembelih sebaiknya jangan dibiarkan lama menunggu untuk menjaga ketenangannya.
Panitia dan juru sembelih jangan menggunakan pakaian warna terang
Foto: Istimewa
|
Sutikno mengatakan, ruminansia umumnya tak menyukai warna dengan dengan gelombang panjang. Adanya banyak warna terang di sekitar lokasi penyembelihan berisiko menyebabkan sapi, kambing, domba, dan unta mudah stres. Sutikno menyarankan penggunaan warna redup dengan panjang gelombang pendek untuk menjaga ketenangan hewan kurban.
Kelayakan kandang hewan kurban
Foto: Rifkianto Nugroho
|
Masyarakat sebaiknya memastikan kelayakan tempat tinggal sebelum membeli hewan kurban. Hewan yang hidup di tempat yang kurang layak, misal trotoar dan pinggir jalan, umumnya rentan stres yang berefek pada mutu daging. Tempat yang layak juga punya perlindungan dari panas, hujan, dan punya izin pemerintah setempat.
Sutikno mengatakan, kandang berizin biasanya ideal bagi hewan yang menjamin kualitas dagingnya. Kandang juga punya pagar pembatas, sumber pangan berkualitas baik, dan aman bagi hewan. Selain itu, kandang rutin dikunjungi dokter untuk menjaga kesehatan hewan.
Diproses hanya ketika sudah mati
Foto: Rengga Sancaya
|
Hewan kurban hanya bisa diproses ketika tanda vital kehidupannya sudah tidak ada. Hal ini meliputi aliran darah, napas, dan makanan yang terhenti. Mata hewan juga tak berkedip saat disentuh. "Kalau masih ada tanda ini sebaiknya jangan diproses dulu karena hewan merasa tersiksa," kata Sutikno.
Lokasi penyembelihan sebaiknya tertutup dari pantauan hewan lain atau masyarakat umum. Hal ini untuk mencegah hewan merasa takut dan stres saat melihat temannya meninggal. Hewan yang telah siap disembelih sebaiknya jangan dibiarkan lama menunggu untuk menjaga ketenangannya.
Sutikno mengatakan, ruminansia umumnya tak menyukai warna dengan dengan gelombang panjang. Adanya banyak warna terang di sekitar lokasi penyembelihan berisiko menyebabkan sapi, kambing, domba, dan unta mudah stres. Sutikno menyarankan penggunaan warna redup dengan panjang gelombang pendek untuk menjaga ketenangan hewan kurban.
Masyarakat sebaiknya memastikan kelayakan tempat tinggal sebelum membeli hewan kurban. Hewan yang hidup di tempat yang kurang layak, misal trotoar dan pinggir jalan, umumnya rentan stres yang berefek pada mutu daging. Tempat yang layak juga punya perlindungan dari panas, hujan, dan punya izin pemerintah setempat.
Sutikno mengatakan, kandang berizin biasanya ideal bagi hewan yang menjamin kualitas dagingnya. Kandang juga punya pagar pembatas, sumber pangan berkualitas baik, dan aman bagi hewan. Selain itu, kandang rutin dikunjungi dokter untuk menjaga kesehatan hewan.
Hewan kurban hanya bisa diproses ketika tanda vital kehidupannya sudah tidak ada. Hal ini meliputi aliran darah, napas, dan makanan yang terhenti. Mata hewan juga tak berkedip saat disentuh. "Kalau masih ada tanda ini sebaiknya jangan diproses dulu karena hewan merasa tersiksa," kata Sutikno.
(Rosmha Widiyani/up)