Pemimpin studi dr Stephan Vavricka mengatakan untuk mendiagnosa penyakit radang usus atau yang lebih langka seperti penyakit Crohn biasanya dokter akan mencari protein bernama calprotectin dalam sampel feses. Hanya saja metode ini disebut punya kelemahan karena calprotectin bisa juga muncul pada kasus perdarahan usus.
Untuk membuktikannya 16 mahasiswa kedokteran yang berpartisipasi dalam studi meminum sekitar 400 mililiter darah mereka sendiri. Ada yang meminumnya langsung ada juga yang menggunakan selang nasogastric agar darah langsung sampai ke perut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah meminum darah setengah partisipan melaporkan gejala sakit perut dan mual, sementara seperempatnya mengalami diare atau konstipasi. Semua partisipan melaporkan bahwa fesesnya jadi lebih hitam, tanda umum bahwa ada darah di saluran cerna.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa setelah minum darah sekitar 63 persen sampel feses positif mengandung calprotectin. Namun peneliti tidak melihat kandungan calprotectin dalam feses mencapai tingkat 200 mikrogram per gram yang biasa ada pada kasus radang usus.
Menurut peneliti ini artinya dokter-dokter mulai perlu mempertimbangkan tingkat calprotectin dalam konteks diagnosa radang usus. Calprotectin yang rendah bisa jadi tanda penyakit lain seperti perdarahan usus.











































