Tak Cuma Anoreksia dan Bulimia, Ini Ragam Jenis Gangguan Makan Lainnya

Tak Cuma Anoreksia dan Bulimia, Ini Ragam Jenis Gangguan Makan Lainnya

Frieda Isyana Putri - detikHealth
Sabtu, 15 Sep 2018 14:18 WIB
Tak Cuma Anoreksia dan Bulimia, Ini Ragam Jenis Gangguan Makan Lainnya
Gangguan makan banyak ragamnya. Foto: Thinkstock
Jakarta - Baru-baru ini, kedua selebriti terkenal yakni Ina Thomas dan Kendall Jenner diserbu oleh warganet akibat tampilan mereka yang sangat kurus. Bahkan beberapa ada yang sampai menyebut mereka mengidap gangguan makan anoreksia.

Gangguan makan secara resmi diklasifikasikan sebagai gangguan mental oleh Manual Diagnosis dan Statistik Gangguan Mental (DSM). Kebanyakan gangguan makan yang lebih dikenal adalah anoreksia nervosa dan bulimia nervosa.

Terlepas dari kasus kedua seleb di atas, dengan berbagai ekspose dari media akan citra tubuh yang lebih ramping atau berotot, masalah gangguan makan ini tampak meningkat. Mari kenali beberapa jenis gangguan makan lainnya:

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Gangguan berpesta makan

Foto: Thinkstock
Gangguan berpesta makan atau binge eating disorder baru-baru ini disebut sebagai salah satu gangguan makan. Dipercayai sebagai gangguan makan yang paling umum diidap di Amerika Serikat, umumnya gangguan ini dimulai saat remaja atau awal masa dewasa.

Gejala yang dimunculkan mirip dengan bulimia, namun perbedaannya mereka tidak membatasi kalori, berolahraga atau diet ekstrem, atau kebiasaan memuntahkan kembali makanan mereka sebagai kompensasi setelah berpesta makan.

Tanda-tanda gangguan ini adalah: makan banyak secara cepat, diam-diam hingga sangat kenyang walau tidak lapar, merasa kehilangan kontrol saat sedang berpesta makan, merasakan stres karena rasa malu, jijik atau bersalah saat memikirkan kebiasaan berpesta makan.

Melihat kebiasaan berpesta makan ini sudah pasti pengidapnya kegemukan atau obesitas. Sehingga menyebabkan mereka berisiko tinggi terkena komplikasi seperti penyakit jantung, stroke dan diabetes tipe 2.

Pica

Foto: Thinkstock
Tak banyak dikenal, Pica adalah gangguan makan di mana pengidapnya mengidam hal-hal yang bukan makanan. Seperti es, kotoran, tanah, kapur, sabun, kertas, rambut, kain, wol, batu kerikil, deterjen atau kanji.

Pica dapat terjadi baik pada orang dewasa, anak dan remaja. Dan paling sering ditemukan pada anak-anak, ibu hamil dan orang yang memiliki disabilitas mental. Mereka sangat berisiko keracunan, infeksi, luka usus dan kekurangan nutrisi, hingga kematian.

Namun, tradisi atau budaya untuk memakan hal-hal yang bukan makanan tidak termasuk dalam gangguan makan ini. Di Indonesia pernah terjadi seperti kasus-kasus di mana anak-anak memakan kapur barus, obat nyamuk atau bahkan sabun.

Gangguan ruminasi

Foto: thinkstock
Gangguan makan ruminasi atau rumination disorder juga baru saja dikenali dalam DSM. Gangguan makan ini ditunjukkan dengan seseorang yang memuntahkan makanannya, lalu menelan dan mengunyahnya lagi atau memuntahkannya kembali.

Umumnya gangguan ini terjadi selama 30 menit pertama setelah makan dan dilakukan dengan sengaja. Gangguan ruminasi bisa terjadi pada siapa saja. Pada bayi, biasanya terlihat antara usia 3-12 bulan dan kadang hilang dengan sendirinya, namun jika terjadi pad anak-anak dan dewasa membutuhkan terapi.

Jika saat bayi tidak teratasi, maka bisa berakibat berkurang berat badan dan malnutrisi yang parah yang bisa berujung fatal. Orang dewasa dengan gangguan ini mungkin terlihat membatasi jumlah makanan mereka, terutama saat di depan umum, sehingga membuat mereka jadi terlampau kurus.

ARFID

Foto: Thinkstock
Ganggun makan ARFID atau Avoidant or Restrictive Food Intake Disorder (gangguan batasan atau pemilihan makanan) adalah nama baru dari gangguan lama. ARFID menggantikan gangguan makan pada bayi atau anak-anak, yang biasanya menjadi diagnosis pada anak-anak di bawah tujuh tahun.

Pengidap gangguan ini biasanya disebabkan baik oleh hilangnya ketertarikan untuk makan atau ketidaksukaan atas bau, rasa, warna, tekstur atau temperatur tertentu. Dan umumnya perilaku makan mereka mengganggu saat makan bersama-sama, misalnya.

Perlu dicatat bahwa ARFID melebihi perilaku normal, contohnya adalah memilih-milih makanan (picky eater) pada balita atau asupan makanan yang sedikit pada orang dewasa.

Gangguan makan lainnya

Foto: thinkstock
Ada beberapa gangguan makan lain yang sangat jarang diketahui atau jarang terjadi, seperti:

a. Gangguan muntah atau purging: pengidapnya punya kecenderungan memuntahkan kembali makanan mereka atau menggunakan obat pencahar serta olahraga berlebihan. Namun mereka tidak berpesta makanan, sehingga berbeda dengan bulimia nervosa.

b. Sindrom makan tengah malam: biasanya pengidapnya sering makan berlebihan setelah terbangun di tengah malam.

c. EDNOS (Eating disorder not otherwise specified) atau gangguan makan yang belum terspesifikasi, misalnya beberapa kondisi yang memiliki beberapa gejala yang mirip seperti gangguan makan namun tidak cocok dengan katergori-kategorinya.

Salah satu EDNOS yang sedang viral baru-baru ini adalah orthorexia, yakni sebuah perilaku di mana seseorang terobsesi dengan makanan sehat sampai titik mengganggu kehidupan sehari-hari mereka. Misalnya mengeliminasi sekelompok makanan karena takut tidak sehat.

Halaman 2 dari 6
Gangguan berpesta makan atau binge eating disorder baru-baru ini disebut sebagai salah satu gangguan makan. Dipercayai sebagai gangguan makan yang paling umum diidap di Amerika Serikat, umumnya gangguan ini dimulai saat remaja atau awal masa dewasa.

Gejala yang dimunculkan mirip dengan bulimia, namun perbedaannya mereka tidak membatasi kalori, berolahraga atau diet ekstrem, atau kebiasaan memuntahkan kembali makanan mereka sebagai kompensasi setelah berpesta makan.

Tanda-tanda gangguan ini adalah: makan banyak secara cepat, diam-diam hingga sangat kenyang walau tidak lapar, merasa kehilangan kontrol saat sedang berpesta makan, merasakan stres karena rasa malu, jijik atau bersalah saat memikirkan kebiasaan berpesta makan.

Melihat kebiasaan berpesta makan ini sudah pasti pengidapnya kegemukan atau obesitas. Sehingga menyebabkan mereka berisiko tinggi terkena komplikasi seperti penyakit jantung, stroke dan diabetes tipe 2.

Tak banyak dikenal, Pica adalah gangguan makan di mana pengidapnya mengidam hal-hal yang bukan makanan. Seperti es, kotoran, tanah, kapur, sabun, kertas, rambut, kain, wol, batu kerikil, deterjen atau kanji.

Pica dapat terjadi baik pada orang dewasa, anak dan remaja. Dan paling sering ditemukan pada anak-anak, ibu hamil dan orang yang memiliki disabilitas mental. Mereka sangat berisiko keracunan, infeksi, luka usus dan kekurangan nutrisi, hingga kematian.

Namun, tradisi atau budaya untuk memakan hal-hal yang bukan makanan tidak termasuk dalam gangguan makan ini. Di Indonesia pernah terjadi seperti kasus-kasus di mana anak-anak memakan kapur barus, obat nyamuk atau bahkan sabun.

Gangguan makan ruminasi atau rumination disorder juga baru saja dikenali dalam DSM. Gangguan makan ini ditunjukkan dengan seseorang yang memuntahkan makanannya, lalu menelan dan mengunyahnya lagi atau memuntahkannya kembali.

Umumnya gangguan ini terjadi selama 30 menit pertama setelah makan dan dilakukan dengan sengaja. Gangguan ruminasi bisa terjadi pada siapa saja. Pada bayi, biasanya terlihat antara usia 3-12 bulan dan kadang hilang dengan sendirinya, namun jika terjadi pad anak-anak dan dewasa membutuhkan terapi.

Jika saat bayi tidak teratasi, maka bisa berakibat berkurang berat badan dan malnutrisi yang parah yang bisa berujung fatal. Orang dewasa dengan gangguan ini mungkin terlihat membatasi jumlah makanan mereka, terutama saat di depan umum, sehingga membuat mereka jadi terlampau kurus.

Ganggun makan ARFID atau Avoidant or Restrictive Food Intake Disorder (gangguan batasan atau pemilihan makanan) adalah nama baru dari gangguan lama. ARFID menggantikan gangguan makan pada bayi atau anak-anak, yang biasanya menjadi diagnosis pada anak-anak di bawah tujuh tahun.

Pengidap gangguan ini biasanya disebabkan baik oleh hilangnya ketertarikan untuk makan atau ketidaksukaan atas bau, rasa, warna, tekstur atau temperatur tertentu. Dan umumnya perilaku makan mereka mengganggu saat makan bersama-sama, misalnya.

Perlu dicatat bahwa ARFID melebihi perilaku normal, contohnya adalah memilih-milih makanan (picky eater) pada balita atau asupan makanan yang sedikit pada orang dewasa.

Ada beberapa gangguan makan lain yang sangat jarang diketahui atau jarang terjadi, seperti:

a. Gangguan muntah atau purging: pengidapnya punya kecenderungan memuntahkan kembali makanan mereka atau menggunakan obat pencahar serta olahraga berlebihan. Namun mereka tidak berpesta makanan, sehingga berbeda dengan bulimia nervosa.

b. Sindrom makan tengah malam: biasanya pengidapnya sering makan berlebihan setelah terbangun di tengah malam.

c. EDNOS (Eating disorder not otherwise specified) atau gangguan makan yang belum terspesifikasi, misalnya beberapa kondisi yang memiliki beberapa gejala yang mirip seperti gangguan makan namun tidak cocok dengan katergori-kategorinya.

Salah satu EDNOS yang sedang viral baru-baru ini adalah orthorexia, yakni sebuah perilaku di mana seseorang terobsesi dengan makanan sehat sampai titik mengganggu kehidupan sehari-hari mereka. Misalnya mengeliminasi sekelompok makanan karena takut tidak sehat.

(frp/up)

Berita Terkait